Hari Pertama

40 3 0
                                    

Hari ini adalah hari pertamanya sekolah seusai libur semester genap, Febri tak sabar menginjakkan kaki di sekolah yang sudah lama tak ia kunjungi. Karena ini adalah masa 1 tahun terakhirnya di bangku SMA, masa-masa ini akan banyak kejutan yang tak terduga dan ujian-ujian yang begitu menguras tenaga dan pikiran. Aulia Febriani anak pertama dari pasangan Agung dan Lestari. Anak kedua atau tepatnya adik Febri yaitu Bayu Aditya yang masih menginjak bangku SMP.

Keluarga kecil yang penuh kebahagiaan yang tidak semua orang bisa merasakannya. Ayahnya adalah salah satu karyawan di kantor di Kota X, dan ibunya mempunyai toko kue kecil di depan rumahnya.

"Lia sayang, bangun ini udah jam 6. Nanti kamu terlambat ke sekolahnya," Lestari mencoba membangunkan Febri.

"Astaghfirullah Bu, Lia semalem gabisa tidur. Gak sabar pengen cepet-cepet ke sekolah. Terus baru bisa tidur tadi abis subuh," ucapnya sambil mengumpulkan nyawa.

"Yaudah buruan mandi, terus siap-siap," perintahnya ke Lia.

"Siap Ibuku paling cantikk," sambil mencium pipi ibunya dan lari terbirit-birit ke kamar mandi.

Tak ingin terlambat sampai ke sekolah, Febri segera bergegas menuju sekolah. Tak lupa membawa bekal yang telah disiapkan ibunya.

"Huh, untung belum terlambat," ucapnya sambil memasuki gerbang sekolah yang masih terbuka lebar. Tak lupa dia menyapa satpam di sana.

Sesampainya di kelas ia bertemu dengan teman-teman yang sangat ia rindukan. Tepatnya kedua sahabat yang sudah bersamanya sejak SD dulu. Dwi Latifa yang sangat jago bela diri dan Fara Amalya yang sangat pandai bernyanyi dan modeling.

"Feb, kan lo udah 2 tahun nih sebangku sama Fara, nah tahun ini giliran gue yaa sebangku sama dia," pinta Dwi dengan wajah memelas.

"Hmmm gimana yaa, sebenarnya gue juga udah bosen sih Fara, yaudah gak papa deh," liriknya pada Fara. Fara pun melotot tajam pada Febri.

"Oh jadi selama ini lo bosen sama gue, it's okay. Lo gue end," balasnya tak kalah menyebalkan.

Febri pun hanya tertawa.

"Eh eh udah dong jangan berantem, mending kita ke lapangan, udah dipanggil tuh sama speaker," ajak Dwi pada keduanya.

"Itu Pak Joko yang manggil budeg, bukan speaker," ucap Fara sambil menonyor kepala Dwi.

"Suaranya dari mana?" Dwi semakin ngotot.

"Speaker," jawabnya malas.

"Yaudah berarti yang manggil speaker," jawabnya tak mau kalah.

"Heh kalian mau ke lapangan gak siiih?" potong Febri yang sudah muak mendengar mereka berdebat.

Setelah selesai dijemur di bawah terik matahari pagi yang tentunya menyehatkan. Para siswa kembali ke kelas masing-masing. Hari ini mungkin belum sepadat jadwal biasanya, hanya diisi oleh wali kelas dan beberapa guru yang mau ngisi saja.

"Selamat pagi anak-anak, saya Fitri Fauziah, S.Pd., selaku wali kelas kalian di XII IPA 3 ini. Saya harap apabila kalian ada masalah atau kesulitan-kesulitan terkait sekolah, bisa dibicarakan atau didiskusikan dengan saya. Ada yang ingin ditanyakan?"

Seisi kelas hening tidak ada sepatah katapun terucap.

"Baik, kalau tidak ada. Kamu silahkan perkenalkan diri," sambil menunjuk siswa yang sedari tadi diambang pintu.

"Hai semua, perkenalkan gue Aldo Fikri pindahan dari SMA Y," ucapnya singkat.

"Aldo, kamu bisa duduk dikursi kosong di sebelah Aulia," perintah Ibu Fitri.

"Bu, sebelumnya mohon maaf, kenapa gak duduk di sebelah Angga saja? Itu kan juga kosong Bu," bantah Febri namun tetap dalam nada sopan.

"Tidak bisa. Kamu bisa membantunya kalo dia kesulitan, dia kan anak baru. Lagian kalo di sebelah Angga, Angga itu sering bolos. Nanti Aldo ikut-ikut bolos," ucap bu Fitri.

Mau tidak mau Febri harus mengiyakan wali kelasnya itu, membantah orang tua itu namanya durhaka. Jadi, Febri hanya mengikuti perintahnya. Lumayan lah, punya temen ngobrol kalo lagi gabut.

Setelah memberikan sedikit wejangan ke siswanya, bu Fitri meninggalkan kelas. Seisi kelas pun mulai gaduh.

"Hai, gue Aldo," sapanya.

"Aulia Febriani, panggil Febri aja, nanti kalo dipanggil sayang takutnya tiba-tiba ngilang," jawabnya ngasal

"Far kayaknya ada yang lagi mengeluarkan jurus seribu muka nih," sindir Dwi dari belakang.

"Iya nih, ati-ati ya Al. Jangan sampai termakan oleh omongan-omongan tidak berbobot Febri," timpal Farah.

Tak ingin membalas ucapan Febri, Aldo hanya tertawa sambil memperhatikan Febri. Manis. Omonganya maksudnya. Hanya itu yang ada dipikiran Aldo.

Aldo Fikri siswa pindahan yang sedikit bicara, pandai bermain alat musik, anak bola, pintar, dan menjadi idola kaum hawa di SMA nya dulu. Setiap hari tak pernah terlewatkan dia mendapatkan entah itu hadiah ataupun surat cinta dari penggemarnya di sekolah. Meskipun begitu, dia tidak pernah risih ataupun marah. Karena selama mereka tidak anarkis dan masih dalam tahap wajar sebagai penggemar, Aldo masih bisa memakluminya.

Hari ini tidak cukup melelahkan untuk Febri, melepas rindu pada kedua sahabat dan teman-temannya cukup membuatnya bahagia. Karena jarak rumah dan sekolah yang tidak terlampau jauh, dia memutuskan untuk berjalan kaki. Merasa kehausan, akhirnya dia memutuskan untuk mampir ke minimarket sekalian membeli pesanan yang diminta ibunya tadi pagi.

~~~~~~~~~~

Haii gaess, ini cerita pertama aku.
Maaf kalo banyak kurangnya dan bahasanya masih absurd kayak hubungan kita👀😂
Masih tahap belajar ya gaess. Tapi semoga bisa menghibur kalian semua.

☁Jan lupa vote and comment☁
Luvv kalian❤❤

Sweet CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang