⚠ Disclaimer ⚠
Cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Jangan sampai terpengaruh hingga ke kenyataan yang fana.
Karena sejatinya, ini hanyalah sebuah karya editan semata yang dibumbui dengan sastra.Selamat membaca :)
Keadaan kota memang sangat jauh dari kata damai. Cuaca hari itu cukup berangin, dan semua orang mulai terbiasa dengan perubahannya. Namun hal itu tidak berlaku bagi seseorang yang baru saja keluar dari sebuah van hitam.
Ia tak merasakan perubahan cuaca itu, karena pikirannya sudah terpusatkan pada sebuah tujuan. Dia telah berhasil memasuki sebuah gedung yang terletak di pusat kota untuk menghadiri sebuah acara. Sembari berlari di tengah kerumunan, matanya melirik jam tangan. Waktunya terus terkikis, sementara dia masih belum bisa sampai ke lantai teratas.
"Kim Jisoo? Ada yang namanya Kim Jisoo?" dari kejauhan dia mendengar seseorang berteriak menyerukan namanya.
"Saya!" balasnya yang masih berlari membelah kerumunan di ruang tunggu.
"Apa dua puluh menit cukup buat prepare?" pertanyaan crew itu membuatnya bimbang untuk sesaat.
"I-iya cukup." Jawabnya ragu.
"Oke. Cepet masuk."
Saat Jisoo hendak masuk ke sebuah studio, kepalanya menoleh ke belakang untuk melihat manajernya yang baru saja tiba. Sang manajer hanya bisa memberi isyarat lewat kedua tangannya untuk menyemangati Jisoo yang sudah berjalan ke dalam studio.
"Oke, Jisoo. Silahkan mulai prepare-nya."
"Ah, iya." Jisoo segera masuk ke ruangan lain sembari mengambil beberapa bahan untuk demonstrasinya.
Sepuluh menit lagi Jisoo akan tampil. Dia memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin untuk membuat penampilannya menjadi sempurna.
"Ingat. Kamu cuma boleh siapin bahannya sampai delapan puluh persen. Sisanya kamu eksekusi di sana."
"Ah, oke-oke." Jisoo pun menghentikan apa yang sedang dikerjakannya saat itu juga, dia sudah mencapai tingkat delapan puluh persen tersebut pada bahannya.
"Sudah semua?" Jisoo mengangguk lalu pergi bersama crew itu ke ruangan lain.
"Oke, Jisoo. Kamu masuk dari hitungan ke tiga. Tiga... dua... satu. Masuk."
Jisoo membuka sebuah tirai plastik yang menjadi penghalang antar studio, sementara tangannya yang lain mendorong troli pembawa makanan.
"Selamat siang." Sapa Jisoo kepada tiga orang yang sedang berbincang di seberangnya. Saat Jisoo masuk dan mulai menyapa, tiga orang itu menghentikan pembicaraan mereka sembari menoleh.
Dua di antara mereka hanya mengangguk sebagai balasan dari sapaan Jisoo. Sementara salah satu yang berada di tengah menjawab Jisoo sembari tersenyum.
"Bonjour. Mademoiselle..."
"Jisoo, chef Jennie." Lanjut Jisoo sembari tersenyum ramah.
"What a gorgeous name! Just like the person. Right, guys?" tanya salah satu juri bernama Jennie tersebut kepada dua lelaki di sampingnya. Salah satunya mengangguk sembari memperhatikan Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muse Editorial
AcakOneshot editorial for Taesoo shipper by ME. Including the background story behind of it. ⚠ Disclaimer ⚠ Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jangan sampai terpengaruh hingga ke kenyataan yang fana. Karena sejatinya, ini hanyalah sebuah karya editan se...