[1] Awal Dari Sebuah Akhir

42 18 5
                                    

Satu tahun sudah Dera beserta suami dan anaknya pindah ke rumah kontrakan mereka yang berada di wilayah timur Cibubur. Rumah yang mereka tempati adalah sebuah rumah yang terletak di ujung pertigaan yang biasa disebut sebagai Rumah Tusuk Sate. Selain dikenal sarang jin, Rumah Tusuk Sate dipercaya mendatangkan kesialan di segala bidang bagi penghuninya. Disini Dera tidak akan menceritakan kisah horor dari rumah tersebut, namun nyatanya kepindahan mereka ke rumah itu sudah membuktikan satu jejak kesialan, yaitu bangkrutnya usaha konveksi baju milik Dera.

"Aku gak mau tau, pokoknya aku mau ke warung Bunda bantuin jualan. Kamu urus rumah aja.", bentak Dera keras di hari senin pagi kepada suaminya, Duta. Hari itu Duta libur kerja karena mengambil hari cuti ganti hari. Dera dan anak semata wayangnya, Arsya, akan berangkat ke warung Bunda untuk membantu berjualan seperti biasanya. Bentakan itu adalah jawaban lugas karena Duta melarang Dera untuk pergi dengan alasan familiy time.

Sebenarnya rumah tangga Dera dan Duta sejak awal memang sudah sangat rentan dengan yang namanya perselisihan. Mereka sering adu mulut yang terkadang hanya karena masalah yang sebenarnya sederhana. Ego Dera yang tinggi karena memiliki usaha konveksi yang beromset besar sehingga merasa lebih mapan dari suaminya dihadapkan dengan arogansi Duta yang bekerja sebagai seorang kepala bagian yang disegani di sebuah pabrik di wilayah Cibarusah. Bagaimana mungkin ego dan arogansi bisa melebur menjadi satu hal yang disebut kenyamanan berumahtangga, entah.

Sejak usaha Dera bangkrut, waktunya memang lebih banyak dihabiskan untuk membantu Bunda, satu - satunya orang tua Dera yang tersisa, untuk menjaga warung makan mulai dari berbelanja bahan mentah, memasak, menyiapkan, sampai melayani pembeli. Dera juga selalu membawa Arsya untuk ikut bersamanya ketimbang meninggalkannya di rumah menghabiskan waktu dengan ayahnya. Duta melarang karena di warung makan, Arsya dan Dera akan bertemu banyak orang yang bisa saja salah satunya OTG (orang tanpa gejala) covid-19. Namun sepertinya larangan itu sia - sia saja karena Dera akan selalu menempatkan Bunda sebagai prioritas utama.

Bunda hidup sendirian di warung makan miliknya yang berada di daerah Kranggan. Sebenarnya warung makan milik Bunda adalah rumah tua yang diubah tata letaknya sehingga hanya menyisakan satu kamar tidur, kamar mandi, dan dapur. Sisanya adalah wilayah untuk etalase makanan dan meja makan untuk pembeli. Pelanggannya lumayan ramai karena dekat pusat perbelanjaan dan perkantoran. Kedepannya bahkan akan dibangun apartemen yang tinggi didekatnya. Bunda selalu kerepotan kalau menjaga warung makannya sendirian, namun juga enggan memiliki anak buah karena masih ada trauma dari beberapa tahun lalu saat seluruh uang penjualan dibawa kabur oleh tiga anak buahnya, padahal Bunda masih kenal dengan orang tua mereka, namun Bunda enggan memperpanjang urusan dan mengikhlaskannya saja. Dengan satu kamar tersisa tidak mungkin Dera tinggal bersama Bunda, sementara di sisi lain Bunda juga enggan untuk tinggal di rumah Dera karena hubungan Bunda dan Duta pun pernah tidak baik.

-------

Sepeninggal ayahnya, Dera menjadi lebih perhatian kepada Bunda karena beliaulah satu - satunya orang tua Dera yang tersisa. Ketulusan akan kasih sayang Dera kepada Bunda sudah tidak diragukan lagi. Preman lingkungan yang kerap memalak di warung Bunda, semua digebrak Dera. Tidak ada takut, tapi bukan tanpa alasan. Dera juga aktif di karang taruna sejak masih remaja sehingga Dera punya banyak teman di lingkungan yang siap "bergerak" kapanpun Dera butuhkan. Syukurlah tidak pernah sampai terjadi tawuran. Ya karena mungkin ini hanya sebatas masalah kecil, pungli.

"Ra, Bunda minta tolong beliin tempe ke pasar ya, tadi pagi belum dateng yang jualan e", Bunda memanggil dan meminta tolong kepada Dera.

"Tapi Arsya belum sarapan ini Bun, Dera suapin dulu ya, kasihan", jawab Dera cepat.

"Halah!", teriak Bunda lagi dari arah dapur. Dera paham betul kalau Bunda sudah ngomong "halah" itu artinya Bunda sudah benar - benar kesal dan siap meledak. Dera pun menghela nafas, kemudian perlahan sambil mengelus kepala Arsya, dia beranjak bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Bunda di dapur, sementara Arsya ditinggalkannya bersama sepiring mi telor di lantai kamar.

"sini bun mana kunci motor sama uangnya, Dera beliin. butuhnya berapa", ucap Dera.

"kamu beliinlah 10 kotak pakai uangmu, memang si suami itu gak pernah kasih kamu uang", jawab Bunda ketus.

Dera tersenyum sangit berusaha memahami. setelah menerima kunci motor, Dera bergegas berangkat ke pasar membeli tempe. kenapa sih harus ke pasar. ya karena beda harganya lumayan bisa selisih 3.000 per kotakan tempe itu dan di pasar tempenya lebih tebal dan padat. jadi tidak mudah hancur saat dipotong tipis untuk dimasak jadi tempe tepung. Dera benar - benar lupa Arsya anak semata wayangnya yang baru berusia 3 tahun ditinggalkan sendirian di kamar.

"kamu itu gimana sih kok bisa - bisanya lupain anak kamu. kamar Bunda berantakan itu mi nya tumpah sampe ke kasur Bunda. harusnya tadi dibawa", Dera baru saja turun dari motornya dan sudah mendengar keluhan Bunda dari dalam. ah sudahlah Dera sudah terbiasa mendengarnya. sejak ayah meninggal, Bunda memang kerap marah - marah mencari pelampiasan. mungkin karena tidak bisa menahan kesedihannya. kasihan Bunda, pikir Dera.

siang ini berjalan seperti siang - siang biasanya. karyawan dan buruh bangunan datang bergantian untuk makan di tempat maupun dibungkus. ada - ada saja permintaan kombinasi makanan yang aneh seperti sayur nangka dicampur sop ayam lah, ada yang makan lauknya sampai tiga macam lah, haha begitulah rutinitas harian Dera dan Bunda saat melayani pelanggan di warung.

Arsya? si kecil ini asik bermain smartphone sendirian di kamar. bisa jadi nonton youtube atau main game. yah di jaman sekarang, anak usia tiga tahun bisa lebih pandai memainkan smartphone dibandingkan bapak - bapak sekalipun. apalagi kalau orang tua tidak memberikan batasan karena alasan ketidaktersediaan waktu bersama si anak. tau - tau sudah banyak game baru di smartphone Dera.

"alhamdulillah rame ya ra hari ini yang dateng ke warung. sampe habis ini sayur sama lauknya. seneng deh Bunda kalau begini setiap hari" ucap Bunda kepada Dera sembari membereskan etalase makanan yang masih berantakan.

"iya bun alhamdulillah, meskipun cap..."

"yuk malam ini kita makan keluar yuk kemana gitu", selak Bunda berinisiatif. Dera pun mengiyakan senang. tidak lupa Arsya diajak serta. mereka akhirnya makan seafood di warung tenda diseberang plaza cibubur.

setelah makan dan mengantar Bunda ke warung, Dera dan Arsya langsung pulang ke rumah karena sudah lelah. Arsya bahkan sampai ketiduran di jok anak yang dipasang dibelakang stang motor. sesampainya Dera di rumah, dia mendapati Duta sudah tertidur didepan tv di ruang tamu. waktu di jam dinding menunjukkan jam 10 malam. "suami macam apa ini, bisa - bisanya tidur padahal anak istri belum pulang", Dera mengeluh pelan sambil berjalan melewati Duta.

___________________

dukung penulis dengan menekan tombol vote di akhir chapter

saran dan kritik akan selalu penulis terima demi tulisan yang lebih baik
---------- TBC ----------

DERA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang