"Suaminya Kak Rere baik banget, ya. Gantengnya paripurna kayak artis Kowreya. Ditambah lagi, dia tajir banget. Suami idaman banget," ungkap Anna tanpa berkedip menatap kakak ipar Al tersebut. Penuh kagum.
"Tumben lo kagum sama cowok," sinis Al. Seharusnya, ia yang dipuji oleh Anna. Kenapa malah kakak iparnya yang jarang bertemu itu?
"Hahaha. Lo cemburu, ya?" Anna sengaja menggoda Al dengan menusuk-nusukkan jari telunjuknya pada pipi laki-laki itu. "Duh, lucunya pas lagi cemburu."
"Gak," ketus Al. "Udah ah. Gue mau pamit pulang."
"Eh, mau ke mana?" tanya Rere yang baru saja selesai menanam tanaman hias bersama Killa- mamanya.
"Kita mau pamit pulang, Kak. Udah malem," sengaja Anna yang langsung menyahut.
Anna akan menjadi seceria ini saat bersama dengan keluarganya Al. Suasana kekeluargaan yang sangat ia rindukan dari dulu.
"Sini, sebentar. Kakak mau minta tolong sama kamu."
"Aku?" Anna menunjuk dirinya sendiri. "Kak Rere mau minta tolong ke aku atau ke Al, Kak?"
"Kamu- kalian berdua deh," Rere lalu menarik tangan Anna dan mengajaknya ke belakang rumah. "Ini Kakak minta tolong banget sama kamu dan Al. Tolongin Kakak, ya."
"Aku harus ngapain, Kak?" Anna bertanya-tanya, kira-kira Rere akan meminta tolong apa?
"JANGAN MAU!" teriak Al dari belakang Anna. "Duh, jangan mau deh, Ann. Kakak gue ini ngerepotin banget. Mending kita langsung pulang."
"Al, please," Rere menatap adiknya dengan dua bola mata yang berkaca-kaca. "Kakak mohon."
Anna yang baru pertama kali melihat Rere memohon seperti ini, langsung tidak tega. "Kak Rere butuh bantuan Anna? Apa, Kak? Bilang aja. Anna pasti bantuin."
"Astaga," Al mengesah panjang. "Mampus deh gue."
Raut wajah Rere yang tadinya sempat murung langsung berubah drastis. Ia kini sudah bisa tersenyum tipis. Lalu Rere berjongkok pada sudut rumah itu, mengambil sesuatu dari sana.
"Mati gue," Al melotot pada Anna. "Cepet tarik ucapan lo, Ann!"
"Emang kenapa, sih?" tanya Anna dengan polosnya.
Belum sempat Al menjelaskan pada Anna, Rere sudah kembali ke hadapan mereka berdua seraya membawa satu kandang berwarna hitam yang ada enam roda di sana. Kandangnya dalam kondisi bersih saat ini, tetapi Al tahu bahwa kandang itu nantinya akan cepat kotor dan baunya bisa membuat ia pingsan.
Seekor kucing anggora berwarna abu-abu yang imut dan seekor kucing persia berwarna putih susu ada di dalam kandang itu. Sepasang kucing yang sungguh menggemaskan.
Anna langsung dibuat jatuh hati. "Ih, lucu banget kucingnya."
"Lucu 'kan? Kamu suka hewan?" tanya Rere pada Anna. "Pasti suka 'kan? Aneh banget kalau ada orang yang nggak suka sama kucing gemes ini."
"Iya, Anna suka, Kak." Lalu Anna memasukkan tangannya ke dalam kandang untuk menyentuh bulu-bulu halus kucing tersebut.
"Meong...." sapa kucing yang berwarna abu-abu pada Anna.
"Namamu siapa, Sayang?" tanya Anna.
"Yang cewek ini namanya Jenny, sedangkan yang cowok namanya Jhonny. Mereka berdua baru aja menikah. Baru jadi pasangan pengantin," jelas Rere dengan antusias bagaikan menceritakan perjalanan pernikahan manusia pada umumnya. "Umurnya masih sama-sama muda. Sering adu mulut, tapi nanti baikan kok. Nanti mesra-mesraan lagi."
"So sweet banget, Kak." Apalagi Anna melihat dengan mata kepalanya sendiri kucing tersebut sedang sama-sama menjilati bagian tubuhnya- bulu tebalnya yang indah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanna
Romance(17+) Al kalah karena perempuan yang dicintainya lebih mencintai perempuan lain. "Al, kalau kamu cari temen hidup, aku mundur. Tapi, kalau kamu cari cewek yang jago ngabisin duitmu itu, aku maju paling depan."