Jeonghan; Stay

38 2 0
                                    

"Aku mencintaimu"

Bohong.

Kamu terdiam mendengar pernyataannya. Biasanya kamu akan langsung membalasnya. Namun kali ini kamu memilih diam.

"Eh, kenapa tidak menjawab? Kau sudah tidak mencintaiku lagi ya..?" Jeonghan meregangkan pelukannya untuk melihat wajahmu.

"T-tidak, mana mungkin. Aku hanya sedikit terkejut. Aku selalu mencintaimu Jeonghan"

"Haah.. kupikir kau tidak mencintaiku lagi. Aku takut kehilanganmu.."

Bohong.

"Aku selalu mencintaimu Jeonghan, tenanglah" kamu tersenyum padanya.

Jeonghan tersenyum manis dan menarik tengkukmu, sebelum mendaratkan kecupan manis dibibirmu, "aku mencintaimu" bisiknya sekali lagi sebelum memangut bibirmu.

Kamu meneteskan air matamu, lagi lagi kau berbohong Jeonghan.






















••••••••••••

Kamu berlari dari kejaran Seungkwan yang mengamuk. Kamu tidak sengaja membocorkan rahasianya, tentang yeoja yang saat ini tengah ia sukai kepada teman-teman sekelasmu.

Kamu benar-benar tidak sengaja ketika mengatakannya, seseorang bertanya padamu siapa yeoja yang disukai Seungkwan dan kamu dengan jujurnya mengatakan siapa nama yeoja tersebut. kepribadianmu yang polos dan jujur terkadang membuatmu dalam masalah.

Alhasil sekarang kamu harus berlari dan bersembunyi dari kejaran Seungkwan.

"YAAAA!! y/n-ah awas saja kalau sampai tertangkap, kau benar benar mati kali ini!!" Teriak Seungkwan di lorong lantai kelas dua.

Kamu yang mendengarnya segera berlari dan mencoba mencari tempat persembunyian yang aman. Akhirnya kamu memilih bersembunyi di kelas kosong lantai satu sebelah gudang peralatan olahraga.

Kamu masuk kesana, meski awalnya kamu enggan masuk karena pengap dan banyak debu tapi kamu tidak punya pilihan lain.

Lebih baik aku masuk kesini dari pada tertangkap Seungkwan, itu jauh lebih mengerikan dari ini.

Kamu bersembunyi untuk beberapa saat selama jam istirahat, namun sebelum bel selesai istirahat berbunyi kamu berniat untuk pergi ke kantin sebentar. Kamu merasa haus dan lapar karena berlari tadi.

Namun kamu mendengar suara langkah kaki mendekat, akhirnya kau mengurungkan niat mu untuk keluar. Terdengar suara suara tawa dari beberapa anak laki-laki, sepertinya mereka akan ke gudang peralatan olahraga.

"Hahaha kau tau bagaimana ekspresinya tadi hahaha" mereka tertawa, entah mengenai tentang topik apa.

"Yaa Jeonghan kapan kau putus dengannya ha? Kau benar benar menginginkan motorku ya?" Tanya salah satu dari mereka.

Jeonghan? Putus?

"Sabarlah sedikit dan terima saja kekalahanmu, aku akan memacarinya sampai akhir bulan ini. Sesuai dengan taruhanmu."

"Bukannya kau tidak menyukainya? y/n kan bukan typemu sama sekali, atau kau benar benar sudah menyukainya??"

A-aku?

"Aku? Suka dia? Kau sudah gila ya? Kau lupa aku sudah punya pacar yang lebih baik darinya" terdengar Jeonghan tertawa ketika mendengar pertanyaan temannya.

"Apa pacarmu sudah tau?"

"Yang mana?"

"Aish, Park Yena. Apa dia sudah tau tentang taruhanmu?"

"Dia tau.. kau pikir aku berani menyembunyikan ini darinya"

"Dan dia terima saja? Tidak protes??"

"Iya, dia mendukungku"

"Gila,, kalian gila"

Mereka tertawa dan kembali berjalan menjauhi gudang peralatan olahraga, sepertinya mereka telah selesai dengan urusannya.

Dan bagaimana dengan dirimu?

Kamu terkejut sampai tak tau harus bagaimana. Kamu terdiam sampai air matamu jatuh tanpa kamu sadari.

Jeonghan hanya mempermainkan aku?

Kamu menutup mata dan mulai terisak, "jadi selama ini apa? Cintaku dia anggap apa? Bagaimana bisa dia....hahhh"

Sepertinya kamu harus membolos sampai jam terakhir dan berharap seseorang tak akan menemukanmu dalam keadaan kacau seperti ini.

















"Mari kita pulang"

"Hah?" Kamu tersadar dari lamunanmu.

"Ayo pulang, sudah larut" ajak Jeonghan

"Ah iya, ayo" kamu bangun dan berjalan bersamanya.

••••••••••••

Kamu sudah sampai dirumah satu jam yang lalu namun kamu masih belum beranjak untuk tidur, pikiranmu masih bercabang entah kemana.

"Bagaimana jika aku yang memutuskannya dulu?" Tanyamu pada diri sendiri.

"T-tapi aku masih mencintainya" kamu menunduk merasakan air matamu mengalir.

"hiks, kenapa dia melakukan ini padaku.." kamu terisak lagi, kesekian kalinya untuk malam ini.

Kamu melupakan masalah ini ketika bersamanya, namun setiap malam kamu menangisinya. Logikamu meminta untuk pergi, tapi hatimu meminta untuk tetap tinggal. Mengatakan dia akan mencintaimu pada akhirnya.

Namun bagaimana jika dia meninggalmu? Kamu akan bagaimana nanti?























the worst feeling is when you find out you didn't mean as much to someone as you thought you did and you look so stupid for caring to much.

She'll be Alright; SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang