L E I O 1

20.9K 771 15
                                    

Ezra terbangun dari tidurnya, ia turun dari kasur berukuran besar dengan seprai putih lembut menuju ruangan lain.

Mengecek satu persatu ruangan yang ada di apartemen pemberian mertuanya kepada dirinya dan juga suaminya.

Tidak ada orang selain dirinya, berarti suaminya belum pulang sejak mereka menyelesaikan pernikahan mereka kemarin.

Ezra menghela napas, menatap cincin yang ada di jari manisnya lalu berjalan menuju kamar mandi dan bersiap untuk sekolah.

Menikah. Ezra tidak pernah membayangkan jika dia akan menikah di usianya yang baru saja menginjak 17 tahun ini.

Dia juga tidak pernah menyangka jika dia akan menikah dengan seorang mahasiswa berumur 21 tahun.

Pernikahan yang ia jalani ini adalah permintaan terakhir Ibunya sebelum beliau menghembuskan napas terakhir seminggu yang lalu.

Pandangan Ezra tertuju pada bingkai kecil yang ia letakkan di nakas malam tadi. Wajah cantik milik Ibunya terpampang jelas di depannya. Ezra tersenyum, mengucapkan selamat pagi lalu perpamitan untuk pergi ke sekolah.

Saat dirinya membuka pintu, seorang pria dengan kaos abu - abu berdiri tepat di depan pintu apartemennya.

Ezra mendongak menatap wajah pria itu. Dia Langa, orang yang baru saja membuat janji ikatan dengannya kemarin.

"Sekolah?" tanya Langa, bau alkohol tercium tepat setelah Langa membuka mulutnya.

Ezra mengangguk, menggeser tubuhnya agar memudahkan Langa untuk melangkah masuk ke dalam apartement mereka.

"Perlu gue anter?" tawar Langa sembari masuk ke dalam apartemen.

Ezra menggeleng lalu melangkah meninggalkan Langa yang mengangguk paham sembari kembali menutup pintu apartemennya.

Mengendarai motornya menuju sekolahan dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di sekolahan, Ezra bergegas untuk memasuki ruang kelas yang seminggu lebih ini tidak ia masuki.

"Loh udah masuk lo, Zra?" tanya Dila yang sudah tiba terlebih dulu.

Ezra mengangguk singkat lalu duduk di kursi yang sudah lama tidak ia duduki.

"Gue turut berduka ya, Zra. Maaf minggu kemarin gue nggak bisa ikutan," Dila meminta maaf.

"Nggak apa, thanks ya," Ezra menjawab lalu menyenderkan tubuhnya ke kursi.

"Pagi, Bos," sapaan seseorang membuat Ezra menoleh ke sumber suara.

Ezra mendengus menatap Dion lalu kembali berkutat ke ponselnya.

Dion, teman sebangku Ezra duduk di sampingnya.

"Lo pake cincin, Zra? Anjir nikah lo?" pekik Dion saat ia melihat cincin perak di jari Ezra.

Ezra dengan reflek menyembunyikan tangannya, "Nikah bapak lo."

Reya yang baru tiba terbahak, "Iya cincin nikah itu fiks."

Ezra mendengus, "Bukan, rese lo pada."

Dengan kesal Ezra menidurkan kepalanya di atas meja sembari menutupi wajahnya.

Sial, dia tidak mungkin mengatakannya.

- l e i -

"Halo, Ma?" Langa mengangkat telpon yang baru saja masuk.

"Ezra dimana?" pria yang dipanggil Mama tadi berujar dari seberang sana.

"Sekolah," jawab Langa, duduk di sofa sembari menyalakan tv.

Langa, Ezra, dan IkatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang