chapter 07

478 264 18
                                    

kehilangan memang melekat dibenak para insan penghuni kelas 2-A, tapi mereka tidak bisa terus menerus berlarut dalam kepedihan-- akan kepergian teman sekelas mereka. Karena mereka harus melanjutkan kehidupan mereka sebagai seorang pelajar.

Mungkin ada untungngnya juga bagi mereka akan kepergian Alyscha. Karena mereka tidak harus lebih giat belajar lagi-- untuk mengambil posisi Alyscha. Dan mereka juga tidak terlalu mendapat tuntutan dari kedua orang tua mereka akan nilai.

Brakk..

Suara yang tidak begitu menarik semua pasang mata di dalam ruangan itu, mampu membuat pemilik meja itu mengadahkan pandangannya. Tepat di mana manik mata yang menatapnya penuh curiga.

"Bukankah, kau merasa senang saat ini Anna?" Rendahnya sembari menampilkan senyum miringnya.

"Apa yang kau bicarakan?" Datar Anna sebagai respon.

"Bukankah itu sudah jelas? Kau akan menggantikan posisi Alyscha. Karena, tidak akan ada lagi orang yang bisa menggeser nama mu."

"Kenapa kau bisa bicara seperti itu padaku?" Tanya Anna yang sebisa mungkin tetap tenang, tidak tersulut emosi saat bersama lawan bicara.

"Karena," diam sejenak, gadis itu sedikit mencondongkan tubuhnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Anna. "Hanya dirimu lah yang berani melawan Alyscha."

"Kau yang menyebarkan video Alyscha, kau juga gang menuduh Alyscha meminta pihak sekolah untuk mengubah nilainya." Sekilas gadis itu menaikan kedua alisnya. "Hingga, hal itu membuat Alyscha memukul mu. Mungkin, kau juga penyebab kepergian Alyscha."

"Kau menuduh ku?" Pelan Anna penuh peringatan.

"Aku tidak menuduh mu. Hanya saja, kita tidak tahu kebenarannya seperti apa." Balasnya yang kini meneggakkan kembali tubuhnya dengan sudut bibir yang sedikit tersungging.

"Dan, kau juga tidak ada di ruang belajar semalam. Biasanya, kau akan berada di tempat itu sampai fajar tiba. Tapi tidak untuk semalam." Sambungnya.

"Kau yakin, apa hanya diriku saja yang tidak ada di ruangan itu?" Bukan Anna namanya jika hanya diam tidak merespon.

Walapun Anna dikenal sebagai gadis pendiam, tapi kepribadian Anna yang sebenarnya tidak seperti itu. Anna menutup mulut hanya tidak ingin terlibat dalam masalah apapun di Mayapada. Akan tetapi, hal yang diinginkan sejak awal tidak mendapat dukungan dari semesta.

Anna selalu terlibat dalam masalah dengan Alyscha. Tapi bukan berarti, Anna yang memulai masalah itu.

Perlahan tapi pasti, pandangan sang gadis melihat ke arah di mana Sean berada. Soro mata gadis itu pun seketika berubah.

"Jika hanya diriku saja yang tidak ada di ruang belajar semalam, kau menuduh ku tidak masalah. Tapi, Sean juga tidak ada, bukan?" Timpal Anna yang melihat temannya itu yang tidak membalas tatapannya.

"Kenapa kau senang sekali menyalahkan ku, Prisyl? Apa hanya karena kesalahan ku yang tidak disengaja itu? Sampai kau mengungkitnya terus-menerus." Tambah Anna yang akan memanfaatkan kesempatan untuk menyiutkan nyali Prisyl.

Prisyl tersenyum, mendengar penuturan dari Anna. "Jika itu tidak sengaja, kenapa jemari mu sempat menulis caption di video itu?" Kembali menatap Anna dengan senyum getirnya.

"Kau tahu Anna, jika hukum timbal balik itu ada. Dan karma pasti akan kau dapatkan atas perbuatan kejimu terhadap Alyscha." Tekan Prisyl.

"Kau tidak perlu berdebat dengannya, karena mau sampai kapanpun-- dia akan menjadi pemenangnya." Cetus Dipta yang entah muncul dari mana.

Hal itu mampu membuat Anna tersenyum nanar, melihat dua insan yang entah kenapa senang sekali melampiaskan kekesalan mereka kepada Anna.

"Seribu kebaikan akan kalah dengan satu kesalahan, bukan?" Rendah Anna, yang mampu membuat Prisyl maupun Dipta terdiam. "Aku tahu, itu memang salahku-- tapi tidak sepenuhnya kesalahan itu ada pada diriku."

AILY || TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang