3

920 51 3
                                    

Mikasa kini sedang dirumah sahabatnya annie dengan keadaan menangis. Mikasa menangis karena suaminya, jean ketahuan selingkuh dibelakang mikasa dan jeanpun menyatakan cerai kemikasa.

"Hiks..." mikasa menangis.

"Sudah-sudah jangan menangis terus mikasa." ucap annie menyabarkan mikasa dengan memeluknya.

*Tok...tok..tok..*

Suara pintu rumah annie berbunyi dan annie pun menuju pintu lalu membukanya. Didepan pintu memperlihatkan pacarnya armin serta teman-temannya yang juga membawa pacarnya masing-masing. Connie dengan sasha dan reiner dengan historia.

"Silahkan masuk." ucap annie mempersilahkan mereka masuk.

Merekapun masuk memperlihatkan mikasa sedang menangis, Historia dan sashapun menghampirinya.

"Kau kenapa mikasa? Kok kamu nangis." ucap historia khawatir.

Reiner melirik annie meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi.

"Jadi apa yang sedang terjadi?" ucap reiner.

Anniepun menceritakan semuanya dan merekapun terkejut mendengar cerita dari annie.

"Dasar muka kuda!" ucap connie geram.

"Hiks... Semuanya. Hiks... Maafkan aku." ucap mikasa sambil menangis.

"Tenang saja mikasa, kami semua memaafkanmu kok." ucap sasha.

mereka semua menangguk kecuali armin. Mikasa melihat armin dan armin langsung memalingkan wajahnya dengan ekspresi kecewa.

"Ar-" ucapan mikasa terpotong oleh armin.

"Bagaimana?" ucap armin dingin sambil melipatkan kedua tangannya didadanya.

"Eh?" mikasa bingung.

Mereka semuapun menatap armin dengan bingung.

"Bagaimana rasanya? Sakit?" ucap armin lagi.

Mikasa hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan armin.

"Kurasa itu masih biasa." ucap armin dingin.

"Apa maksudmu armin?" ucap mikasa.

"Coba kau ingat betapa sakitnya eren hah! Kau masih biasa melihat jean hanya berjalan sambil berpegangan tangan dengan selingkuhannya!, tapi eren! Melihat kau berselingkuh dengan jean sambil berciuman dihadapannya sendiri! Apakah kau ingat itu mikasa?!!" bentak armin.

"D-dari mana kau tau?" ucap mikasa gemetar.

"Kau tidak perlu tau." ucap armin.

Semua orang terkejut karena baru pertama kalinya armin membentak seseorang.

"Coba kau ingat mikasa. Ayah dan ibunya sudah meninggal!, kau teman masa kecilnya sampai sekarang malah mengkhianatinya!. Apa kau sudah mengerti mikasa?! Sakit yang kau alami tidak sebanding dengan luka hati eren!" lanjut armin.

"Saat aku terakhir kali menghubunginya 2 tahun lalu, kau tau? nada suaranya seakan-akan seperti orang hidupnya tidak ada artinya lagi!" bentak armin lagi lalu berjalan ke jendela diruangan sebelah.

Mikasa hanya dapat menundukkan kepalanya dan menangis kencang sambil menyesali perbuatannya selama ini. Annie tidak tinggal diam, dia langsung berjalan menyusul armin.

"Armin?" ucap annie.

"Hmm" balas armin dengan deheman sambil pandangan kearah luar jendela.

"Sepertinya kau sudah berlebihan terhadap mikasa?" ucap annie.

"Maaf aku tidak bisa mengontrol emosiku, karena sahabatku sedari kecil sudah pergi karena dia." ucap armin.

"Tidak apa-apa." ucap annie sambil memeluk armin.

"Kau harus minta maaf ya.." ucap annie lagi.

"Hmm" balas armin dengan deheman.

Merekapun kembali keruang tamu dan disana mikasa sudah agak tenang karena sebelumnya dia menangis.

"Maaf aku telah membentakmu tadi." ucap armin sambil menghela nafas. Mikasa menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Tidak apa-apa, wajar saja kau marah padaku karena memang ini semua adalah kesalahanku." ucap mikasa sambil menundukkan kepalanya.

"Jadi apa rencana kita sekarang?" ucap reiner mengubah topik pembicaraan.

"Kita harus mencari eren dan membawanya pulang." ucap mikasa.







Bersambung...


A Lost SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang