4. Dapoer Nayla

1.6K 317 9
                                    

Acara reuni sudah membuat Nayla sekali lagi merasakan luka. Namun, hidupnya harus tetap berjalan. Dia harus tetap bekerja, bukan hanya meratapi nasib. Lagi pula tidak perlu lagi bersedih atau meratap, tidak ada gunanya. Ada hal yang lebih penting yaitu para pelanggan masakannya yang dari beberapa hari yang lalu mengirimi pesan agar memasak lagi.

Nayla bukan seorang koki, hanya saja dia bisa melanjutkan hidup dari bisnis makanan yang digeluti. Bukan makanan bintang lima, hanya makanan rumahan. Masakan sayur dan lauk yang sudah matang. Dia menjualnya melalui aplikasi online.

Seperti sudah melupakan kejadian tempo hari, Nayla dengan gesit meracik ayam panggang pesanan sebuah klinik kesehatan. Hari ini, ada pesanan 20 porsi ayam panggang beserta kue basah.

Nayla mempunyai beberapa keterampilan memasak karena setelah lulus SMA, dia melanjutkan ke sekolah perhotelan. Dan di situlah, dia mengenal sang mantan suami. Mulai menjalin asmara kemudian menikah, tapi berujung dengan perpisahan. Hampir sepuluh tahun saling mengenal dan hidup bersama ternyata tak mampu untuk bertahan dalam mengarungi biduk rumah tangga.

Sudah hampir jam 11, dan waktunya dia mengantar pesanan. Nayla menarik napas lega, melihat tumpukan nasi ayam panggang sudah siap beserta kue basah yang sudah dimasukkan dalam kardus. Dia kemudian menyambar gawainya, menelepon tukang ojek langgangan untuk segera mengantarkan masakannya.

Setelah beberapa saat tidak ada jawaban. Nayla memutuskan untuk menutup saja teleponnya. Mungkin abang tukang ojek langgangannya sedang sibuk mengantar penumpang. Sepertinya, dia harus mengantarkan sendiri. Meskipun, dia tahu jika klinik itu cukup jauh dari rumahnya, tapi mau bagaimana lagi. Makanan sudah matang dan juga sudah dibayar.

Segera, Nayla menuju kamar mandi. Dia perlu mandi sebentar. Tidak etis jika dia mengantar makanan dengan bau terasi di badannya. Apalagi ke klinik yang tentu saja sangat steril. Setelah aksi mandi kilatnya. Nayla sudah siap dengan wajah segar dan juga telah berganti baju.

Tangannya dengan gesit memasukkan satu per satu kotak ke dalam katong kresek besar. Mengangkatnya dengan susah payah ke arah teras depan. Kembali ke dalam untuk mengambil kunci motor. 

Ah, sial. Nayla meremas rambutnya yang sebagian masih basah. Motornya kehabisan bahan bakar setelah dia memasukkan kunci. Ada sisa sedikit mungkin, tapi itu takkan cukup untuk sampai ke klinik. Jika harus mengisi bahan bakar, itu akan memakan waktu dan dia membawa banyak barang, tentu sangat merepotkan.

Nayla mengecek alrojinya. Tidak ada waktu lagi. Dia bergegas memesan taksi online.

Lima menit kemudian taksi sampai tak jauh dari rumahnya. Nayla harus membawa 4 plastik besar dengan susah payah dari rumahnya menuju tempat taksi tersbut terparkir.

Setelah Nayla mendudukkan bokongnya di jok depan taksi, sebuah pesan masuk di gawainya. Ah, dari klinik yang memesan makanannya. Dia segera menulis pesan balasan kalau sedang dalam perjalanan.

Empat puluh menit kemudian Nayla sampai di klinik tujuan. Beberapa kali Nayla harus menyuruh sopir taksi agar lebih cepat karena dia dikejar waktu. Nayla menarik napas panjang sebelum memasuki klinik. Seorang petugas perempuan berhijab menyambutnya, seperti seorang perawat melihat seragam yang dikenakan.

"Maaf, Bu, tadi ada sedikit masalah jadi agak telat nganternya," ucap Nayla dengan rasa bersalah.

"Enggak apa-apa kok Mbak, yang penting udah dianterin. Lagian ini pas waktu makan siang juga."

Nayla bernapas lega karena respon perawat di depannya tidak seburuk apa yang dia pikirkan. Dia bahkan takut jika dimarahi dan dianggap tidak profesional.

"Mbak Dian, sekalian antar ke ruangan dokter Akmal, ya," ujar perawat tadi yang menyuruh rekannya yang baru saja mengambil dua buah kotak.

Sepertinya Nayla pernah mendengar nama itu, tapi lupa di mana. 

"Oh iya, Bu," jawab perawat yang tadi disuruh.

"Lengkap ya, Bu?" tanya Nayla setelah perawat tadi sudah selesai membagikan nasi kotak buatannya.

"Oh, lengkap Mbak, pas, tapi ini masih sisa satu kardus kuenya?"

"Oh, itu bonus," jawab Nayla sopan.

Memang setiap pemesanan di atas sepuluh kotak, selalu dia lebihkan satu kotak untuk bonus. Tujuannya agar mereka yang pernah memesan di tempatnya kembali lagi untuk memesan.

"Owalah, makasih ya, Mbak."

"Iya sama-sama, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih atas pesanan makanannya. Semoga pas di lidah dan tidak mengecewakan," pamit Nayla sopan.

Setelah berhasil memesan ojek online, Nayla meninggalkan klinik tersebut.

****

Akmal melihat alroji di pergelangan tangannya. Sudah pukul 12:30, waktu istirahatnya sudah terpotong 30 menit untuk mengecek hasil lap salah satu pasiennya. Dia ingat salah satu perawatnya, menaruh dua kotak makanan di meja belakangnya. Akmal mengambil 2 kotak tersebut. Sebelum membukanya, dia membaca logo stiker yang tertempel di bagian depan kotak kardus tersebut.

Dapoer Nayla

Dengan gambar animasi seorang perempuan memakai topi cheff.  

Akmal membenarkan letak kacamatanya. Membaca kembali nama tempat catering tersebut. Nama yang tidak asing untuk dokter mudah itu. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Di dunia ini banyak sekali nama Nayla dan mungkin nama yang tertera bukan nama yang beberapa hari lalu dia temui. Sejak peretemuannya dengan Nayla di reuni itu membuat Akmal selalu memikirkan wanita yang 14 tahun pernah mengisi hatinya.

Dokter muda itu menggeleng kemudian membuka kotak nasi tersebut. Perutnya sudah berteriak minta diisi. Melihat menu ayam panggang di dalamnya membuat cacing dalam perutnya semakin meronta.

Satu suap nasi dan seiris ayam masuk ke dalam mulutnya. Rasanya lumayan enak. Akmal tersenyum, mungkin karena dirinya sedang lapar.

Dia kembali tersenyum membayangkan jika yang memasak makanan ini adalah Nayla-nya. Mungkin terlalu berlebihan jika Akmal menyebut Nayla dengan sebutan Nayla-nya, tapi memang Akmal ingin lebih mengenal wanita itu lebih dekat. Namun, lelaki berkacamata itu bingung dari mana memulainya. Dulu saja sewaktu SMA, dia hanya berani menatap wanita itu dari jauh meskipun mereka satu sekolahan. Mengagumi wanita itu diam-diam hingga lulus sekolah dan kehilangan jejak.

Akmal menggeleng dan meneruskan acara makan siangnya karena waktu istirahatnya sudah hampir habis. Dia harus kembali fokus bekerja. Jangan sampai gara-gara memikirkan Nayla, pasiennya terlantar. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, bisa bertemu kembali dengan Nayla adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untuk Akmal. Ternyata acara reuni yang dulunya dia malas ikut, hari itu tiba-tiba hatinya tergerak untuk hadir. Dan pada akhirnya Tuhan mempunyai rencana yang indah untuknya. Tidak ada suatu kebetulan di dunia ini. Semua sudah digariskan oleh sang Pencipta termasuk pertemuannya dengan Nayla. Pertemuan yang mampu memupuk rasa yang telah lama mati kini mulai tumbuh kembali.

Akan tetapi, Akmal segera menepis rasa itu. Tidak mungkin wanita secantik Nayla masih sendiri, bukan? Akmal tidak ingin mengaharapkan sesuatu yang sudah dimiliki oleh orang lain. Biarlah rasa ini tetap seperti dulu. Akmal juga ingat tentang obrolan saat reuni waktu itu tentang anak. Pastilah, Nayla sudah mempunyai pasangan. Jadi, pertemuannya saat reuni hanya sebagai pengobat rindu setelah sekian lama tidak bertemu.

****

"Percayalah jika Tuhan sudah mempunyai rencana yang indah untukmu. Setelah hujan akan terbit pelangi."


***
Hae.... Masih setia sama cerita ini?
Semoga semakin banyak yang suka dan memberikan dukungan.

Salam sayang
Vea Aprilia
Kamis, 25 Februari 2021

Andaikan JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang