03

2.2K 231 85
                                    

⚠ Disclaimer ⚠

Cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Jangan sampai terpengaruh hingga ke kenyataan yang fana.
Karena sejatinya, ini hanyalah sebuah karya editan semata yang dibumbui dengan sastra.

Selamat membaca :)








Sinar purnama pada malam tanpa bayangan kini mulai meredup juga. Begitu pula dengan tatapan pada binar indah serta ukiran senyum di kesempurnaan sang bibir, yang sangat disayangkan sekali bahwa semuanya sekarang telah sepenuhnya sirna.



Pantulan keelokan pada jendela tak kunjung bisa menghibur sang hati yang tengah dilanda rasa gundah. Kegundahan itu membawa berbagai macam momen yang abstrak. Bagai bintang yang bertabur di langit, momen yang terputar pada benak terus bermunculan ketika tak sengaja ditatap.



Esok adalah hari yang sangat penting. Dan ia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Setelah menatap para bintang yang menjadi saksi atas kegundahannya tersebut, ia pun pergi dengan seluruh rasa yang sempat tertinggal.



Makan malam bersama raja dan juga ratu hari ini agaknya menjadi sedikit lebih berbeda dari hari-hari biasa. Pasalnya, ia diam seribu bahasa. Karena merasa janggal dengan keadaan sang putri semata wayang, raja lantas berbicara.



"Putri, apa kau baik-baik saja?" Mendengar pertanyaan tersebut, ia segera menyimpan sendok yang tengah dipegang dan berhenti makan.



"Ya, baginda. Aku baik-baik saja." Ia mulai mengulas senyum palsunya. Akan tetapi, mata memang tidak pernah bisa berbohong.



"Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, permataku?" Putri menghela nafas, rupanya sang raja tak berhenti di situ saja. Sementara ratu hanya terdiam memperhatikan keduanya.



"Aku... hanya sedang gugup saja. Tak ada yang begitu penting." Raja tersenyum, putrinya itu memang sangat lugu.



"Apa aku tidak salah dengar? Putriku yang pemberani itu, kini mulai menjadi seorang yang mudah gugup?"



"Apa yang salah dengan itu? Dia juga manusia. Dia memiliki hak untuk itu." Ratu mencoba untuk membela sang anak.



"Tetapi tetap saja, mengapa bisa sampai seperti itu? Apa yang membuatmu gugup?"



"Sudahlah, putri. Jangan hiraukan raja. Yang kau butuhkan sekarang hanyalah istirahat. Besok hari yang sangat penting bagimu." Sela sang ratu sembari tersenyum.



"Ya, ratu benar. Besok kau harus mempersiapkan diri untuk gelar barumu. Apa kau tahu? Sebenarnya aku sangat bangga pada pencapaianmu di permainan hari ini." Raja tertawa dengan penuh gembira.



"Anakku, kau boleh pergi terlebih dahulu dari kami. Kau pasti sangat lelah hari ini. Berburu memang menguras banyak energi."



"Baiklah. Kalau begitu, aku pamit undur diri. Terimakasih untuk makanannya. Semoga negeri ini selalu dilimpahkan kemakmuran." Sang putri beranjak dari duduk kemudian membungkuk dengan begitu anggun. Kedua orangtuanya merestui ia untuk pergi dari ruangan ini dengan anggukan kepala serta guratan senyum bahagia.



Muse EditorialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang