Lima💔

15 1 1
                                    

Hari ini adalah hari kedua Tia bersekolah di SMA hig'h scool dan seperti biasa Tia berjalan teruslah menunduk dan tanpa di sadarinya lagi dia menabrak seseorang.

Pov Tia On

Brakh!

"Aws ...," ringisku saat badanku terjatuh.

"Adu kenapa yah gue selalu ketemu sama lo, lama - lama nih badan gue juga ikutan tumbang kalau tiap hari harus tabrakan ama lo yang badannya kek karung beras," ucap seseorang yang suaranya seperti pernah ku dengar.

'Oh astaga ini Adit,' batinku.

"Mungkin kita jodoh," ucap Tia spontan.

"Heh lu ngomong di jaga yah, ogah gue jodoh ama lo," ucap Adit menekankan semua kata - katanya.

"Lah kalau takdir?"

"Kalau gue du takdirin buat hidup sama lo-" ucap adit menggantung ucapannya dan itu sukses membuatku tersenyum "mending lo sadar diri, udah jelek, gendut, cupu rambut berantakan kek gitu lagi, hishh menjij*kan" ucap Adit.

"Nggak papa deh kalau Adit mau ngomong gitu, tapi Tia bakalan tetap berusaha kok buat bisa dapetin cinta adit, dan mulai hari ini Tia bakalan ngikutin Adit, lagian kan yang Adit omongin itu benar," ucapku sambil tersenyum walaupun hatiku terasa nyeri mendengar hinaan yang keluar dari mulut Adit.

"Serah lu," ucap Adit datar.

'Keknya bakalan susah nih perjuangan gue, orang Aditnya dingin begini," batinku.

"Oke, bentar kalau ke kantin barengan yah," ucapku lalu pergi melangkahkan kaki meninggalkan Adit.

Saat aku sampai di kelas, akupun bertemu dengan Dea yang sudah duduk di bangku miliknya yang lebih tepat berada di sampingku.

"Ngapa lo senyum - senyum gitu?" tanya Dea bingung.

"Tadi gue habis ngomong sama Adit, tapi diang dingin per datar," ucapku cemberut.

"Yah namanya juga berjuang," ucap Dea.

"Iya sih, tapi sebentar istirahat gue ke kantin barengan sama Adit, jadi lo sama diapa dong?" tanya ku.

"Udah  lo pergi aja sama Adit, gue bisa kok sendiri ke kantin," ucao Dea tersenyum tulus.

"Beneran De?" tanyaku dengan mata berbinar.

"Iya, apasih yang enggak buat sahabat gue ini," ucap Dea lalu memelukku kemudia aku balas dengan memeluknya.

"Eh bentar, kata lo ke kantin sama Adit istirahat kan?" tanya Dea akupun mengangguk.

"Tapi kan bel istirahatnya nggak bakalan di bunyiin Ti, soalnya kan sekolah masih sibuk buat urusan sekolah ini agar bisa kembali seperti semula, oleh karena itu kita free seminggu," terang Dea panjang lebar.

"Yaudah, entar lihat jam di tangan lo aja," ucapku sambil melirik jam yang melingkar indah di tangan mungil milik Dea.

"Serah lu deh," ucap Dea pasrah.

***

Jam kini sudah menunjukan pukul sembilan dan berarti ini adalah jam istirahat, akhirnya aku pergi ke kelas Adit yang letaknya berselisih tiga kelas dari kelasku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aditia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang