R13 - Apa?

15 5 3
                                    

Tidak ada alasan untuk tidak bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada alasan untuk tidak bahagia. Walau hanya untuk sekedar menghirup udara secara gratis di dunia ini.

~ R E S T A R T ~

.

.

Setelah lebih dari satu minggu menghabiskan waktu sekedar di rumah, Sheril akhirnya melangkahkan kaki keluar dari halaman rumahnya. Dasha sudah pulang sejak kemarin. Tentu saja, Sheril langsung memanfaatkan itu untuk mengajak Dasha main keluar. Sheril mengajak Dasha mengunjungi salah satu kafe favoritnya.

"Ah, udah lama banget gue nggak hirup dunia luar!" ucap Sheril begitu mereka menempati salah satu bangku di sana.

Kafe yang mereka kunjungi adalah kafe yang memiliki dua bagian, yaitu outdoor dan indoor. Selain itu, kafe yang bernama 'Lavina Cafe' itu memiliki bangunan tingkat dua. Dimana, pada tiap malam akan mengadakan live music di bagian atas. Meskipun memiliki dua tingkat, live music itu tetap dapat dinikmati di seluruh penjuru kafe. Dan saat ini, mereka menempati bagian indoor di lantai bawah. Sengaja, karena mereka mengunjungi tempat ini di sore hari.

"Gitu banget, Sye." Dasha membuka buku menu yang ada di hadapannya. "Lo yang traktir kan ini?"

"Heh! Kapan gue bilang gitu?" Sheril menatap malas Dasha yang masih sibuk dengan buku menu.

"Ya. Lo 'kan yang ngajakin kesini. Biasanya yang ngajakin itu tuh yang bertanggung jawab."

"Yah, kalau gitu gue pamit deh." Sheril langsung berdiri dari duduknya. Hal itu berhasil mengambil atensi Dasha yang 'sok' sibuk dengan buku menu.

"Eeh ...."

"Kak, di sini," ucap Sheril memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka.

"Kirain lo beneran mau pergi, ih!" Sheril hanya menyengir tanpa rasa bersalah.

Setelah menyampaikan pesanan mereka—Sheril yang selalu memesan menu yang sama tiap kali ke sana—kepada pelayan, mereka melanjutkan percakapan yang tertunda.

"Gimana sama Revano, masih nggak ngontakin?" ucap Dasha memulai percakapan mereka.

"Lo nanyain dia mulu, deh. Tanyain gue kek sekali-kali," keluh Sheril.

"Ya, wajah lo yang nggak ceria itu pasti berhubungan sama dia, 'kan?"

"Enggak juga, sih. Gue mumet aja di rumah terus."

"Hm?" Dasha menatap Sheril tak percaya.

"Lo gimana? Udah move on belum? Denger-denger ada yang lagi pe-de-ka-te!" goda Sheril. Dasha memutar bola matanya malas. Kebiasaan Sheril banget, ngalihin pembicaraan kalau sedang tidak ingin membicarakannya.

"Gimana, ganteng gak? Baik? Posesif?" tanya Sheril lagi, tanpa jeda.

Untung saja, pesanan mereka diantarkan. Dasha tidak perlu menjawab pertanyaan tidak berfaedah yang dilontarkan Sheril. Dan akhirnya, mereka memilih untuk menyelesaikan makanan dalam diam. Walau terkadang, Sheril dan Dasha memainkan ponsel mereka.

restart [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang