1.

755 62 9
                                    

Di pagi yang cerah, mobil Civic type R sudah terparkir rapih dalam gedung kepunyaan pengusaha terkenal—siapa lagi jika bukan Johnny Seo—CEO dari Seo Company. Pria tampan, berkharisma tinggi dengan kemapanan yang sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Pria itu hampir sempurna dengan kehidupannya, dengan paras tampan, sikap bijaksana dan kekayaan nya yang melimpah.

Seo Company merupakan perusahaan di bidang perhotelan. Pada masa kepemimpinan Myung joon–ayah Johnny, perusahaan ini sudah mempunyai banyak cabang hotel yang rating hotelnya pun tidak sembarangan. Johnny yang merupakan penerus ayahnya hanya tinggal mempertahankan perusahaannya juga cabang-cabangnya. Namun, Johnny memegang perusahaan itu dengan sangat baik sehingga perusahaan tersebut tidak hanya dipertahankan, namun menambah cabang yang lebih luas.

Ia menyusuri lobby kantor dengan setelan jas nya yang rapih, disusul dengan Yuta yang menjadi CFO sekaligus teman Johnny dari kecil.

"John, rajin bener pagi-pagi udah dateng." ucap Yuta sembari menepuk pelan bahu pria tampan itu. Johnny melemparkan pandangan nya kepada Yuta dengan senyum kecil "Yakali gue skip meeting." jawabnya santai. Meskipun posisi Johnny di kantor sebagai CEO, namun jika bersama Yuta, Johnny tetaplah sebagai teman kecilnya. "Oh iya, laporan udah lo terima semua? Lo udh siap buat presentasiin di–" dengan sigap tangan Yuta menutup mulut Johnny, menyuruhnya untuk berhenti bicara. "Sudah, bapak Johnny yang paling ganteng sedunia. Tenang aja. Meeting nya bakal lancar kok." Memang terkadang Johnny menjadi pihak paling khawatir. Padahal selama perusahaan dipegang olehnya, tak ada satu kesalahan pun yang perlu di khawatirkan.

"Hari ini jadi?" Tanya Yuta.

Johnny terdiam sebentar sambil menatap Yuta. "Jadi lah bro. Soal itu juga nggak bisa di skip." Renjun—mana mungkin ia lupa, pikir Johnny. "Tapi cari toko nya yang lain aja, yang kemarin karangan bunganya kurang bagus, Yut." lanjut Johnny.

Yuta mengedarkan pandangan nya sembari memikirkan toko bunga mana yang harus mereka kunjungi. "Oh iya John, di deket apartemen lo kan ada toko bunga? Kenapa nggak coba ke situ aja?" saran Yuta. "Ah iya, gue akhir-akhir ini suka berangkat pagi pulang malem, nggak sadar kalo disana ada toko bunga." Jawabnya.  Jelas saja ia tidak tahu bahwa di sebelah apartemennya itu adalah toko bunga, bagaimanapun juga Johnny orang yang sibuk, ia selalu berangkat pagi—sebelum toko bunga itu buka, dan pulang malam—setelah toko bunga itu tutup.

"Eh yaudah deh lanjut ke ruang meeting aja yuk." Lanjut Johnny. "Yuk, meluncur." jawab Yuta sembari lanjut berjalan.

Profesionalisme yang dimiliki Johnny dan Yuta sangat mantap. Jika di luar kerjaan mereka bisa bercanda tawa, maka saat sedang bekerja mereka bisa serius tanpa senyuman.

Meeting berjalan lancar seperti biasanya, mereka berjabat tangan dan berterimakasih atas kerjasama satu sama lain

"Jangan kebanyakan kerja pak bos, liat kesehatan juga. Cepetan cari jo–" sebelum Yuta meneruskan omongannya, Johnny sudah terlebih dahulu menampar mulutnya pelan. "Ngomong lagi gue sikat lu." Yuta langsung memegangi bibirnya lalu tertawa. "Sensi amat ya ampun."

"Langsung aja nih?" Tanya Yuta. "Lo nggak mau makan dulu?" ucap Johnny menawarkan. "Ya kalo pak bos mau traktir, masa ditolak? Sikat lah." Ujar Yuta dengan tawanya yang renyah disusul dengan Johnny yang menepuk pundak Yuta dengan pelan–menanggapi candaan nya.

Lalu mereka membeli makanan di restoran terdekat, seperti janjinya, Johnny yang traktir. Sehabis itu mereka menuju toko bunga yang dibilang Yuta tadi pagi.

"John, gue denger-denger penjaga toko bunga itu cakep banget. Manis." ucap Yuta, Johnny melirik Yuta, "buat lo aja gih. Gue masih belom minat." Ujar Johnny. "Awas ya kalo sampe sana kepincut, gue ketawain lo." ancam Yuta, Johnny hanya tertawa menanggapi candaan nya.

Johnny turun dengan Yuta yang mengekor dibelakangnya, semua mata tertuju pada seseorang yang turun dari kendaraan mewah itu–lebih terkejut lagi saat mereka tahu yang turun itu dua orang tampan berdasi dengan setelan jas yang rapih–setelan orang kaya.

Johnny membuka pintu toko bunga itu, melihat lihat karangan bunga yang tertata cantik.

"Selamat datang di Ten Florist, perlu rangkaian bunga seperti apa, pak?" Johnny sontak berbalik ke arah sumber suara tersebut dengan mata yang masih tertuju pada bunga-bunga disana, "saya mau pesan untuk–" ucapan Johnny terpotong, terkejut dengan seseorang yang berada di depannya. Ia kaku, matanya berkaca kaca. "Untuk apa pak?" tanya pemuda itu lagi. Johnny terdiam lalu meninggalkan toko bunga tersebut dan Yuta tanpa kata. Yuta yang berada di dalam toko juga nampaknya mengerti apa yang terjadi pada Johnny–teman kecilnya.

Di dada pemuda itu tertera nama "Ten" yang berarti toko bunga ini adalah miliknya seorang dan ia bukan orang yang sama–hanya orang yang mirip.

"I'm sorry, i think he's a little bit shock. I'm gonna come here later." ucap Yuta kepada Ten–penjaga sekaligus pemilik toko tersebut . Ten hanya mengangguk menanggapinya.

S I M I L A R - [Johnten] (PAUSED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang