L E I O 4

8.1K 521 5
                                    

Pagi ini Bie terbangun dengan banyak tanda merah di sekujur tubuhnya, "Ta, bangun."

Bie menggoyang - goyangkan tubuh telanjang Ista yang tampak masih tertidur lelap di sebelahnya.

Ista bergumam meresponnya, Bie mendecak, "Abhista Dezho."

Ista mengerjap saat Bie memanggilnya menggunakan nama lengkapnya.

Cup..

Bie mencium bibir Ista, "Baby, bangun."

Ista tersenyum kecil sembari mengucek matanya yang terasa mengganjal, "Bie Hatistora."

Ista memeluk pinggang Bie, menyuruhnya untuk tidur kembali, "Bie, lo bikin gue keras."

"Sekeras apa, hm?" tangan Bie mengerayap menyentuh bagian bawah milik Ista yang membesar.

Ista menggeram, matanya yang terasa berat perlahan hilang, dia memutar tubuhnya agar berada di atas Bie. Masing - masing tangannya menumpu tubuhnya di sisi kepala Bie.

Ista memandangi Bie yang ada dikungkungannya, Bie yang baru bangun tidur tampak menggoda, ditambah lagi tanda merah yang dia buat di leher jenjang itu. Libidonya naik seketika.

"Sekali lagi ya?" pinta Ista dengan lembut.

Bie memerah di bawah sana, dia menganggukkan kepalanya memberi izin.

Bie menarik kepala Ista agar memudahkannya untuk mencium bibir itu, Ista menerimanya sembari menyibak selimut yang mengganggu kegiatan mereka.

Tangan Ista tak tinggal diam, dia mulai mengerayapi tubuh Bie yang tak tertutupi apapun. Bie melenguh di sela lumatannya sambil meremasi punggung Ista.

Brak..!

Seketika Bie dan Ista menoleh ke arah pintu, mereka terdiam beberapa saat ketika mereka mendengar suara ribut - ribut di luar.

Bie menoleh ke arah Ista, "Bentar, biar gue cek dulu."

Bie segera memakai kembali pakaiannya lalu berjalan untuk mengecek suasana di koridor apartemen.

Ista juga ikut memakai kembali pakaiannya dan menyusul Bie yang sudah lebih dulu keluar dari dalam apartemen.

Di koridor, beberapa laki - laki dan satu wanita tampak berdiri di depan pintu apartemen milik tetangga sebelahnya.

Salah satu di antara mereka, Bie mengenalnya. Itu laki - laki yang dikenalkan Ezra sebagai saudaranya. Tapi dimana Ezra?

"Kenapa, Bie?" Ista berdiri di sebelahnya.

"Nggak tau, kita masuk aja deh nggak usah ikut campur," putus Bie.

Namun saat mereka akan masuk kembali, suara pukulan yang terdengar sangat keras membuat Bie dan Ista kembali menoleh ke gerombolan itu.

Bie tampak terkejut saat melihat Langa dipukul telak oleh salah satu di antara mereka.

"Apa masalah lo?" ini kalimat pertama yang dilayangkan Langa.

Laki - laki tadi mendecih sembari menunjuk ke arah wanita yang berdiri di belakangnya, "Lo kenal dia?"

"Apa masalah lo?" ulang Langa, dia memijit rahangnya yang terkena pukulan tadi.

Laki - laki tadi tampak menggeram, "Mia ini adik gue dan lo berani - beraninya bikin Mia nangis. Punya nyali juga lo."

"Bentar - bentar. Kenapa ini jadi salah gue?" heran Langa.

"Gue cuma ngasi kontak gue ke dia, dianya aja yang kebaperan sendiri," lanjut Langa.

Wanita yang diam di belakang mendekat, "Lo yang bilang kalo gue bisa gantiin si Jane haru-"

Langa, Ezra, dan IkatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang