Keraguan (b)

6.3K 996 1.5K
                                    

"Thank you." Ucap Nadine pada Rafa yang dengan suka rela mau mengantar Nadine ke rumah Prita.

Mereka baru saja selesain melakukan promo film untuk hari ini. Akhir-akhir ini, Rafa sering kali menawarkan diri menjemput dan mengantar Nadine. Rafa bilang karena jadwal mereka selalu bersamaan, apa lagi mereka juga harus melakukan promosi film di tempat yang sama, jadi untuk mempermudah, sebaiknya Nadine ikut bersama Rafa. Tadinya Nadine pikir mereka akan di temani oleh supir dan asisten Rafa, tapi ternyata tidak. Rafa yang menyetir mobilnya sendiri, bahkan Rafa menyuruh Kayla untuk berlibur selama Nadine ada bersamanya.

Karena Nadine merasa sudah cukup dekat dengan Rafa yang ternyata tidak semenyebalkan bayangan Nadine, maka Nadine tidak mempermasalahkan keputusan Rafa. Toh bersama Rafa, Nadine benar-benar merasa waktu berjalan dengan sangat menyenangkan. Rafa bisa membuat Nadine tertawa lebih banyak dari biasanya, setiap obrolan yang mereka lakukan, mau itu penting atau pun tidak, selalu terasa menyenangkan. Membuat Nadine seperti menemukan sahabat baru yang benar-benar dia butuhkan saat ini.

Bahkan perlahan-lahan kesedihan Nadine mengenai masalahnya bisa menghilang. Rafa dan celotehannya, Rafa dan rayuannya yang menyebalkan, Rafa dan kesombongannya, semua itu seolah menjadi penghibur tersendiri oleh Nadine.

Rafa melirik rumah yang mereka datangi, "Ini rumahnya temen lo itu?" tanyanya. Nadine mengangguk. "lo nggak nawarin gue masuk, Nad? Siapa tahu aja temen lo belum pernah ketemu langsung sama artis terkenal kaya gue."

Nadine mendengus, jemarinya menyentuh pipi Rafa dan mendorongnya pelan, membuat lelaki itu tertawa. "Temen gue galak, dia juga nggak suka sama manusia sombong kaya lo."

"Teman lo yang di bioskop waktu itu?" tanya Rafa.

Nadine mengernyit. Seingatnya Prita tidak sempat bertemu dengan Rafa ketika itu itu, karena Prita harus buru-buru pulang, Ibunya Arjuna menelefon dan mengatakan kalau Gana sediit rewel. "Lo udah ketemu sama Prita memangnya?"

"Prita?" ulang Rafa bingung. "bukannya Raja?"

Satu alis Nadine terangkat ke atas. Jadi yang Rafa maksud itu Raja? "Kenapa lo pikir ini rumahnya Raja?"

"Tadi lo bilang temen lo galak."

"Terus?"

"Si Raja-Raja itu kan sombong banget waktu ketemu sama gue, siapa tahu aja selain sombong dia juga galak," Rafa mendengus malas. "belum pernah aja dia gue siram pakai tumpukan Dollar."

"Dollar lo nggak bakalan buat dia terkesima, Raf. Bahkan kayanya, sebelum lo punya tumpukan dollar dari kerja keras lo, dia udah punya lebih dulu." Jawab Nadine sambil mengulum senyum geli.

Mendengar itu, Rafa merasa tertarik hinga dia memusatkan perhatiannya pada Rafa. "Nama lengkapnya siapa sih?"

"Raja Samudra."

"Nggak familiar. Hm... keluarganya punya perusahaan apa?"

"Bokapnya udah meninggal. Mamanya menikah lagi dengan pengusaha kaya tapi kayanya udah bangkrut sih."

"Orang susah dong, kalau gitu."

Bukannya marah, Nadine malah tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. "Luarannya sih, iya. Tahu deh, dalamnya gimana."

Rafa menatap Nadine curiga. "Kok lo kayanya tahu banget soal dia? Suka ya lo, Nad, sama dia?"

Nadine mengerjap cepat, gestur tubuhnya terlihat salah tingkah. Namun Nadine menutupinya dengan tawa malas dan juga menoyor pelan kepala Rafa. "Kan gue udah bilang tadi, dia temen gue, Rafa... jangan aneh-aneh deh lo!"

Rafa mencebik, lalu mencubit pipi Nadine sampai Nadine merengek padanya. "Bukan aneh-aneh. Kalau memang lo suka sama dia, ya gue harus cepat-cepat antisipasi. Gue nggak bakalan bisa terkalahkan kalau aja lo mau tahu."

NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang