12. Dokter Menyebalkan

1.2K 277 43
                                    

Setelah kejadian Akmal mengantarkan Nayla pulang ketika hujan deras waktu itu. Setiap hari dokter berkacamata itu selalu mampir ke rumah Nayla dan itu membuat yang empunya rumah merasa risih. Dan hal tersebut sudah berlangsung hampir 3 minggu.

Bukan tanpa sebab Nayla merasa risih, tapi karena tingkah Akmal yang menurutnya terlalu absurd dan menyebalkan.

Seperti hari ini ketika Nayla ingin pergi untuk belanja kebutuhan pokok di pasar tradisional, tiba-tiba Akmal sudah muncul di depan pintu rumahnya lengkap dengan setelan olahraga. Mungkin lelaki di depannya ini baru saja olahraga, tapi Nayla tidak peduli.

Sudah berbagai cara Nayla lakukan untuk mengabaikan kedatangan Akmal, tapi lelaki berkacamata itu seperti tidak pernah kapok untuk datang lagi dan lagi. Meskipun, tak terhitung juga Nayla telah mengusirnya.

Dan sekarang masih pukul 7 pagi dan dokter itu sudah nongol di rumahnya, membuat mood Nayla langsung terjun bebas.

"Selamat pagi, Cantik," sapa Akmal tak lupa dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.

Nayla menghela napas dalam-dalam. Dia tidak ingin membuat suasana hatinya menjadi lebih buruk lagi. Akhirnya, dia mengabaikan kehadiran Akmal begitu saja dan memilih untuk menyiapkan barang yang harus dibawa ke pasar.

Melihat bagaimana Nayla dengan sengaja mengabaikan dirinya membuat Akmal tak ambil pusing. Dia dengan santainya duduk di kursi ruang tamu sambil melihat bagaimana repotnya Nayla ke sana kemari. Dirinya sudah terbiasa dengan sikap abai Nayla. Yang terpenting wanita itu masih membukakan pintu untuknya saja, dia sudah sangat bahagia.

"Mau ke mana?" tanya Akmal yang melihat Nayla akan mengeluarkan motor.

Nayla seolah tak mendengar pertanyaan Akmal, dia terus saja melanjutkan apa yang dilakukannya.

Akhirnya, Akmal bangkit dan memegang ujung belakang motor membuat Nayla tidak bisa menjalankan motornya.

"Apa sih?" tanya Nayla dengan nada kesal.

"Jawab dulu pertanyaan saya."

"Apa?"

"Kamu mau ke mana?" ulang Akmal.

"Ke pasar," jawab Nayla malas.

"Saya antar," tawar Akmal.

Nayla tercengang.

Akmal mengambil alih motor yang akan dipakai Nayla. Dimasukkan kembali motor tersebut.

"Eh, saya belum bilang kalau setuju."

"Saya nggak butuh persetujuan kamu."

Nayla menyilangkan kedua tangannya di depan dada, tanda kalau dia sudah mulai kesal.

"Ayo," ajak Akmal yang sudah membawa tas belanja milik Nayla.

"Saya tidak jadi pergi ke pasar," balas Nayla dengan nada ketus.

"Yakin?" tanya Akmal dengan raut wajah yang membuat Nayla ingin mencakarnya. Menyebalkan.

Nayla tidak menjawab, tapi memilih untuk duduk di salah satu kursi ruang tamu.

Akmal tersenyum, melihat bagaimana tingkah laku Nayla yang menurutnya menggemaskan. Benar kalau wanita yang sedang merajuk itu semakin terlihat cantik. Ingin sekali Akmal mencium bibir Nayla yang kini sedang  cemberut. Ah, otaknya mulai traveling ke mana-mana.

"Beneran nggak jadi?" tanya Akmal dengan nada mengejek.

Nayla mengembuskan napas kasar. Ah, kenapa hidupnya jadi kacau semenjak kedatangan lelaki yang mengaku sebagai teman satu sekolahnya ini. Sampai-sampai, dia harus merelakan waktu istirahatnya hanya untuk meladeni tingkah laku dokter di depannya ini. Lupakan tentang Dokter Akmal yang manis. Sekali menyebalkan, akan selalu menyebalkan.

Andaikan JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang