1 - The Offer

48 23 35
                                    

────── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──────

Gadis bertubuh mungil itu mulai membelah kota Seoul yang dipenuhi oleh bangunan tinggi disekitarnya. Ia mendahului, bahkan menerobos padatnya pejalan pagi di pinggir kota. Sesekali ia melirik kearah ponselnya yang terus bergetar. Ia menghela nafas dan segera mempercepat langkahnya tanpa memperdulikan penampilannya lagi. Hingga akhirnya ia memasuki sebuah gedung megah yang memiliki ketinggian hampir 25 lantai.

Ia terus berjalan gusar sembari memperbaiki penampilannya secara asal. Padatnya suasana kantor akibat adanya pertemuan beberapa pengusaha pada pagi hari ini berhasil membuat gadis itu bertabrakan dan menjatuhkan beberapa buku dipelukannya. Dengan cepat ia merutuki kecerobohannya dan melanjutkan langkahnya ke salah satu ruangan.

"HUH! AKHIRNYA!"

Kali ini dengusannya berhasil membuat pria dihadapannya menatap aneh kepadanya. Baiklah, ralat. Kini semua orang di dalam ruangan menatapnya dengan tatapan aneh.

"Yang benar saja?" ucap pria dihadapannya dengan tatapan datarnya.

Gadis itu masih mengatur nafasnya.

"Kau benar-benar berantakan, Kang Yuji."
Pagi ini, Jaehwa dibuat kaget dengan penampilan Yuji. Kini wajah sahabatnya itu terlihat sedikit merona akibat cahaya matahari pagi, dan... oh tidak. Rambutnya. Rambutnya benar-benar berantakan. Terdapat beberapa helai rambut yang lepas dari ikatan rambutnya.

Yuji kini memandang pria dihadapannya, "Ya! Apa direktur mencariku tadi? Astaga aku tidak percaya bahwa pagi ini aku sangat terlambat. Kau tahu? pagi tadi aku bangun pukul. . .—"

"Tidak ada yang mencarimu, Kang Yuji. Aku beberapa kali mencoba untuk mengabarimu bahwa hari ini kau bertukar jadwal dengan Jess."

Kini Yuji menganga tidak percaya. "B-bagaimana bisa?. . jadi, beberapa aksi dramatis yang aku lakukan dijalan tadi. . ."

"Ya. Tidak berguna."

Yuji kembali menghela nafasnya dengan kasar sembari merutuki situasi ini. Memang, sudah terhitung hampir 2 bulan ini ia menjalani magang di salah satu perusahaan ternama Seoul. Dan pagi tadi ia benar-benar terlambat, sementara acara akan dimulai 15 menit setelah ia membelalakkan mata. Untungnya, jarak antara flat Yuji dengan tempat kantor tidak terlalu jauh.

"Sudahlah, Yuji. Saat ini seharusnya kau bersyukur karena terdapat banyak makanan lezat disini. Dan. . . ah, saat ini juga kebetulan aku juga belum sarapan."

Yuji menatap Jaehwa diikuti dengan smirk jahatnya, "Kau memang mengerti diriku, Jay."

Mereka saling menatap dengan tatapan 'aneh'nya yang khas sembari menarik senyum konyolnya. Tak lama kemudian, mereka langsung melancarkan aksi busuknya dengan berkeliling disekitar ballroom tempat diadakannya acara. Berkali-kali juga Jaehwa mendapatkan cubitan kecil dari Yuji akibat tangan jailnya yang mengambil makanan secara asal.

"Baiklah, Jay. . .— oh, astaga! Darimana kau mendapat seluruh makanan itu bodoh?! Kau tau apa yang akan direktur katakan apabila melihat tingkah bodohmu yang memalukan ini?!", ucap Yuji dengan intonasi tinggi namun sedikit berbisik.

Kali ini Yuji benar-benar ingin memukul Jaehwa karena. . . astaga. Ia mengambil makanan dengan jumlah yang sangat banyak hingga Jaehwa sendiri dapat memeluknya.

SIRENSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang