comes

1.6K 222 7
                                    

"Bagaimana kau bisa memutuskan hal seperti itu sendirian??"

Yuuji sebenarnya telah menyiapkan beribu kata alasan yang akan di ungkapkannya di hadapan sukuna. Namun, pada saat ia berdiri di hadapan tubuh besar dan tegap itu, yuuji tidak sanggup mengeluarkan kata apapun.

Semuanya lenyap, bersama dengan keberanian dan angannya untuk tinggal jauh dari sukuna.

"Oi kau tak perlu sekasar itu pada adikmu!" Celutuk megumi, ia menepuk bahu yuuji menyemangati.

Megumi tahu, yuuji telah memperingatkannya untuk tidak ikut campur dalam permasalahannya bersama sukuna. Namun, dia tidak bisa diam begitu saja melihat orang yang ia suka diam dibentak sesuka hati.

"Kau-"

"Megumi cuma teman sekelas!!" Seru yuuji menengahi, yuuji mendorong megumi dengan lembut. Berharap megumi akan mengerti betapa cemasnya ia saat ini jika megumi akan terluka karena dirinya.

Sukuna menghela nafas kasar, "kalau kau tidak ingin melihat kaki temanmu ku patahkan, pulang yuuji!"

Yuuji mengenggam jari jemarinya erat, meskipun takut akan bayang-bayang kekuatan sukuna, yuuji tak bisa menerima kata-kata sukuna.

"Kau bilang kau akan menyetujui persyaratanku!"

Yuuji mendekat perlahan pada sukuna

"Aku muak tinggal dikekang olehmu!!!"

Pertama kali dalam hidupnya, yuuji memekik sekuat tenaga mengeluarkan emosinya yang sebenarnya.

Sukuna tertegun, sementara megumi menghampiri yuuji karena khawatir, Yuuji bertingkah tidak biasa hari ini.

"KAU ADIKKU!!" Balas sukuna, tidak mau mengalah sedikit pun. Sukuna adalah sukuna, dan ia melakukan apa yang ia inginkan.

Bahkan jika perbuatannya akan menyakiti orang-orang disekitarnya, ia tidak peduli selama kepuasannya terpenuhi.

"Bukan berarti aku milikmu..." lirih yuuji putus asa, yuuji tidak tahu harus berbuat apa agar sukuna sadar dan mengerti. Meskipun mereka kembar, jalan hidup mereka tidak ditentukan oleh salah satunya.

Yuuji lelah.

Andai saat ini seseorang saja yang menggantikannya berbicara pada sukuna. Orang yang dapat mengimbangi sukuna, yang dapat yuuji andalkan.

Gojo sensei....

Sukuna dengan raut wajahnya yang mengerikan dipenuhi amarah melangkah mendekat dengan cepat. Pertama, ia menyingkirkan megumi dengan menjulak lelaki kurus tinggi itu menghantam tembok, lalu selanjutnya, tangan besar sukuna mencengkram wajah yuuji.

Terpaksa menatap wajah sukuna, yuuji memberontak dengan memberikan beberapa pukulan kepada kakaknya. Sia-sia. Yuuji tahu perlawanannya akan selalu sia-sia.

"Yuuji, apa kau pikir kau bisa di titik ini tanpa diriku?"

Yuuji menggigit bibirnya kuat, ia benci tidak mempu melawan, benci karena harus tunduk di bawah kaki sukuna.

Air mata yuuji meleleh.

"Hentikan." Kata yuuji.

Sukuna tersenyum, "mhm? Ada apa? Apa yang akan kau lakukan?"

Yuuji menggeram, mengalihkan pandangannya dari senyum merendahkan sukuna yang mengasihaninya karena tak dapat berbuat apa-apa.

Sementara megumi mengaduh dalam diam, kekuatan sukuna memang seperti yang dibayangkan dari penjelasan yuuji. Punggung megumi tak main-main terasa sakitnya.

Megumi berdecih, berharap kugisaki segera membawa gojo sensei kemari. Untung saja ia mengambil inisiatif untuk berjaga-jaga dengan memanggil gojo sensei, setidaknya mereka masih punya harapan.

"Sukuna... " yuuji menatap sukuna memelas.

"Hm~? Berubah pikiran?"

"Sebenarnya... apa yang kau inginkan dariku?"

Yuuji lelah, entah untuk keberapa kali ia menyadari ini. Tapi ia lelah.

Sukuna membisu tidak dapat menjawab, ia dan adiknya hanya saling membalas pandang tepat di mata.

Itu pertanyaan yang sedikit mengusik hati kecilnya. Benar. Apa yang ia inginkan dari yuuji? Apa ini hanya sebatas rasa sayang?

"Yuuji!!" Teriak kugisaki dari kejauhan, sementara tak jauh darinya gojo sensei berlari mendekati mereka.

Yuuji menarik nafas dan tersenyum lega, matanya berkaca-kaca ketika menangkap siluet gojo sensei mendekatinya.

Sukuna mendengus, selama guru albino itu ada, ancaman seperti apapun yang akan sukuna beri pada yuuji akan berakhir sia-sia.

Tapi jika dia dapat memutarbalikan situasi dengan caranya sendiri, sukuna pasti bisa menemukan jalan.

Sukuna melepaskan cengkramannya, menepuk bahu yuuji pelan dengan sebuah senyuman yang hangat.

"Gomen, aku pasti menakutimu kan?"

Yuuji menatap tak percaya, gojo yang baru tiba dengan nafas tak beraturan itu pun juga terhenyak. Kaget.

"Ah! Kalau begitu, yuuji boleh tinggal disini!" Tawa sukuna begitu lebar hingga membuat mereka semua melongo.

Terlebih megumi yang menyaksikan dengan benar kejadian runtut dimana sukuna mengancam yuuji akan mematahkan kakinya. Wow impresif.

"Eh...? Sukuna-nii... setuju?"

Sukuna mengangguk, "tapi... aku boleh kan mengunjungimu?"

Yuuji mengusap-usap tengkuknya, ini aneh, terlalu aneh. Tidak mungkin sukuna akan menyetujui ini begitu saja.

Apa... yang ada dipikiran kakaknya?

Yuuji mengangguk ragu, ia melirik gojo sensei yang menatapnya tidak mengerti.

"Kalau begitu..." sukuna mengecup kening yuuji, "nii-san akan mengunjungimu nanti."

Sukuna berlalu, meninggalkan yuuji, gojo, megumi, dan kugisaki dalam hening yang panjang.

"Yuuji kau tak apa-apa kan?" Gojo mendekat, gojo sendiri tidak tahu apa yang terjadi.

Tapi... tadi, saat sukuna mengecup kening yuuji. Gojo jelas melihat sukuna meliriknya dengan tajam, lalu seringai kemenangan itu....adalah tanda perperangan diantara mereka.

Yuuji menarik ujung kameja gojo kecil, tubuhnya sedikit begetar. Gojo menghela nafas, tersenyum, lalu merangkul yuuji ke dalam pelukannya.

"Yuuji... kau pasti bisa melewati ini..." bisik gojo lembut di saat ia mengenggam tangannya erat, hatinya membara ketika bayangan sukuna yang mengecup yuuji terngiang-ngiang.

Sukuna, menantangnya.

.....

cinnamon!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang