Nadine sedang mengendarai mobilnya dengan sedikit terburu-buru. Hari ini dia akan melakukan reading sebelum syuting filmnya di mulai. Dan Nadine sudah hampir terlambat. Sejak kemarin Nadine menonton sebuah drama series yang membuatnya tidak bisa berhenti menontonya hingga selesai. Dan dia baru selesai menyelesaikan tontoannya pukul tiga pagi. Padahal, keesokan harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Nadine sudah harus sampai ke sebuah PH untuk melakukan proses reading bersama sutradara dan semua aktor maupun aktris yang telah terpilih.
Ketika tadi Nadine bangun dan melihat jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi, Nadine menjerit histeris dan bergegas mandi. Kemarin dia sudah tidak keramas, mana mungkin hari ini dia juga tidak mencuci rambutnya. Dia harus terlihat sempurna di pertamuan pertamanya dengan semua orang hari ini.
Maka itu, selesai berpakaian dan memakai make up yang natural. Tanpa mengeringkan rambutnya dengan benar, hanya menyisirnya secara asal, Nadine sudah mengendarai mobilnya dengan jendela yang terbuka lebar untuk membantunya mengeringkan rambut.
Nadine menggigiti bibirnya, berkali-kali melirik jam tangannya lalu berdecak kuat. Setengah jam lagi... rengeknya di dalam hati.
Disela-sela kepanikannya, tiba-tiba saja, ada sebuah mobil yang seolah sengaja menghalangi jalannya, membuat Nadine berdecak kuat dan bersungut kesal. "Apaan sih ini mobil!"
Nadine menekan klaksonnya, mobil itu kembali memberinya jalan. Namun tidak lama kemudian, mobil itu mengulangi hal yang sama, membuat Nadine menekan klaksonnya berkali-kali. "Baru belajar naik mobil atau gimana sih ini orang! Gue udah telat inih..." racaunya sendiri.
Mobil itu kembali memberi jalan pada Nadine, namun kali ini, dia sengaja mensejajarkan laju mobilnya hingga Nadine menoleh ke samping dengan wajah kesal menatap mobil itu.
Jendela di kursi belakang mobil terbuka, kemudian terlihat seorang lelaki yang memakai kacamata hitam menatap ke arah Nadine. Mukanya Nadinemengernyit aneh, apa-apaan lelaki ini, pikirnya. Tapi, ketika lelaki itu melepas kacamatanya, lalu menyeringai menyebalkan pada Nadine, baru lah kedua mata Nadine melebar cepat.
"Itu kan... cowok norak yang waktu itu..." gumam Nadine.
Ya, itu Rafa, lelaki yang sempat bertemu dengan Nadine dan berhasil membuat Nadine ingin menendang wajah menyebalkannya itu. Melihat wajah terkejut Nadine, Rafa tertawa menyebalkan, melambaikan tangannya, kemudian kembali menutup jendela mobilnya.
Nadine mengangakan mulutnya tak percaya. Jadi, si Rafa sialan itu ternyata. "Dasar cowok sinting!" teriak Nadine. "gue sumpahin mobil lo mogok!"
Sedetik setelah itu, Nadine mendengar sesuatu yang aneh dan merasa ada yang tidak beres dengan mobilnya, membuatnya menepi untuk memeriksa mobilnya. Dan begitu Nadine keluar dari mobil, kedua matanya terbelalak tak percaya melihat salah satu ban mobilnya kempes.
"Apa lagi sih ini..." rengeknya.
Nadine berdiri dengan tubuh lunglai di tepi jalan, tangannya menyibak rambutnya, matanya menatap mobilnya dengan tatapan putus asa. Sudah telat bangun, dan sekarang, dia benar-benar sudah terlambat untuk sampai tepat waktu.
"Gara-gara cowok sinting sialan itu," rutuk Nadine. "gue juga sih, pake nyumpahin dia segala. Malah mobil gue yang begini!" Nadine menghentak-hentakan kedua kakinya di jalan. "gimana dong ini..."
Nadine masih terus meratapi keadaannya di sana, hingga tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya, membuatnya mengernyit selagi menatap mobil asing itu. Dan tidak lama berselang, seorang lelaki keluar dari sana, memutari mobilnya untuk menghampiri Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine
General FictionSkuel of Raja Setelah tujuh tahun berlalu, Nadine memutuskan untuk kembali ke Negara asalnya. Tujuh tahun yang membawa banyak sekali perubahan. Keluarganya, dirinya dan juga.. cintanya. Nadine tahu, ketika dia pergi dan melepaskan cintanya, semuanya...