6.

257 35 1
                                    

Johnny sampai di apartemennya dan melepas setelan jasnya yang membuatnya gerah itu, lalu ia ganti menggunakan baju coklat polos dan celana kulot panjang yang berbahan sejuk. Johnny yang memakai setelan baju seperti itu membuatnya terlihat seperti anak muda pada umumnya, tidak seperti CEO yang memiliki perusahaan terkenal.

Johnny menatap lekat layar gawai nya lalu tersenyum karena pesan yang ia terima. Siapa lagi kalau bukan dari Ten—seseorang yang akhir-akhir ini menciptakan senyum di bibirnya.

Pesan yang dikirim Ten mengingatkan Johnny terhadap Renjun, tentang bagaimana Renjun selalu tersipu malu saat digodanya dan selalu berkata "Apasih kak, baru aja ketemu masa udah kangen! Bilang aja kaka maunya deket-deket Injun terus, ya kan?! Injun tuh udah gede tau kak!" Lucu sekali bagaimana dia bilang kalau dirinya sudah "gede" namun masih menyebut dirinya "Injun"–panggilannya yang super imut itu.

Semua yang ada pada diri Ten entah mengapa mengingatkan Johnny akan Renjun. Entah karena mereka benar mirip secara wajah maupun sikap atau Johnny hanya meyakinkan dirinya sendiri bahwa Ten mirip Renjun—yang jelas semenjak Ten ada, ia merasakan kembali kehadiran Renjun dalam hidupnya.

Johnny kembali fokus kepada gawainya, dan kembali bertukar beberapa pesan.

Johnny
Besok lo free?

Ten
Gue pemilik toko, John.
Toko bakal tutup semau gue juga bisa.
Wkwkwkwk

Johnny
Iya juga.
Nanti jam istirahat makan siang gue mau ajak lo keluar
Mau nggak?

Ten
Keluar kemana?
Makan?
Mending gue masakin lagi aja sini

Johnny
Hmm bukannya gue bosen sama masakan lo atau gimana ya
Gue mau traktir lo balik gitu maksudnya
Yaaa itung-itung tanda pertemanan? Kan lo udah ngasih masakan lo, tinggal gue ngasih traktiran. Gimana?
Harus mau deh.
Gue nggak nerima penolakan.

Ten
Astaga John
Sebenernya nggak usah
Tapi karena lo bilang nggak nerima penolakan, yaudah deh
Ayo.

Johnny
Nah gitu dong
Dandan yang ganteng ya
Eh nggak usah deh, udah ganteng.
Ntar kasian lo nya jadi repot

Ten
Repot dandan?

Johnny
Bukan
Repot gotong gue yang pingsan
Gara-gara liat lo ganteng banget
Makanya jangan dandan.
Gausah dandan juga ganteng:(

Ten
John males ah:(
Gombal terus kek gembel:(

Johnny tersenyum melihat balasan terakhir Ten. Menggemaskan, pikirnya.

Johnny
Ga gombal tau, beneran:(
Btw gue ngantuk

Ten
Tidur, John.
Udah malem, besok lo ngantor kan?

Johnny
Tidurin?

Ten
Gausah gila:(

Johnny
Hahahaha
Gue tidur duluan yaa!
Goodnight
See you tomorrow, cutie.

Ten
Good night, John.
See you.

Hati Johnny menghangat seketika. Ada perasaan baru yang menjalar di hatinya. Ia sama sekali tidak mengerti perasaan macam apa yang dimilikinya terhadap Ten. Apakah ini hanya perasaan rindu akan adiknya Renjun? Atau ini adalah perasaan lain yang ia tak tahu sebutannya apa? Apakah ini yang disebut "jatuh cinta" oleh orang-orang? Namun jika memang ia merasakannya, apakah tidak terlalu cepat?

Dan lagi, cinta itu seperti apa?

Johnny belum mengerti itu semua.

Ia akhirnya tidur dengan perasaan hangat yang masih ia pertanyakan itu, entah sampai kapan pertanyaan tersebut tidak mendapat jawaban–yang jelas sekarang, ia bisa tertidur nyenyak setelah seminggu penuh hanya mendapat tidur secukupnya di kantor.

***

Pagi itu tidak seperti pagi biasanya, senyum di bibir Johnny entah mengapa terus merekah semenjak keluar dari mobil mewahnya. Yuta yang berjalan beriringan disampingnya dibuat bingung karena tingkah Johnny pagi ini.

"Tumben amat mukanya cerah begini bos? Ada hal baik apa nih kira-kira?" ujar Yuta dengan memasang senyum menggodanya. "Biasalah.." ujar Johnny santai tanpa menghapus sejengkal senyum pun dari bibirnya. "Gue bukan malaikat raqib atid yang ngikutin lu kemana-mana dan tau ada kejadian apa aja yang menimpa lu ya, mana ngerti gue 'biasalah' itu apaan." balas Yuta dengan penuh kekesalan karena tidak terima akan jawaban yang diberikan Johnny.

Johnny tertawa karenanya, "gue bakal makan siang bareng Ten." ujarnya kemudian sambil menyunggingkan senyum yang terlihat amat bahagia.

"Oh? Dimasakin dia lagi?" tanya Yuta. "Nggak" jawab Johnny dengan gelengannya cepat. "Terus?" tanya Yuta lagi.

"Gue traktir dia sekarang. Kan dia masakin gue kemaren." jelas Johnny "Gue ikut dong?" mohon sahabat karibnya itu."Dih, nggak usah. Mau berduaan gue hahaha." tawa renyah keluar dari mulut Johnny, entah mengapa Johnny hari ini sedikit menyenangkan.

"Habis manis sepah dibuang anjir. Temen kurang ajar." canda Yuta menanggapi Johnny, membuat tawa Johnny semakin kencang. "Becanda, Yut. Boleh kok, yuk ikut?"

"Nggak deh John, baru inget gue ada meeting juga hari ini." jawab Yuta santai. Seolah mengerti bahwa hari itu, ia tidak ingin mengganggu hari Johnny yang sedang bahagia-bahagianya. Yuta menepuk pundak Johnny pelan dan berlalu ke ruangannya.

"God, i think he's fallin' in love." pikir Yuta.

Yuta tersenyum, tak pernah ia melihat Johnny sebahagia ini sebelumnya. Ten–mungkinkan sekarang lelaki itu yang akan menjadi sumber bahagia Johnny setelah 6 tahun yang begitu suram baginya?

***

AAAAKKKK SUMPAAHH kalian tuh harusss bener benerr admire Yuta bangett!! Karena nanti Yuta itu bakal jadi jembatannya Johnten xixixi

Johnny gapekaan banget ya gaes, maklum, pikirannya kerjaan mulu sih, kasian emang pak bos😭💔

Akuu keknya tiap chapter bakal selalu ngomong ini deh

Makasih kalian yang masih lanjut baca cerita inii, maaf yaa kalo cerita ini nggak sesuai ekspetasi kalian atau nggak seseru cerita lainnya🥺🥺

Makasih banyak masih betah sama cerita ini yaa❤️❤️❤️❤️

S I M I L A R - [Johnten] (PAUSED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang