5. Membuat Takjil Pertama

76 15 3
                                    

Selepas ashar, Eunji langsung menyiapkan bahan makanan untuk ia masak sebagai menu buka puasa untuk dirinya dan Chanyeol. Berhubung kali ini Chanyeol pulang sedikit telat dan ia sendiri tadi habis diajak kumpul oleh tetangga barunya, Eunji akan membuat kolak saja untuk suaminya. Katanya, suaminya ingin menikmati kolak buatan Eunji.

Siang tadi, Eunji sudah bertanya pada Tifa bahan untuk membuat kolak apa saja. Tidak susah, karena semua bahan hampir ada semua di rumahnya. Maklumlah, belum lama mereka baru saja belanja bulanan, termasuk keperluan pangan.

Eunji dengan cekatan memotong pisang, ubi, juga singkong menjadi beberapa bagian kecil. Oh, omong-omong tadi Eunji sempat membeli dua buah singkong di warung sayur dekat rumahnya. Katanya, kolak akan lebih nikmat jika memakai singkong. Entahlah, bagaimana mereka menghabiskan makanannya, jika kolak tersebut berisikan karbohidrat semua.

Jam sudah menunjukan pukul lima lebih lima belas, ketika Eunji memasukan bahan ubi juga singkong ke dalam panci. Sembari menunggu mendidih, Eunji menyiapkan gelas dan teko kecil untuk membuat teh hangat. Tak lama kemudian, Eunji menghentikan kegiatannya karena mendengar deru mesin yang kini mulai terbiasa di dengar oleh telinganya.

Segera saja, Eunji memakai jilbab instannya. Kemudian, ia membuka pintu rumahnya. Eunji tersenyum begitu mendapati Chanyeol baru membuka pintu mobilnya.

“Kok di depan?” tanya Chanyeol yang bingung. Sejak kemarin, Eunji hanya menunggu di dalam rumah saja ketika Chanyeol pergi keluar. Tumben, pikir Chanyeol.

“Iya, mas. Waalaikumsalam,” ingat Eunji yang kini mencium tangan Chanyeol.

“Astagfirullah, iya maaf. Assalamualaikum, Almira.”

Eunji tertawa pelan. “Mandi dulu, ya. Mau pakai air hangat?”

Chanyeol mengusap kepala Eunji. “Salamnya dijawab dulu, Almira.”

“Waalaikumsalam.” Senyum Eunji mengembang setelahnya. Chanyeol hanya tersenyum. Tangannya melaju ke arah pipi Eunji yang terlihat ada noda santan kering di sana. Membersihkan noda itu dengan perlahan, takut Eunjinya merasakan sakit kalau ia mengeluarkan tenaga lebih.

“Kolak?”

Eunji mengangguk. “Gak apa-apa kalau cuma kolak aja, kan?”

“Iya. Ya sudah, saya mandi dulu, ya.”

“Mau pakai air hangat?”

“Ini masih sore, Almira.”

“Oke, baju mas udah aku siapin di tempat tidur, ya.”

Chanyeol mengangguk seraya tersenyum. Lagi-lagi, ia mengusap kepala Eunji yang menjadi favoritnya. “Terima kasih, Almira.”

*

Chanyeol baru saja keluar dari kamar mandi ketika netranya langsung terpaku pada baju putih serta celana training hitam dengan garis kecil berwarna abu-abu di sampingnya. Ia terkekeh saat melihat bajunya sudah disiapkan oleh istrinya. Rasa-rasanya, hampir seminggu ini hidup Chanyeol sudah nampak perbedaannya.

Dulu, laki-laki Pahlevi ini sangat terbiasa dengan melakukan kegiatan sendiri. Baik itu mencuci pakaian, atau hanya sekedar membereskan rumah kecil yang ia tempati semasa lajang kemarin. Omong-omong, Chanyeol di masa sendirinya bukan tinggal bersama orangtuanya. Ia menyewa satu petak kontrakan agar terbiasa mandiri. Chanyeol tidak malu atau ambil pusing dengan perkataan orang akan pekerjaannya yang sewaktu itu baru merintis usahanya dari bawah.

Untuk makan sehari-hari, ibu Chanyeol akan mengisi kulkas mini di tempat anaknya tinggal. Atau terkadang Chanyeol juga membeli lauk di warung makan, sebab ia hanya bisa menyiapkan nasi di rumah kecilnya. Sederhana, namun sangat membekas di ingatannya. Barulah sekitar satu bulan sebelum ia memantapkan hati untuk mengajukan proses taaruf pada Suhardi–yang tidak lain adalah ayah Eunji–Chanyeol menetap di rumah orangtuanya.

Serba Pertama (ChanJi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang