Setelah menyelesaikan makan malam dengan membawa lauk dari acara pernikahannya tadi, Eunji kini sibuk mencuci peralatan makan. Adik dari Tifa Andini itu, terlihat sekali menambahkan waktu untuk membersihkan piring dan gelas. Terlalu jelas terlihat dari wajahnya, kalau Eunji masih merasakan canggung.
Eunji menyemangati dirinya sebelum membalikan tubuhnya dari depan wastafel. Semangat, pasti bisa gak canggung lagi, yakinnya dalam hati.
Baru saja membalikan tubuhnya, baru saja Eunji mencoba tersenyum dan baru saja Eunji yakin akan perkataan semangat yang hatinya serukan tadi, kini keadaannya justru berbanding terbalik. Senyumnya perlahan luntur, matanya mengerjap cepat juga tubuhnya yang kaku sejenak.
Adalah Chanyeol yang menjadi sebab utama perubahan itu. Laki-laki yang baru berganti status itu kini sedang menatap Eunji dari jarak dua meter; atau tepatnya di pintu masuk dapur. Dengan menyenderkan bahu juga kepalanya pada tembok sambil melipat tangannya di depan dada, Chanyeol memamerkan senyumnya pada Eunji. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya menghampiri Eunji.
“Capek?”
Eunji hanya diam ketika tangan Chanyeol menyentuh bahunya. Anak bungsu Suhardi itu masih memproses keadaan saat ini.
“Istirahat di kamar, nanti saya nyusul. Tadi saya ditelpon pihak warung.”
Pada kenyataannya, meskipun usaha Chanyeol sudah lumayan menjanjikan, laki-laki itu tetap menyebutnya warung ketimbang gerai atau toko. Katanya, warung lebih terdengar bersahabat dibandingkan dua kata tadi. Tidak menampik memang, tapi apakah ruko dua lantai dengan luas kurang lebih tiga puluh meter per segi di tiap gerainya masih bisa dikatakan sebagai warung?
Eunji hanya mengedipkan matanya. Agaknya, ia masih kurang yakin dengan pendengarannya. “H-huh?”
“Istirahat, Almira. Nanti saya nyusul kamu.”
Chanyeol beranjak pergi setelah mengusap kepala Eunji yang tertutup jilbab instan berwarna hitam itu. Langkah Chanyeol terlihat ringan seakan tidak ada rasa canggung di dalamnya. Oh, atau rasa canggung hanya dimiliki Almira Eunjina?
*
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, ketika Eunji masih sibuk merubah posisi tidurnya. Kali ini, ia tidak bisa langsung terlelap seperti biasanya saat rasa lelah sudah dirasakannya. Matanya sibuk melihat jam di dinding kamar juga melihat ke arah pintu kamarnya. Tidak bisa dibohongi, ia memang menunggu suaminya. Em ... sekarang, Eunji sudah bisa memanggil Chanyeol sebagai suaminya, kan?
Suara pintu dibuka membuat Eunji melihat ke arah tersebut. Menampilkan wajah Chanyeol yang masih terfokus pada layar di ponselnya. Sepertinya, ia sedang memantau sesuatu.
Tidak langsung mengarahkan dirinya pada ranjang tidur, Chanyeol malah menghampiri lemari pakaian. Setelah mengantongi ponselnya, Chanyeol membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil piyama berwarna hitam untuk dirinya. Lalu, tungkainya berjalan memasuki kamar mandi.
Semua yang Chanyeol lakukan setelah masuk kamar, tidak luput dari sorotan mata Eunji. Seperti ada sedikit rasa kecewa saat Chanyeol tidak menyapa dirinya dan malah memilih untuk berganti pakaian. Kepalanya menggeleng, Eunji merasa tidak yakin dengan pemikirannya. Bisa saja tadi Chanyeol tidak menyadari kalau ia masih belum tidur.
Pintu kamar mandi terbuka tak lama kemudian. Menampilkan sosok Chanyeol yang sudah mengganti pakaiannya. Dan lagi-lagi, fokus Chanyeol hanya tertuju pada layar ponselnya. Hal ini membuat Eunji mendengus secara tidak sadar.
Chanyeol mendengar itu, kemudian ia menoleh–menengok ke arah Eunji yang kini sudah memalingkan wajahnya. “Belum tidur?”
Eunji hanya mengangguk. Kepalanya masih menghindari berhadapan dengan wajah Chanyeol.
Merasakan tempat tidurnya bergerak, tidak membuat Eunji mengalihkan atensinya pada jendela kamar. Inginnya terlihat santai, namun remasan tangannya di balik selimut malah membuat ia terlihat gugup di mata Chanyeol.
“Kenapa?” tanya Chanyeol setelah meletakan ponselnya di meja nakas.
Eunji menggeleng. Remasan tangannya semakin menguat.
“Tidur, Almira. Ini sudah hampir jam sebelas malam.”
Eunji mengangguk. Tubuhnya berganti menjadi menyamping–membelakangi Chanyeol. Selimutnya ia naikan hingga batas bahunya. Tangannya masih saling meremas untuk mengurangi rasa gugup yang ada.
“Kamu gak risih tidur pakai jilbab?”
Sedari tadi ia meletakan ponsel di meja nakas, Chanyeol tidak melepaskan pandangannya dari Eunji. Sebenarnya, Chanyeol paham kalau Eunji sedang gugup, namun laki-laki itu hanya diam saja. Pikirnya aneh, jika ia malah bicara tentang kegugupan itu secara terang-terangan pada Eunji.
“Enggak, a-aku udah biasa ti-tidur pakai jilbab.”
“Almira, bisa lihat saya sebentar?”
Merasa terhipnotis dengan ucapan lembut Chanyeol, Eunji akhirnya menoleh. Melepaskan atensinya pada jendela kamar mereka yang sebenarnya tidak menarik. Matanya kini bertemu dengan mata Chanyeol. Senyum Chanyeol langsung muncul ketika dirinya sudah berani menatap mata suaminya tersebut. Eunji sendiri malah semakin meremas tangannya.
“Saya tau, kamu masih canggung setelah kita menikah, tapi tolong lakuin apa yang jadi kenyamanan kamu, tanpa kamu berpikir ada saya sebabnya.” Chanyeol menatap Eunji dengan lembut. Bibirnya ikut tersenyum saat Eunji tidak memutus kontak mata mereka. “Dan saya gak maksa kamu untuk ngelakuin hal yang kamu sendiri gak nyaman, Almira.”
“K-kak ....”
“Gak apa-apa, Almira. Pelan-pelan aja.”
Eunji bangun dari tidurnya. Kepalanya menunduk seakan memikirkan perkataan Chanyeol. Dirinya mengakui kalau sebenarnya ia memang tidak begitu nyaman dengan tindakannya saat ini.
“Kak,” cicit Eunji yang kini mencuri pandang ke arah Chanyeol.
“Hm?”
“Em ... a-aku ... ini, em maksudnya ... aku gak apa-apa ka-kalau lepas jilbab pas di dalam rumah da-dan ti-tidur?”
Chanyeol terkekeh. Tangannya tergerak untuk mengusap kepala Eunji. Terbilang sudah dua kali Chanyeol melakukan afeksi itu terhadap Eunji, membuat dirinya merasakan kenyamanan dalam tindakannya. Tunggu, Chanyeol sadar, bukan akan tingkahnya saat ini? Atau ia tidak menyadari hal itu karena terlalu terbawa suasana? Entahlah, yang jelas saat ini, tindakan itu mulai menjadi bagian favorit Chanyeol ketika berada di dekat Eunji.
“Gak apa-apa, Almira. Saya suami kamu, saya gak akan dosa liat kamu tanpa jilbab.” Tangan Chanyeol berganti ke bahu Eunji. Sedikit memberikan remasan pelan di sana. “Mulai sekarang, kita sama-sama membiasakan diri, ya. Biar rasa canggung bisa cepet hilang, boleh?”
Eunji mengangguk, ia merasa lega mendengar kalimat yang diucapkan suaminya. Rasanya, ia sudah tidak secanggung tadi. Jadi, sudah bisa kan, Eunji melepaskan rasa canggungnya sekarang?
“Kak Chakra,” panggil Eunji yang kini sudah berani menatap mata Chanyeol.
“Ya?”
“Makasih.” Baik Eunji maupun Chanyeol kini sama-sama tersenyum.
000
Semoga terhiburr, ya kalian! Jadi, di sini narasi pakai nama asli mereka dan dialog baru pakai nama buatanku(?) semoga kalian gak bingung ya😁🙏🏻
Selamat menjalani ibadah puasa, semoga ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan ini diberkahi Allah. Aamiin🤲🏻
Lia,
13 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Serba Pertama (ChanJi) ✔️
FanfictionCompleted Ini adalah ramadhan pertama mereka menjalani segala hal bersama sebagai pasangan sah di mata agama dan negara. *** - Diksi tidak tepat - Typo bertebaran - Semi baku - OOC - AU *** Inspirasi: - Drama Korea; Because This is My First Life ...