[5] Sendang

29 15 5
                                    

Dera berkeliling rumah Mbah Kulon di pagi yang cerah. Sebagai gambaran saja kalau rumah Mbah Kulon ini berjarak cukup jauh dari jalan raya. Jarak masuk dari jalan raya mungkin sekitar 4 kilometer dengan akses jalan tanah berbatu yang melewati beberapa hektar wilayah hutan jati yang rimbun. Benar saja karena rumah Mbah Kulon ada di perkampungan kecil di sebuah bukit yang ada di Kabupaten Pacitan. Beruntungnya disini sudah masuk listrik sehingga meskipun jauh dari keramaian, disini tetap terang ketika malam.

Rumah Mbah Kulon berdiri sendiri sementara disekitarnya adalah wilayah hutan pohon jati. Rumah tetangga terdekat yang bisa Dera lihat berjarak sekitar 50 meter dari rumah Mbah Kulon. Tampak juga sebuah kandang terpisah disana dengan penampakan sapi yang besar dan berwarna putih. Saat Dera hendak melangkah kesana, seseorang memanggilnya dari belakang, "Nduk!"

Dera membalikkan badannya. ternyata itu Mbah Kulon. Dera pun menghampirinya sambil menundukkan kepalanya, "Ada apa Mbah ?"

"Sini ikut Mbah"

"Kemana ?"

"Sawah"

"Loh ada sawah Mbah ?" tanya Dera. Sepenglihatan Dera disini hanya ada hutan jati. "Arsya gimana Mbah ?"

Mbah Kulon melengos pergi menjauh.

"Udah sana ikut si Mbah," teriak Duta dari pintu depan rumah. Dera menengok dan terkejut, menganggukkan kepalanya, lalu setengah berlari menyusul Mbah Kulon.

Dera mengikuti Mbah Kulon dari belakang. Berjalan melewati hutan jati yang sangat luas selama sekitar lima belas menit. Bersyukur cuaca dari malam tadi tidak hujan. Kalau hujan jalanan tanah yang dilalui Dera ini pasti sudah becek. Sepanjang jalan Mbah Kulon dan Dera hanya saling diam sampai tibalah mereka tepi luar hutan jati dan menemukan hamparan sawah yang amat sangat luas. Ada banyak petani yang sedang membajak sawah disana dengan menggunakan mesin bajak sawah.

"Sini Nduk," panggil Mbah Kulon kepada Dera yang sedari tadi melongo melihat indahnya hamparan sawah yang ada didepannya. Dera menghampiri Mbah Kulon yang sudah duduk di sebuah gazebo bambu yang didepannya terdapat empang yang cukup besar.

"Loh ada empang Mbah disini ?"

"Sembarangan. Ini namanya Sendang Kulon," jelas Mbah. "Ini Mbah yang buat. Kamu tau kenapa disebut Sendang Kulon ?"

Dera menggeleng sambil beranjak duduk diatas gazebo tersebut.

"Sendang itu kolam yang didalamnya ada mata air Nduk", jawab Mbah Kulon. "Karena pakai nama Mbah, jadinya dinamakan Sendang Kulon."

Sambil menunjuk ke arah sudut Sendang, Mbah kembali menjelaskan, "Disana mata airnya. Dulu Mbah temukan pas lagi papras tanah disini. Sekalian saja Mbah buatkan Sendang buat perairan di sawah. Kan cocok karena disini tanahnya lebih tinggi dari sawah - sawah itu."

Dera mengangguk melihat ke arah mata air. Tidak jelas, tapi memang seperti ada semburan air dari dasar Sendang yang menyeruak sampai ke permukaan air di sudut Sendang tersebut.

"Sekarang cerita ke Mbah tentang Bunda kamu"

"Hah ?!" Dera terkejut mendengar perkataan Mbah Kulon.

"Iya cerita ke Mbah Kulon yang lugu dan bodoh ini tentang masalah kamu sama Bunda ya Nduk," jawab Mbah Kulon. "Barangkali Mbah bisa kasih solusi."

Dera meragu. Kenapa tiba - tiba harus membahas Bunda dengan Mbah Kulon yang bahkan sempat lupa dengan nama Dera. Ah ini pasti ulah Duta yang mengadu ke Mbah Kulon tentang masalahnya dengan Bunda. Apakah Mbah Kulon bisa dipercaya. Apakah Mbah Kulon yang tinggal terasing seperti ini bisa memberikan solusi. Masalah yang Dera hadapi ini sangat berat, ini masalah penjualan anak oleh ibunya.

DERA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang