Bukan seorang pemikir hal yang tidak bermanfaat dalam hidup. Hanya saja, isi kepala tidak semudah itu tuk mengabaikan seorang gadis yang memiliki paras rupawan seperti teman mereka sebelumnya.
Ingin mengatakan hal buruk, tapi kesadaran terus terselip dibenak para insan penghuni kelas 2-A yang mau tidak mau harus menerima kenyatannya-- jika gadis di depan mata mereka saat ini bukan Alyscha, melainkan Aily.
"Kau bisa duduk di bangku yang kosong, Aily." Pinta sang wali kelas setelah Aily selesai memperkenalkan siapa gadis itu, dan dari mana Aily berasal
Tersenyum kecil dengan kepala mengangguk sekilas, sebelum melangkah ke arah di mana bangku yang bukan di maksud wali kelas. Dan itu membuat Prisyl mengerutkan samar keningnya, karena Aily berjalan mendekatinya tanpa ekspresi.
"Bisakah kau menyingkir? Aku ingin duduk di tempat mu." Cetus Aily tanpa basa-basi, saat tiba di hadapan Prisyl. Ampuh membuat Dipta tersenyum penuh arti, dengan memainkan lidahnya di dalam mulut-- melihat keberanian Aily di hari pertama masuk ke Mayapada.
"Apa?" Gumam Prisyl secara spontan.
"Apa aku harus mengulang perkataanku?" Tanpa ragu sedikitpun, Aily akan terus mendesak Prisyl pergi dari tempa itu. Karena Dipta sempat memberitahunya, jika itu bangku yang di dudukki Alyscha sebelum dia pergi.
"Apa kau pantas mengatakan hal itu padaku?" Jikapun tempat ini bukan milikku. memangnya kau siapa? Meminta ku untuk pindah." Bantah Prisyl, berusaha untuk mempertahankannya.
"Kau hanya murid pindahan yang ingin menggantikan posisi Alyscha. Tapi, bukan berarti kau bisa seenaknya mengusirku seperti itu. di mana letak sopan santun mu?" Sambung Prisyl yang tidak ada rasa takutnya sama sekali. Karena Prisyl tahu, jika kedatangan Aily hanya akan menimbulkan masalah baru.
"Aku memang murid pindahan. Tapi aku bisa melakukan apa yang aku mau di tempat ini." Balas Aily, sembari menaikan sekilas kedua alisnya.
Wali kelas yang melihat hanya bisa membuang napas pelan, sebelum membuka suara untuk meredakan kekacauan kecil itu. "Prisyl, kembalilah ke tempat dudukmu. Tidak seharusnya kau duduk di tempat itu." Bukannya membela, wali kelas tidak ingin melihat kedua gadis itu beradu argumen tanpa memiliki akhir.
Dipta yang melihat Prisyl tidak bergeming dari tempatnya, membua pemuda itu mencondongkan tubuhnya. "Pindahlah, sebelum wali kelas menyeretmu." Bisik Dipta, sekilas melihat raut wajah wali kelas yang menyimpan seribu cerita di kehidupannya itu.
"Kuharap bukan dirimu yang memintanya." Pelan Prisyl yang terdengar jelas di telinga Dipta-- hanya tersenyum melihat Prisyl.
Kembali menyandarkan punggunya, saat Prisyl beranjak dari duduknya. Dan pandangan Dipta beralih meliha Aily yang mulai duduk di depannya.
"Aku tidak meminta mu untuk merebutnya. Tapi itu jauh lebih baik dari pada dia di dekatku." Rendah Dipta. Merasa berterima kasih kepada Aily, karena gadis itu-- Prisyl enyah dari tempat yang bukan milik Prisyl.
Sedangkan di lain sisi. Sosok Anna yang sejak tadi melihat Aily hanya bisa diam menutup rapat mulutnya. "Kuharap dia tidak sepandai Alyscha." Batin Anna dan mulai fokus pada materi dari sang wali kelas.
Saat itu juga, Aily mengalihkan pandangannya ke arah Anna dengan sorot mata penuh ingin tahu. Karena sejak bertemu dengan Anna, gadis itu terlihat tidak terkejut sama sekali.
Apa Anna sudah tahu, jika Alyscha memiliki saudara kembar?
Tidak mungkin juga jika Alyscha mengatakannya sendiri kepada Anna. Karena setahu Aily, Alyscha bukanlah orang yang mudah memberitahu siapa saja anggota keluargannya kepada sembarang orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILY || Twins
Fiction généralePergi tanpa pamit mengharuskan Aily turun tangan langsung-- mencari dalang utama dari tragedi yang telah menimpa saudara kembarnya. Jika kabar itu tidak sampai di pendengaran Aily . . kemungkinan besar, Aily tidak akan menginjakkan kakinya di tempat...