────── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──────
"Apa kau tidak bisa melakukannya dengan lembut?!"
Jungkook mendengus, "Mianhae, Tae. Aku sudah melakukannya dengan lembut. Kau saja yang lemah." Ucap Jungkook dengan pandangan yang tak lepas dari beberapa sayatan di lengan Taehyung. "Lagipula, apa kau bertarung dengan harimau tadi malam?"
Kini giliran Taehyung yang mendengus, "Ya, kalau kau terus bicara, luka ini akan terasa semakin sakit." Jawab Taehyung.
"Baiklah, baiklah. Sudah selesai."
Taehyung mengangkat lengan kanan dan kirinya secara bergantian. Ia melayangkan pandangannya kearah goresan-goresan yang kini menjadi sedikit lebih kering.
"Jadi, darimana asalnya luka itu?" Tanya Jungkook santai sembari membuka kaleng berisi soda.
"Kau penasaran sekali ya?" Jawab Taehyung singkat. "Tadi malam, ketika aku berusaha membawa gadis itu ke dalam mobil, ia sedikit memberi perlawanan. Ya. . . itu sangat wajar bukan? Hanya saja aku tidak memikirkan bahwa cakarannya dapat menyerupai cakaran harimau diluar sana. Shhh, sial mengapa masih terasa sangat perih."
Jungkook menatapnya datar. "Kau baru saja menekannya, Tae. Pantas saja luka-luka itu juga menyakitimu."
"Hhhh, yasudah. Aku keruang kerja. Kau urus sarapan pagi, Kook." Kini Taehyung bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Menyisakan Jungkook yang mendengus putus asa karena urusannya tidak pernah jauh dari urusan dapur.
***
"Hyung! Ayo kita sarapa. . .— Astaga!" Mata Jungkook melebar ketika melihat Jimin di ruang kerjanya. "Hyung, kau gila?! Saat ini pukul 8 pagi! Dan bahkan kau yang membuat peraturan untuk tidak membawa gadis bayaran ke dalam sini!"
Jimin melepaskan rangkulannya dari gadis disebelahnya itu. "Pergi. Aku sudah selesai bermain denganmu." Ucap Jimin pada wanita itu.
"A-Apa? Bahkan aku belum menyentuhmu." Balas gadis itu.
"Lakukan apa yang kukatakan."
Gadis itu mendengus kesal dan berjalan keluar dari ruangan melewati Jungkook.
Jungkook mengalihkan pandangannya pada Jimin, lalu berjalan mendekatinya. "Ayolah, kendalikan dirimu. Gadis itu tidak akan pulih apabila kau selalu seperti ini."
Jimin menghela nafasnya kasar, "Aku bahkan tidak tahu apa yang sudah kulakukan, Kook."
"Kau harus kembali mengingat untuk apa kau membawa noona datang kesini."
Jimin terdiam. Ia melipat kedua tangannya dan berdiri menyandar meja kerjanya.
"Kalau kau sudah merasa lebih baik, ayo pergi sarapan, hyung. Aku membuat sup kesukaanmu." Ujar Jungkook seraya menatap sahabatnya itu lalu melangkahkan kakinya keluar.
Jimin hanya diam dan menghela nafasnya berkali-kali.
***
Yuji mengerjapkan matanya perlahan. Ia berusaha mengumpulkan nyawanya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ah, ternyata posisinya masih sama dengan tadi malam. Nampaknya ia terlelap tidur di tengah tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIRENS
FanfictionKeduanya saling menatap intens. Entah sang pria, maupun wanitanya yang saat ini sedang ia dekap dengan erat. "Aku mencintaimu." ucap sang pria sembari menghapus noda merah pada wajah wanitanya. Wanitanya tersenyum, "Begitupun aku." Kali ini mereka...