⚠ Disclaimer ⚠
Cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Jangan sampai terpengaruh hingga ke kenyataan yang fana.
Karena sejatinya, ini hanyalah sebuah karya editan semata yang dibumbui dengan sastra.Selamat membaca :)
Helaan nafas keluar dari mulut sosok yang sangat anggun ketika ia telah menyelesaikan lembar kerja terakhir pada sore hari. Bahkan hanya dengan menghela nafas pelan saja, dia tetap terlihat sangat cantik. Pundaknya kini tersandar pada kursi kerja yang beberapa jam lalu sudah ia duduki ini.Ia menggerai rambutnya lagi ketika berhasil melepas jepitan rambut berukuran cukup besar yang dilapisi dengan butiran berlian murni. Ia pun menaruhnya di dekat Fulgor Nocturnus–sebuah pena mewah dan langka kesayangannya–yang baru saja dipakainya tadi.
Semua yang melekat pada tubuhnya dan semua yang berada di sekitarnya ini jika dijual mampu untuk membeli sebuah pulau tak berpenghuni. Dia dan semua barang mewah miliknya ini merupakan sebuah kesatuan yang epik. Meskipun begitu, sikapnya tak pernah setinggi harga barang-barangnya. Selain rupawan, semua orang mengakui bahwa dirinya adalah sosok yang dermawan.
Jika dibandingkan dengan penampilannya yang sekarang, ia terlihat seperti bukan seorang aristokrat. Melainkan lebih seperti seorang model papan atas yang selalu membawa hawa panas setiap kali mata memandang. Gaya rambut French Twist yang selalu ia pakai setiap hari dan sebelumnya tadi memang menampakkan sisi yang cukup berbeda, namun semua itu ia lakukan dengan terpaksa. Ia lebih suka menggerainya seperti ini, apalagi jika ia mengingat bisikan malam itu dari mulut orang yang telah resmi menjadi suaminya.
Penat, tentu sangat ia rasakan. Tapi untungnya, dia bisa menyembunyikan. Bagaimana tidak, menjadi pendamping orang nomor satu di negara tempat ia bernaung sejak dulu memanglah berat. Sekalipun dirinya sudah bergelimang harta sejak lahir, ia tak pernah mengeluh atau bahkan menyalahkan semua keputusan yang ia ambil dengan sang suami.
Ia pun melirik dengan malas ke arah serangkaian bunga berukuran besar pemberian sang suami yang masih tertata rapi di ujung ruangan. Di dekat bunga-bunga itu terdapat pula kartu yang bersandar dan bertuliskan namanya dengan huruf elok yang sarat akan estetika.
Jisoo. Nama itu terukir dengan indah di sana, khas dengan tulisan tangan yang sangat ia kenal. Jisoo menghela nafas lagi, kali ini terdengar lebih gusar. Sudah empat hari dirinya tak bisa bertemu dengan sang suami. Jisoo sering mendengar mereka memanggilnya dengan formal, ia juga akan seperti itu jika sedang disorot oleh media. Namun jika ia sudah berada di rumah yang lebih menyerupai istana ini, ia akan memanggil orang nomor satu di negara dan di hatinya itu dengan satu suku kata saja.
Taeyong namanya. Seorang presiden sekaligus suami dari bangsawan dengan kekayaan tak terhingga yang sangat terkenal. Keluarga Jisoo memang begitu berpengaruh di negara ini, apalagi jika ia sudah bersatu dengan Taeyong. Selain kekayaan dan kekuasaan mereka yang bertambah, kepopuleran di antara keduanya pun bernasib sama. Kabar pernikahan mereka tersebar luas ke seluruh dunia. Tak disangka antusiasme yang besar dari masyarakat berhasil mereka dapatkan. Mereka seperti sudah direstui oleh alam semesta. Karena begitu banyak orang yang menyukai kebersamaan mereka.
Taeyong sudah mempersunting Jisoo ketika ia belum menjabat sebagai presiden di negara adikuasa ini. Mereka bisa dibilang pasangan yang sederhana, karena mereka jarang berselisih. Memang pernah, tapi hanya hal-hal seperti sekarang ini saja. Perselisihan kecil yang nantinya juga akan mereda dengan sendirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/235383136-288-k916057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Muse Editorial
RandomOneshot editorial for Taesoo shipper by ME. Including the background story behind of it. ⚠ Disclaimer ⚠ Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jangan sampai terpengaruh hingga ke kenyataan yang fana. Karena sejatinya, ini hanyalah sebuah karya editan se...