Bab1 : Cinta Monyet Katanya

32 9 2
                                    

Ada seorang pria bernama Johan dalam hidup ku. Dia adalah pria pertama yang dapat membuat ku merasakan surga ke tujuh. Dia teman sekolah ku, kakak kelas ku sebenarnya. Aku akan menceritakan kisah ku dengannya. Kisah ini sudah lama sekali, tepatnya saat aku dibangku SD.

Sebagian orang menganggap kisah ini hanyalah sebuah kisah percintaan anak ingusan, atau yang lebih dikenal dengan "Cinta Monyet". Tapi kisah ini akan selalu membayangin kisah-kisah percintaanku selanjutnya, karena ini adalah awal aku mengenal yang namanya cinta.

Awal kami berkenalan cukup lucu sekaligus memalukan, Aku terjatuh di tangga lantai dua sekolah ku sewaktu aku membawa bola. Bola-bola itu jatuh dan mendarat tepat di kepala dua orang kakak kelasku.

"Baru bawa dua bola ada udah jatoh. apa lagi bawa banyakkan!!! Sakit tau" Salah satu dari mereka memarahi ku.

"Maaf ya, aku gak sengaja" Tapi dia tidak mau mendengar penjelasaanku. Dia tetap saja marah-marah. Anak lelaki itu besar dan gemuk, rambutnya yang selalu acak-acakan membuatnya tambah menyeramkan, seperti anak raksasa.

"Udah deh Dann. Orang dah minta maaf juga. Lagiankan kasian dia, bukan dibantuin malah dimarahin" kata salah satu yang lain.

"Sini aku bantuin kamu. Kamu murid baru ya disini? Nama ku Johan. Johan Christanto kelas 6A", kata anak lelaki itu sambil mengulurkan tangannya.

Johan, dia bertubuh tinggi, mungkin lebih tinggi dari anak-anak sebayanya, wajahnya oval dengan rambut hitam yang dibelah tengah, yang pasti, dia tampan.

"Aku Anasthasya. Aku kelas 5B".

Sejak saat itu kami selalu bermain bersama, sampai dia lulus dan melanjutkan ke SMP terkemuka di Jakarta Pusat. Walaupun kami berbeda sekolah sekarang, tapi kami masih sering bertemu.

Hari-hari berlalu terlalu cepat bagiku, tanpa terasa setahun pun sudah berlalu, aku pun lulus SD, dan berencana melanjutkan kesekolah yang sama dengannya. Tapi karena kondisi keuangan keluarga yang tidak memungkinkan aku bersekolah disana, akhirnya aku hanya melanjutkan ke SMP yang sama seperti SD ku.

"Aku nggak bisa sekolah dekat kamu Jo, karena mama sama papa aku gak ada biayanya"

"Gak apa. Kan aku masih bisa main kesini setiap hari"

"Tapiii" kataku ragu.

"Tapi? Tapi kenapa?"

"Kamu bener ya. Kamu harus sering main kesini."

"Iya. Aku bisa setiap hari kesini. asallll..."

"Asal apa?"

"Asal kamu mau jadi pacar ku"
A

ku terdiam sejenak, tapi tidak lama. Karena sebenarnya aku sudah menyukainya. Dia adalah orang pertama yang selalu membuatku selalu tertawa. Dia adalah orang pertama yang selalu siap mendengarkan keluh kesahku. Dan dia adalah orang pertama yang bisa membuat ku merasa nyaman.


Kenapa??? Kalian nggak percaya??? Mentang-mentang waktu itu aku masih SD???? Anak SD kan juga punya perasaan. Tapi kalau antara aku dan dia, mungkin karena kita sama-sama dibesarkan dengan latar belakang yang tidak jauh berbeda alias senasib. Mungkin itu juga sebabnya aku bisa merasa nyaman dengannya. Selain itu, kami pun banyak memiliki kesamaan, kami sama-sama suka warna biru, sama-sama suka olah raga, punya hobi yang sama, kami pun menyukai makanan yang sama.

Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang