Sejak force feminization yang kualami di kantor saat perayaan ulang tahunku, rasa penasaran selalu muncul ketika aku melihat gaun atau pakaian perempuan yang aku anggap cantik atau sexy. Pikiranku terbelah antara membayangkan wanita yang kusukai memakai baju itu kemudian berkencan denganku dan membayangkan bagaimana cantiknya aku ketika memakai baju itu. Aku berusaha menghapuskan pikiran pikiran opsi yang kedua. Aku berusaha menghapusnya dengan tampil lebih macho, dengan membiarkan cambang dan kumis tumbuh liar di wajahku.
Liburan telah lama usai, aku beraktifitas dengan rutinitas seperti biasanya. Membosankan namun aku tak bisa mengelaknya. Ingin rasanya aku keluar dari kungkungan ini, aku mau keluar dari zona nyaman ini, aku membutuhkan tantangan baru agar hidupku terasa lebih berwarna.
Siang itu aku menemui pak joni selaku branch manager kantor kami, aku sharing mengenai stagnan nya karirku dikantor dan menanyakan apa ada peluang untuk meningkatkan karirku. Kemudian dia mengeluarkan smartphone dari blazernya dia memeriksa email yang masuk. Dia menawarkanku sebuah posisi sebagai manajer marketing untuk pembiayaan peralatan berat, dia menanyakanku apakah aku mau mencobanya, dengan kondisi kemungkinan aku harus sering melakukan perjalanan keluar pulau, terutama di kalimantan dan sumatera, dan dengan masa percobaan 3 bulan aku harus memenuhi target atau akan dikembalikan ke posisi semula jika target tidak terpenuhi. Dan Tanpa ragu ragu lagi aku menerima tawaran itu.
Sorenya dengan perasaaan yang campur aduk antara senang dan bayangan tanggung jawab yang akan kuemban, aku berjalan pulang dengan santai. Aku sempatkan ke pusat perbelanjaan untuk mencari pakaian kerja baru, karena penampilan akan sangat menunjang dalam jobdeskku nantinya. Akhirnya aku menmukan setelan kemeja dan pantalon yang menurutku keren kemudian aku membayarnya ke kasir. Tapi sebelum keluar dari Department store, mataku terpaku pada sebuah gaun yang dipajang disebuah butik, gaun model ball gown berwarna krem yang terbuat dari satin yang dipadukan dengan payet dibagian roknya,
aku lihat harganya, ternyata tak semahal yang kukira, setelah kuhitung sisa uangku yang kuanggarkan untuk beli baju baru cukup, tanpa ragu aku mendatangi kasir butik tersebut untuk memiliki gaun tersebut.Diperjalanan menuju kos, tiada hentinya aku membayangkan bagaimana rasanya dan cantiknya aku ketika memakai gaun tersebut. Sesampai di kos aku dengan tidak sabar mencukur bersih semua rambut dan bulu yang ada dimukaku, kupakai gaun tersebut dan kemudian memakai wig yang kubawa pulang saat forced feminization dulu. Aku melihat diriku didepan cermin, tanpa polesan makeup pun aku sudah merasa cantik pikirku, namun lagi lagi muncul rasa resistansi dan bersalah ketika aku memakai baju perempuan, aku yang seharusnya bisa menjadi contoh baik buat adikku ternyata malah ikut ikutan begini. Malam itu pikiranku berkecamuk tidak karuan, sehingga membuat ku tanpa sadar telah tertidur lelap dengan masih memakai gaun ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Putaran Zaman
General FictionP.s : cerita ini aku bawa dari blog ku yang sudah terbengkalai