Bagian 3

49 7 0
                                    

" Ahh, lelahnya." Tari memperhatikan setiap sudut ruangan. " Hmm, bersih," gumamnya. Hari ini ada orang yang akan datang menyewa kamar depan, itu yang dipesan kakaknya sebelum keluar rumah. Entah apa mimpi kakaknya semalam, buang tabiat mungkin. Tiba-tiba saja kakaknya ingin pergi ke gereja. Padahal sebelum ini sudah berbuih mulut Tari mengomel kakaknya itu. Nama OMK, tapi sudah hampir dua tahun tak pernah kakaknya itu melibatkan diri dalam kegiatan organisasi OMK. Jangankan di gereja, kegiatan dalam desa juga kakaknya hanya tahu membayar denda.
Bukan tanpa sebab kakaknya itu berkelakuan demikian.

Kasih sayang yang terjalin sejak dia berumur sembilan belas tahun, terlerai karena tak direstu, menggores luka dan jiwanya pun merana. Hinaan, cacian masyarakat, kawan dan sanak saudara membuat luka semakin bernanah, hingga meninggalkan parut, meninggalkan bekas yang tak dapat dipulihkan.

Tapi yang Tari tahu kecekalan dan ketabahan hati kakaknya, mampu melewati segala dugaan yang datang bertimpa-timpa.Hari ini terjadi perubahan pada diri kakaknya, perubahan pada kebaikan

" Hmm, ada malaikat bujang lalukah atau dia mimpi menikah dengan pendeta tampan?" Apapun Tari berharap, perubahan ini berkekalan. Tari tersenyum. Segala rasa syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan. Tangisan dari anak keduanya mengusir semua kenangan lalu yang datang menyapa.

***

" Kenapa hari ini saya asyik ketemu kamu?" Andreas bersuara. Mereka bertemu lagi disimpang jalan raya. Sepertinya mereka mengarah ke destinasi yang sama.

" Hei, kamu pikir saya suka dengan pertemuan ini? Saya pun benci ketemu kamu. Lelaki yang suka makan ekor ayam, mulut becok macam burung murai tercabut ekor." Mariana sungguh berang. Dia menatap Andreas dari atas ke bawah. Andreas sudah menukar pakaian. Tadi Andreas memakai baju kemeja putih. Celana? Tidak tahu, tidak diperhatikannya tadi. Sekarang Andreas memakai baju santai berkolar lengan pendek dengan jalur hitam-putih-merah, menampilkan lengannya yang berotot. Celana pendek selutut, tampak sangat menawan dan bergaya, mengundang hati wanitanya berdesir riang. ' Patut pun dia bilang saya pengotor,' desis hati Mariana

" Apa kamu bilang?"

" Kenapa kamu mesti ikut jalan sini?"

" Suka hati saya mau ikut jalan mana, lagipula ini bukan jalan nenek mu buat."

" Bukan nenek tapi moyang saya," jawab Mariana.

" Moyang saya juga buat jalan ini," Andreas tidak mau kalah.

" Saya tidak pernah lihat moyang kamu disini!" Mariana bercekak pinggang menantang Andreas.

" Saya juga tidak pernah lihat moyang kamu!"

" Itu karena kamu baru lahir kemarin." Andreas mengetap bibir menahan geram mendengar perkataan Mariana.

" Kau bicara seolah-olah kau sudah hidup seribu tahun."

" Tentu, dan saya akan hidup seribu tahun lagi."

" S G M." Andreas tidak mau lagi melayani wanita dianggapnya kurang waras. Dia menarik kopernya meninggalkan Mariana yang masih termangu. Dia tersenyum sendiri melihat penampilan Mariana tadi. Baju lebar kebesaran yang berwarna coklat, celana panjang hitam lebar, sepatu boot kulit dan topi bambu berbentuk kerucut. Jangan lupa parfum alami itu, yang membuat Andreas beberapa kali harus menahan nafas

Butuh waktu beberapa menit untuk mencerna ucapan Andreas. ' SGM, apa itu?' Namun tiba-tiba mata Mariana terbelalak.

" Hei!" Teriak Mariana, " kau yang SGM ( Sinting Gila Mengong )."

Andreas yang mendengar teriakkan Mariana berusaha mempercepat langkahnya. Mariana mengejarnya namun tetap tertinggal di belakang.

****

My Mr.VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang