L E I O 5

7.9K 534 43
                                    

Pagi ini Ezra terbangun lebih dulu dari Langa, setelah selesai mandi dan bersiap untuk ke sekolah, dia kini berdiri tak tenang di samping kasur yang ditiduri Langa.

Kemarin malam suaminya ini dimarahi habis - habisan oleh Mamanya, jujur saja Ezra tidak enak dengan itu. Kali ini dia tidak akan bertingkah sembrono lagi, karena masalah kemarin menurutnya itu murni dari kesalahannya. Jika saja dia menunggu Langa bangun dan tidak berangkat sendiri, hal ini tidak akan terjadi.

"Hmmnghh..."

Ezra membuka lemari nakas yang ada di sebelahnya dan berpura - pura mencari sesuatu di sana saat Langa tiba - tiba mengolet. Langa tampak meregangkan sendi tangannya sembari mengerjapkan mata.

Ezra menutup pintu nakas kemudian berjalan menuju tasnya yang ada di kursi. Bagaimana ini? Motornya masih di sekolah, apa hari ini dia naik bus saja? Tapi Mamanya bilang, Ezra harus diantar Langa mulai sekarang. Tapi - tapi.. Ezra harus mengatakan apa ke Langa untuk memintanya mengantar dia?

"Hm? Jam berapa ini?" suara berat milik Langa terdengar kemudian.

Ezra menoleh, "Jam tujuh. Mari mau sarapan? Atau mandi dulu?"

"Bentar - bentar, kamu nggak sekolah?" tanya Langa malahan.

Ezra mengangguk, "Ini mau berangkat."

Langa mengangguk, dia kemudian merubah posisinya menjadi duduk sembari menggaruk lehernya yang terasa gatal.

Di sisi lain Ezra sudah berniat untuk naik bus saja, saat Ezra akan meminta izin untuk berangkat, Langa menoleh ke arahnya.

"Kamu naik apa? Papa bilang motormu masih di sekolah," tanya Langa.

"Bus?" jawab Ezra dengan nada bertanya.

Langa mendecak, "Masih mau berangkat sendiri? Kamu memang suka kalo aku dimarahin terus ya?"

Ezra reflek menggeleng, "Bukan gitu."

"Terus gimana?" sambar Langa.

"Mari kelihatan nyenyak, aku, aku nggak berani bangunin Mari," jawab Ezra.

Langa tampak menghela napasnya, "Ngadu ke Mama aja berani, masa cuma bangunin aku aja nggak. Mulai sekarang kamu, aku anter jemput. Bangunin aja kalo aku belum bangun. Lebih baik gitu dari pada tiap hari aku diomelin Mama terus."

Ezra tampak mengangguk patuh. Sedikit takut dengan nada bicara Langa barusan.

"Aku sikat gigi dulu," Langa berdiri dan segera masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Langa keluar, wajahnya tampak lebih segar dari sebelumnya. Dia membuka lemari dan mengambil kemeja kotak - kotak dan juga jeans hitamnya.

Setelah selesai memakai pakaian, Langa kini memungut dompet dan juga kunci motornya.

"Udah?" tanya Langa saat Ezra masih sibuk dengan tasnya.

Ezra yang mendengar suara pria di sebelahnya ini segera menutup kembali tasnya dan memakainya.

Dia mengangguk, "Udah."

Langa mulai melangkahkan kakinya untuk keluar dari apartement, disusul dengan Ezra yang setia membuntuti Langa.

Tepat saat mereka berdua keluar, Bie di sebelahnya juga tampak keluar dari apartementnya.

Pandangan Ezra dan juga Bie terkunci beberapa saat. Mereka sama - sama tersenyum.

Langa dan Ezra berjalan menuju ke arah lift berada, yang otomatis harus
melewati apartement Bie.

Ezra tampak membungkuk, sedangkan Bie langsung tersenyum lebar.

"Pagi, Zra," sapa Bie.

Ezra menghentikan langkahnya, "Pagi juga. Berangkat kerja, Bang?"

Langa, Ezra, dan IkatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang