0. Kecanggungan Pertama

216 19 10
                                    

"Ayah nanti malem bobonya di sini, kan?"

Kening ayah Eunji mengerut. Merasa bingung dengan pertanyaan anaknya. Kemudian, Suhardi tersenyum seraya mengelus rambut anaknya yang tertutup jilbab. "Ayah pulang, Nak. Masa ayah mau tidur di rumah baru kalian. Ganggu dong yang ada."

Eunji merengut tidak suka. Pada dasarnya, Eunji hanya tidak ingin ada suasana canggung hari ini. Omong-omong, hari ini status Eunji sudah berubah jadi seorang istri. Pernikahan anak bapak Suhardi itu baru aja dilaksanakan sore ini. Tidak ada resepsi, hanya ijab kabul yang dihadiri kerabat terdekat. Tamunyapun hanya teman dekat kedua mempelai. Itu juga tidak lebih dari dua puluh orang.

Tenang, Eunji bukan menikah karena dijodohkan atau masalah hutang-piutang. Eunji memang menikah karena ada yang mengajukan proses ta'aruf pada ayahnya. Berhubung, keluarga Eunji bisa dibilang jauh dari kata pacaran–meskipun perempuan di keluarganya tidak memakai kerudung yang panjangnya menjuntai juga niqab ataupun cadar–maka, jadilah Eunji menerima prosesi ta'aruf tersebut.

Eunji sendiri hanya melihat sosok suami sebanyak dua kali; hari di mana ia dilamar, juga tadi saat selesainya ijab qabul. Makanya, Eunji meminta ayahnya agar menginap di tempat mereka. Eunji hanya masih merasa terlalu canggung, dengan laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya.

Kembali lagi pada Eunji yang sepertinya sedang memasang wajah memelas di hadapan ayahnya. "Ayah bobo di sini aja, sih. Temenin aku," bujuknya sambil menggoyangkan sedikit tangan ayahnya.

"Anak ayah kenapa? Kok jadi manja begini?" Suhardi menjawil hidung anaknya.

Eunji menunduk. Perempuan itu merasa tidak sanggup menatap wajah ayahnya. "Selain karena canggung, aku juga masih mau sama ayah." Eunji mengangkat wajahnya. "Jadi, ayah mau?"

"Ada, ya, perempuan baru nikah maunya ditemenin ayahnya ketimbang suami," celetuk kakaknya; Tifa. Eunji memang anak bungsu dari dua bersaudara. Dan saat ini, kakak serta ayahnya sedang menghantar dirinya ke rumahnya dengan sang suami.

"Kakak diem aja, aku gak ngomong sama kakak!"

"Cih, manja!"

"Tifa," tegur Suhardi ketika anak sulungnya masih saja menggoda sang adik. Membuat Tifa merotasikan bola matanya.

Bukannya tidak peduli, Tifa hanya mau Eunjinya mandiri dan tidak mengandalkan orang lain dalam bahtera rumah tangganya yang baru saja dibangun. Ya, meskipun tidak menutup kemungkinan kalau akan ada hawa canggung antara adiknya dan sang suami, bukankah hal itu bisa dibilang lumrah, untuk pasangan yang ta'aruf?

“Ikut kakak, Mira.”

Suhardi hanya menggelengkan kepalanya. Ia sangat paham apa maksud dari sulungnya itu. Semenjak istrinya meninggal dunia, tepatnya dua tahun setelah Eunji lahir, Tifa memang mengurus Eunji. Tidak peduli dengan umurnya yang masih terbilang muda, Tifa mengurus Eunji dengan baik.

Tifa mendudukan Eunji di kursi ruang meja makan. Kali ini, hanya ada mereka berdua saja. Tangan kanan Eunji digenggam Tifa, mengelusnya perlahan. “Kamu paham maksud kakak, kan?”

“Mira paham, Kak. Cuma malam ini emangnya gak bisa? Mira cuma gak mau canggung berdua sama kak Chakra.”

Tifa mengelus punggung tangan Eunji. “Almira Eunjina, coba liat kakak.” Tifa tersenyum tulus, adiknya memang sedang dipeluk oleh rasa canggung, bahkan sebelum keluarga keduanya pulang. Tak lama kemudian, ia memeluk sosok adiknya. Mengelus punggung Eunji dengan sayang. “Secanggung apapun keadaannya, kamu udah jadi istri dia. Kalau bukan dari sekarang, mau kapan lagi dibiasakan, Almira Eunjina? Kakak paham dengan sikap kamu, tapi kamu harus cepat melepaskan rasa canggung itu. Sebab, mulai hari ini, kamu akan buka lembaran baru sama suami kamu. Paham?”

Tidak ada suara yang keluar dari bibir Eunji. Perempuan yang baru saja berganti status itu hanya mengangguk dalam diam. Ia memikirkan perkataan kakaknya, membuat dirinya memiliki tekad untuk membuang jauh-jauh rasa canggung.

*

Tidak ada yang memulai percakapan di ruangan bernama kamar tersebut. Eunji sibuk dengan lamunan pikirannya, Chanyeol sibuk dengan laporan yang dikirimkan bawahannya. Oh iya, ini suami Eunji, namanya Chakra Pahlevi; seorang pengusaha photocopy kecil-kecilan yang sudah membuka lima gerai di daerah Jakarta Timur. Terlihat sederhana memang, namun hasilnya sangat menjanjikan.

“Emm, Kak ... mau mandi ... atau ma-makan dulu?” tanya Eunji dengan suara terbatanya.

Chanyeol yang merasa diajak bicara, lantas menoleh pada sosok baru dalam hidupnya. Bibirnya terangkat beberapa mili, membuat paras wajahnya terlihat tampan di wajah Eunji. “Mandi dulu, bisa tolong siapkan air panas? Saya gak bisa mandi malam pakai air dingin soalnya.”

“I-iya, Ka-kak.”

“Almira,” panggil Chanyeol pelan.

“Y-ya?”

“Santai aja, saya gak gigit, kok. Jangan canggung, ya, teman hidup saya.”

Tolong ingatkan Eunji untuk bernapas. Karena setelah Chanyeol menyelesaikan ucapannya, Eunji seakan lupa dengan cara bernapas yang baik dan benar.

***

Almira Eunjina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Almira Eunjina

Eh, bukan ini fotonya🤣 salah nih, ulang yaaa🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh, bukan ini fotonya🤣 salah nih, ulang yaaa🤭

Eh, bukan ini fotonya🤣 salah nih, ulang yaaa🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chakra Pahlevi

***

Halo, setelah KEP muncullah SP😁 btw maaf kalau editanku aneh banget🤣 masih amatir nih wkwk

Lia,

8 April 2021

Serba Pertama (ChanJi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang