L E I O 2

11.3K 494 12
                                    

Jam menunjukan angka enam sore, Ezra dengan penampilan kusut berjalan menuju pintu apartementnya.

Menekan beberapa digit nomer lalu membukanya. Pandangannya langsung tertuju pada Langa yang tampak terkejut melihat dirinya.

"Kelas berapa lo baru balik sekolah jam segini?" Langa meminum minumannya sambil berdiri di depan Ezra yang mematung.

"Ada ekskul," balas Ezra, berjalan masuk lalu menutup kembali pintunya.

"Teladan juga lo, ekstra apa?" tanya Langa, membuntuti Ezra yang berjalan menuju sofa.

"Voli," balas Ezra, Langa mengangguk sembari meletakkan minumannya di atas meja.

"Ada makanan dari Mama di kulkas tinggal lo panasin aja. Gue keluar, kalo ngantuk langsung tidur aja. Jangan nungguin gue," Langa menyambar kunci mobilnya, mencium pucuk kepala Ezra lalu berjalan keluar dari apartementnya.

Meninggalkan Ezra yang tampak memerah di tempatnya.

Langa bersiul ria, berjalan cepat sembari memainkan kunci mobilnya menuju mobil hitam miliknya.

Di sepanjang jalan Langa bersenandung kecil sembari menyetir mobilnya menuju tempat yang sudah sering ia datangi.

Bangunan dengan lampu ungu, biru, bercampur pink di pintu masuknya membuat Langa otomatis bersiul.

Ia memarkirkan mobilnya di antara mobil mewah lainnya, berjalan dengan santai memasuki club itu.

"Yo! Lama bat dah," sapa temannya, Reno.

Langa berjalan mendekatinya, "Mana si Abas?"

"Paan?" yang dipanggil menjawab, berjalan mendekati mereka dengan seorang wanita di sebelahnya.

"Gila, siapa nih?" Gio bertanya dengan tatapan menggoda.

"Ceweknya si Victor, sat. Gue disuruh nganterin dia ke tempat balapnya, ikut nggak lo pada?" tanya Bastian, pria yang sering mereka panggil Abas.

Gio dan Reno mengangguk, sedangkan Langa mengerang.

"Sial, baru juga dateng. Alkohol seplastik es teh berapaan, Bang?" tanya Langa ke Bartender yang hanya tersenyum ke arahnya.

Reno menggeplak kepala Langa, "Diem aja lo. Ntar gue buatin es lilin pake cocktail."

"Promise?" Langa dengan bego mengacungkan jari kelingkingnya.

Dengan sigap Reno memelintir kelingking Langa, Langa memekik kesakitan. Dengan keras dirinya memukul kepala Reno berkali - kali.

"Si bangsat," gumam Langa sembari mengelus kelingkingnya yang membekas.

Reno tertawa puas, kemudian berjalan menyusul Gio dan Bastian yang sudah keluar bersama wanita tadi.

Setelah mereka sampai di tempat balap, Langa yang baru saja keluar dari mobilnya berjalan mendekati kerumunan pria yang tampak asik terbahak di tengah lapangan.

"Yo, Langa! You're late, Man!" sapa pria berkulit sawo matang dengan tato singa di lehernya yang terbuka.

"Yes, i like vanilla latte!" jawab Langa sembari bertos ria dengannya.

"Masih aja idiot. Malam ini lo main?" tanyanya.

Langa menggeleng lalu mengangguk, "Tergantung."

"Lo tau Gilang datang malam ini, mau lo ladeni?"

"Nggak," balas Langa sembari menerima kaleng soda yang baru saja dilempar ke arahnya.

"Why not? Taruhan dia kali ini pacarnya, lo yakin nggak tertarik?" pria yang baru saja melemparkan kaleng soda ke Langa berujar sembari memperlihatkan foto wanita di ponselnya.

Langa, Ezra, dan IkatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang