The Best Support System

5 2 0
                                    

Author POV
Febri tiba-tiba berteriak dan melempar kotak ditangannya. Ternyata isinya adalah sebuah kalung yang dibungkus kantong plastik kecil berlumuran darah.

Febri shock dan takut. Pasalnya kalung dalam kantong plastik tersebut mirip dengan kalung yang dipakai saat ini. Iya, kalung pemberian dari Arga kemarin. Tak beberapa lama kemudian Arga datang. Febri langsung berlari mendekat ke Arga dengan wajah ketakutan.

"Kenapa Feb?" tanya Arga.

"I-itu di sana," menunjuk kotak yang dilemparnya.

"Itu apa?" Arga masih belum paham apa yang dimaksud Febri.

"A-ada itu Gaaa. Liat aja sendiri," kata Febri menyuruh Arga untuk melihat isi kotak tersebut.

Arga berjalan mendekati kotak itu. Lalu meletakkannya di meja.

"Ini kalung mirip punya lo Feb. Tapi kok banyak darahnya gini," tanya Arga heran.

Febri mengedikan bahunya.

"Lo dapet ini dari siapa?" Arga penasaran.

"Gak tau Ga. Gak ada nama pengirimnya," Febri menjelaskan.

Hari sudah mulai malam, Arga membawa Febri ke mobil untuk menenangkannya. Bingkisan tanpa nama itu pun di bawa Arga.

Sebelum pulang ke rumah, mereka makan malam bersama terlebih dahulu. Arga menyarankan Febri untuk makan di rumahnya saja, tapi Febri menolaknya dan lagi pengen makan di luar. Akhirnya mau tidak mau Arga mengikuti kemauan Febri.

"Lo langsung tidur ya Feb, jangan begadang. Jaga kesehatan. Kejadian tadi gak usah diinget-inget," pesan Arga waktu sampai di depan rumah Febri.

"Iya, makasih Ar. See u tomorrow," melambaikan tangan ke Arga.

Febri masuk rumah. Sekarang pukul 21.00. Toko depan rumah sudah tutup. Tapi pintu rumah masih terbuka. Bayu sedang asik bermain game di ponselnya bersama temannya. Tepatnya tetangga sebelah.

Febri tau, kalo Bayu sedang bermain game pasti tidak bisa diganggu gugat. Orang lain bertanya kepada dia pun didiamkan, kecuali ibunya. Karena katanya, dia tidak mau durhaka.

"Assalamualaikum. Febri pulang," ucap Febri memasuki rumah.

"Waalaikumsalam. Eh anak kesayangan Ibu udah pulang," sambut Lestari yang sedang menonton televisi.

Febri mencium punggung tangan ibunya dan kedua pipinya. Lalu duduk di samping ibunya dan memeluknya. Karena kantuknya mulai menjalar, akhirnya Febri memutuskan ke kamarnya.

"Good night Bu, love you," pamitnya pada Lestari. Lestari membalas dengan senyuman hangat.

Setelah membersihkan diri Febri mengecek ponselnya sambil merebahkan badannya di kasur. Ada notif dari Arga, dia pun langsung membukanya.

Arga ga gans
Feb, udah tidur?

Febri
Nih mau tidur

Arga ga gans
Have a sweet dream cantikku❤

Febri
Iya jelek ku😜

Arga ga gans
Jelek-jelek gini banyak yang ngejar-ngejar gue loh Feb😎

Febri
Dih bodoamat Ar
Eh besok pagi gue mau ziarah ke makam ayah.
Ikut gak?

Arga ga gans
Jamber?

Febri
Jam 6. No ngaret

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang