3. Ajakan Subuh Pertama

88 15 1
                                    

Setelah menyelesaikan makan, Eunji juga Chanyeol tidak segera merapikan peralatan di meja makan. Keduanya hanya duduk terdiam. Chanyeol yang tengah terlihat santai, diam-diam mencuri pandang ke arah istrinya. Keadaan menjadi canggung kembali setelah Chanyeol mengikat rambut Eunji. Nampaknya, Eunji masih belum terbiasa dengan kehadiran ataupun tindakan dari Chanyeol. Kini, Eunji hanya menunduk sambil gugup bersamaan dengan tangannya yang saling menggenggam. Kebiasaan dirinya yang paling terciri, jika sudah dalam mode gugup.

"Sini, biar saya yang cuci piring. Kamu istirahat aja."

Chanyeol bangkit dari duduknya. Perlahan, ia menumpuk satu-satu piring yang ada di atas meja. Tangannya berhenti di udara kala suara Eunji terdengar di telinganya.

"Biar aku aja, Mas."

"Mas?"

Eunji menggigit bibirnya. Ada rasa malu juga tidak nyaman saat mengatakan itu pada Chanyeol. Matanya kembali ia tundukan, Eunji menghindari tatapan mata Chanyeol. Batinnya meruntuk kala ucapan kakaknya terngiang setelah mereka melihat keadaan seisi rumah.

"Nanti panggil mas aja, biar lebih romantis. Terus nanti dia manggil kamu dek. Aihh, romantisnya panggilan adekku dan suaminya," celoteh Tifa. Kakak Eunji itu tengah menyatukan kedua tangannya di pipi sembari tersenyum membayangkan.

"Mas? Gak mau, ih. Itu aneh banget!" seru Eunji. Ia tengah bergidik ngeri saat membayangkan dirinya memanggil Chanyeol dengan sebutan yang disarankan oleh kakaknya.

"Gak ada yang aneh kalau udah berumah tangga. Nanti kamu bakalan terbiasa sama panggilan itu."

"Ih, enggak mau! Pokoknya manggil biasa aja. Kayak sama siapa aja!"

Kening Eunji mendapatkan kasih sayang dari Tifa. Sentilan dengan tenaga sedang, membuat Eunji sedikit mengeluarkan erangannya. "Yang sopan, Mira! Dia kan lebih tua lima tahun dari kamu."

"Pokoknya gak mau! Lagian, gak ada perjanjian tertulis kalau aku harus manggil suami aku mas."

"Ups! Kamu udah ngakuin dia sebagai suami, ya?"

"Apa sih, Kak? Udah sana liat-liat lagi rumahnya! Syu, syu, syuu! Jauh-jauh dari aku!"

Bisa Chanyeol lihat jika pipi istrinya memerah. Tidak mau merespon, Chanyeol hanya mengacak pelan rambut Eunji yang tadi diikatnya. Dirinya kembali duduk di tempatnya, lalu mengalihkan atensi Eunji dari piring menjadi menatapnya.

"Saya gak masalah, kalau kamu mau manggil saya mas." Chanyeol menarik sudut bibirnya. "Kamu juga gak masalah kan, kalau saya panggil kamu adek, Almira?"

Selain perlakuan yang lembut dan membuat Eunji nyaman, ternyata Chanyeol menyimpan kata mematikan dalam ucapannya. Bisa dibuktikan dengan Eunji yang mematung, serta tanpa sadar ia menahan napasnya.

"Bernapas, Almira."

*

Chanyeol membuka pintu kamar setelah menyelesaikan kegiatan mencuci piringnya. Iya, jadi tadi yang menyuci piring itu Chanyeol, ia berhasil membujuk Eunji untuk beristirahat saja setelah tadi bangun lebih dulu untuk menyiapkan santapan sahur. Dengan alasan membagi tugas dengan adil jika ia sedang di rumah–karena Eunji masih tetap bersih kukuh ingin mencuci piring–akhirnya Eunji menuruti perkataan Chanyeol.

Bisa Chanyeol lihat jika kamarnya kosong. Tidak ada Eunji di sana, baik di ranjang tidur ataupun kamar mandi. Keningnya menyerit begitu mendapati hal tersebut.

"Almira," panggil Chanyeol pelan. Laki-laki berumur dua puluhdelapan tahun itu menengok ke arah balkon kamar mereka. Tidak sengaja, namun tempat itu berpotensi menjadi kunjungan Eunji.

Benar saja, Chanyeol tengah melihat istrinya sedang berdiri membelakanginya dengan memakai hoodie kebesaran berwarna hitam, tak lupa Eunji juga memakai kupluknya untuk menutupi rambut sepunggungnya. Menatap langit dengan sedikit mendongakan kepalanya, Eunji bergumam pelan, "Mira kangen, Bu."

Chanyeol mengerjap. Ah, istrinya sedang mencoba berkomunikasi dengan ibu mertuanya yang sudah tiada. Senyum kecil ia lepaskan saat Eunji menyebutkan dirinya di tengah ceritanya.

"Kemarin ... aku udah nikah, Bu. Dia baik, dia bisa bikin aku nyaman, dia juga ... tampan," adu Eunji pada langit dengan suara yang semakin mengecil di akhir kalimat. Sepertinya, perempuan itu sedikit merona ketika mengatakan suaminya tampan. "Sejauh ini, belum ada yang bisa buat aku tenang selain suara dan keberadaan ayah atau kakak, tapi dia ... dia bisa buat aku tenang, Bu. Bisa buat aku bobo di tempat baru tanpa harus kembali menelepon kak Tifa."

Chanyeol menyenderkan punggungnya pada tembok di belakangnya. Ia masih memperhatikan istrinya berbicara di depan sana. Senyuman juga sama sekali belum beranjak dari bibirnya. Chanyeol sangat menikmati kegiatan mengamati istrinya sekarang ini.

"Namanya kak Chakra. Kak Chakra Pahlevi lengkapnya."

Lega. Setidaknya, itu yang dirasakan Chanyeol. Meskipun ia belum diajak melihat pusara mendiang ibu mertuanya, tetapi istrinya sudah bercerita tentangnya. Baginya, ini sudah lebih dari cukup; dirinya sudah diakui oleh Almira Eunjina sebagai suaminya dalam adunya pada mendiang sang ibu.

Merasa tak ingin istrinya mengetahui eksistensi dirinya, Chanyeol segera melangkahkan kakinya ke dalam. Hingga dirinya mendudukan tubuh di ranjang tidur juga melihat jam, senyum Chanyeol belum juga luntur dari bibirnya. Entahlah, ia hanya merasa senang akan hal yang diceritakan Eunji pada mendiang ibu mertuanya.

"Udah lunas rasa rindu kamu sama ibu, Almira?" tanya Chanyeol ketika matanya mendapati Eunji tengah menutup akses ke balkon kamar mereka.

Eunji menengglengkan kepalanya ke kiri. Darimana suaminya tahu kalau ia sehabis mengadu pada langit, yang kini sudah menjadi rumah ibunya?

"Saya denger tadi kamu bicara. Kamu ngenalin saya ke almarhumah ibumu, kan, Almira?"

Tak butuh banyak waktu, untuk menunggu wajah Eunji memerah. Karena di detik itu juga pipinya sudah merona. Sepertinya, kata-kata yang keluar dari mulut Chanyeol memang sudah memberi efek pada dirinya.

Chanyeol sendiri hanya terkekeh. Matanya kembali melirik jam digital yang ada di atas nakas. "Minum lagi, Almira. Sebentar lagi waktunya subuh."

Eunji hanya mengangguk. Perempuan itu langsung menuju dapur untuk meneguk–setidaknya–segelas air lagi.

Setelah selesai minum dua gelas air putih penuh, Eunji langsung mencuci kembali gelas yang sudah dipakainya. Ia hampir saja menjatuhkan gelas kaca yang dipegangnya ketika suara Chanyeol masuk dalam pendengarannya tanpa permisi.

"Astagfirullah, mas Chakra ngagetin."

"Maaf, ya." Chakra meringis pelan. Ia kira kehadiran dirinya sudah diketahui Eunji. Tangan laki-laki itu tergerak mengelus kepala Eunji yang masih tertutup hoodie. "Udah niat puasa?"

Eunji mengangguk. Tangannya meletakan gelas yang sudah dicucinya setelah ia keringkan dengan lap.

"Nanti kita jamaah, ya, subuhnya."

"Eh?"

"Mau, kan, Almira?"

***

Kayaknya aku kesemsem(?) sama karakter Chanyeol deh di sini😁

Lia,
17 April 2021

Serba Pertama (ChanJi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang