Pagi hari yang kelam bagi Juandra. Hari senin di mana seharusnya ia sudah sampai di kantor sejak setengah jam lalu kini masih berada dalam sebuah bus akibat mobilnya yang mogok saat hendak pergi ke kantor.
Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak sempat mengecek mobilnya setelah pulang liburan di weekend kemarin.
Perjalanan terasa panjang karena jalanan yang macet. Wajar bukan jalanan macet di senin pagi di mana banyak orang ingin bergegas menuju kantor atau sekolahnya agar tidak terlambat upacara atau apel yang biasa dilaksanakan.
Beruntung setelah 15 menit berhimpitan dengan banyaknya orang di sana bus pun berhenti di halte dekat kantor Juandra.
Tidak terlalu dekat dan Juandra harus berlari lagi sejauh 100 meter agar sampai tepat waktu dan melaksanakan presentasinya di depan semua klien.
"Woy bos! Tumben telat. Klien udah pada sepet mukanya gara-gara nungguin lu," seru Kevin, rekan kerja Juandra di kantor.
Juandra tidak mengidahkan seruan Kevin dia langsung berlari sampai depan pintu ruang meeting.
Juandra mulai mengatur napasnya yang sedikit tersengal karena berlari dari lantai 1 ke lantai 3 dengan tangga darurat, padahal ada lift di kantornya. Suka-suka Juandra dia ingin terbang pun tidak masalah.
Ia membuka pintu ruangan itu dan benar saja wajah kliennya sangat tidak enak untuk dipandang. Ada yang menahan kantuk ada juga yang lelah menunggu. Juandra sadar akan kesalahannya ia pun masuk tak lupa sebelumnya memberi salam terlebih dahulu.
"Maaf saya terlambat, ada kendala tadi," ucap Juandra jujur. Tidak ada yang menjawb mereka seperti larut pada pikiran masing-masing antara ingin melanjutkan meeting atau justru membatalkannya dan membuat rencana ulang di kemudian hari.
"Tidak apa. Tapi kami juga meminta maaf karena kami sudah lama menunggu, seharusnya anda mencari pengganti untuk memulai presentasi pagi ini. Lebih baik kita reschedule saja untuk meetingnya Pak Juan. Saya dan rekan-rekan permisi."
Semua klien yang ada di sana satu-persatu keluar dari ruangan, sesekali ada yang memandangi Juandra dengan tatapan remeh.
Bagaimana tidak, seorang manager yang seharusnya memiliki wibawa datang terlambat dengan penampilan yang sangat kusut juga rambut yang berantakan dasi yang sudah tidak berbentuk karena berlari.
Lagi-lagi Juandra merutuki kebodohannya karena tidak meminta karyawan atau mungkin rekannya untuk menggantikan ia terlebih dahulu.
Mengapa juga Kevin tadi tidak berinisiatif untuk menggantikannya saat tahu wajah dari para klien sudah tidak menentu tersebut. Setelah ini Juandra harus berbicara pada Kevin.
***
"Kev!" panggil Juandra pada Kevin yang sedang menyeduh kopi di pantry kantornya. Kevin hanya melihat Juandra sebentar lalu lanjut menuang air panas yang baru saja mendidih. Kata Kevin kalau kopi diseduh tidak memakai air mendidih rasanya kurang pas.
"Lu kenapa kagak gantiin gua meeting tadi. Gua jadi harus reschedule meeting sama mereka padahal bentar lagi ada project yang lebih gede daripada project bareng mereka," Juandra mendengus kesal, jujur saja ia sangat-sangat bete hari ini padahal belum setengah hari terlewati olehnya.
"Sorry nih Ju, bukan maksud gua ga mau bantu bukan. Tapi itu bapak lu yang samperin gua ke ruangan bilang gini 'Nak Kevin, saya mau minta tolong untuk kamu jangan bantu Juandra di presentasi kali ini sekalipun dia telat. Kamu sudah terlalu banyak gantikan dia, biar dia sendiri yang presentasi telat ataupun tidak'. Jadi maaf aja," jelas Kevin panjang lebar.
Juandra mengacak rambutnya kasar. Kenapa ayahnya selalu seperti itu. Padahal ini baru ketiga kalinya Juandra telat datang saat presentasi dua diantaranya digantikan oleh Kevin dan yang ketiga ya tidak ada yang menggantikannya. Baru tiga kali. Ingin rasanya Juandra berteriak saja di pantry sekarang.
"Gua tau ini kantor ralat ini perusahaan punya bapak lu. Tapi lu seharusnya juga disiplin Ju. Lu ga bisa seenaknya telat minta ganti orang tiap meeting. Bapak lu udah ngasih amanah ini perusahaan ke lu Ju sekalipun masih sebatas manager dia itu udah percaya sama lu. Gua Cuma bilang, berubah demi bapak lu biar apa yang seharusnya lu punya ga diambil sama si Marcel. Gua cabut," Kevin langsung pergi dari pantry meninggalkan Juandra yang mungkin sedang memikirkan apa perkataan Kevin tadi.
Soal Marcel, baiknya Juandra ceritakan nanti.
***
Lonceng yang berada di atas punti sebuah café itu berbunyi menandakan seseorang baru saja masuk ke dalam sana.
"Siang, Bu. Semoga harinya menyenangkan apakah ada sesuatu yang ibu inginkan?" tanya seorang pelayan pada wanita berusai 28 tahun tersebut.
"Iced Americano satu sama red velvet cakenya ya, Ra. Saya tunggu di ruangan," pintanya lalu pergi ke ruangan miliknya sendiri.
Sonia Maharani Putri Mahardika. Seorang wanita berparas cantik berusia 28 tahun yang kini mengelola cafénya sendiri untuk menghidupi adik-adiknya. Kedua orangtuanya sudah lama pergi mungkin sekitar 4 tahun yang lalu karena keracunan makanan dan juga penyakit bawaan yang akhirnya merengut nyawa mereka.
Kini tinggalah Sonia bersama kedua adiknya, Langit dan Bumi si kembar yang mirip dari segi wajah namun sangat berbanding terbalik kelakuannya.
Terkadang kepala Sonia bisa sakit ketika melihat mereka berdebat hal sepele seperti kemarin ketika memakan bubur untuk sarapan di mana Bumi lebih senang dengan estetika dan kerapihan sehingga buburnya tidak diaduk dan Langit yang menyukai perpaduan sempurna ketika bumbu juga bubur dan ayam yang bersatu padu.
Rasanya Sonia ingin menggadai atau menukar tambah adik-adiknya itu karena ia sudah lelah dengan tingkah laku mereka yang baru saja lulus sekolah menengah atas itu.
*toktok*
Suara pintu berbunyi seorang pelayan yang tadi dipinta membawa pesanan Sonia pun masuk ke ruangannya.
"Ini, Bu. Pesanannya sudah jadi, saya taruh di mana ya?" tanya pelayan tersebut kepada Sonia.
Sonia yang sedang merekap laporan keuangan bulan itu pun langsung teralihkan fokusnya pada sang pelayan. Ia pun langsung meminta pelayan itu menyimpannya di meja dekat sofa yang tak jauh dari meja kerja Sonia.
Sonia masih larut dalam pikirannya. Kali ini bukanlah tentang Langit dan Bumi tapi tentang rencana om dan juga tantenya tentang umur Sonia yang seharusnya tidak lagi melajang.
Pagi tadi, sebelum datang ke café. Sonia sempat berbincang via telpon dengan tantenya itu, sedikit kaget ketika mendengar tentang rencana dari adik ibunya itu soal pernikahan, perjodohan, anak dan masih banyak lagi.
Sonia tahu umurnya memang sudah tidak cocok untuk melajang lagi tapi jujur saja dia tidak pernah memikirkan soal itu semua karena prioritas utamanya kali ini adalah Mahendra, Mahesa dan juga karirnya sebagai pemilik sebuah café.
"Bisa gila gue lama-lama kalo mikirin ginian mulu. Apa salahnya coba jadi jomlo ya Tuhan," keluh Sonia sembari memijat pelipisnya. Kepalanya pening sangat pening. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya lah termenung hingga jam tutup café lalu pergi ke tempat adik-adiknya berlatih.
***
Moon Kevin as Kevin Gunawan Tanuredja ; Juan's friend
28 y.o
.
.
.
.
.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejoli ; 2JUYEON (On hold)
FanficKetika dua insan disatukan tanpa sepengetahuan namun sesuai dengan takdir Tuhan. Local au Cast Lee Juyeon Son Eunseo Ps. Cerita ini dibuat atas ide dari penulis sendiri. Start : 4 Feb 2021 End : - -on going-