6

1K 58 34
                                    

"Kau kan Frieda! Model terkenal itu! Ya ampun!" ucap petra antusias.

Frieda hanya bisa tersenyum canggung dan mengangguk.

"Aku ingin melamar pekerjaan disini, apakah boleh?" ucap frieda.

"Tentu saja boleh!" ucap petra antusias.

Semuanya hanya dapat memegang dahi mereka karena kelakuan petra. Tak lama eren turun dari tangga dengan pakaian yang tidak basah lagi.

"T-tsukasa san?" ucap frieda terkejut.

Eren melirik orang yang telah memanggilnya tersebut.

"Kau.." ucap eren tanpa ekspresi.

"Tunggu, kalian saling kenal!?" ucap petra.

Mereka semua terkejut dan melirik eren untuk diminta penjelasan.

"Biarkan dia saja yang menceritakan, aku tidak mau membuang tenagaku untuk pembicaraan konyol ini." ucap eren dingin lalu keluar dari kedai.

"Eren!, k-kamu mau kemana?" ucap mikasa gugup.

"Bukan urusanmu." ucap eren tidak peduli.

Lalu eren pergi keluar karena hujan telah reda. Mikasa hanya dapat terdiam dan merasakan sakit di dadanya dan mencoba untuk tidak menangis.

"J-jadi bisa kau jelaskan? Awal mula pertemuanmu dengan eren?" ucap armin.

Frieda menangguk dan duduk dimeja mereka. Annie mengajak mikasa untuk duduk juga dan mendengarkan ceritanya.

"Jadi begini..." ucap frieda ingin menjelaskan

*Flashback on*

Seorang wanita cantik berambut hitam dan mata bermanik biru sedang berlari menembus hujan sambil menangis.

Frieda Pov:

Aku sedang berlari menembus hujan dan entah mau sampai aku berlari. Hari ku sangat hancur karena ayahku terjerumus suap dan ibuku menjadi seorang jalang.

Banyak teman-temanku pada menjauh dan mencaciku karena perbuatan orang tuaku, bahkan pacarku memutusiku dan berpacaran dengan sahabatku, dan sekarang pekerjaanku menjadi seorang model sudah di pecat. Sungguh hari-hariku sangat hancur.

Tak lama aku terhenti disebuah taman, aku berlutut dan menangis keras bersama dengan alonan guntur dan hujan.

Tak lama ada sebuah tangan dengan memegang sapu tangan di tangannya. Aku mengambil sapu tangan tersebut dan menghapus air mataku. Aku melihatnya seorang lelaki menggunakan payung ciri-cirinya rambut coklat dan mata manik hijau zamrut.

"Menyedihkan sekali ya? Melihat seorang wanita yang hidupnya sedang hancur." ucap pria itu tanpa ekspresi.

"Emangnya kau tau apa tentang hidupku hah!!" ucapku membentaknya.

Lalu dia mengambil kameranya yang menggantung dilehernya setelah itu dia memotoku.

"Tidak hanya kau saja yang merasakan sakit. Masih banyak orang disana yang merasakan sakit lebih darimu." ucap pria itu lalu berbalik dan pergi.

"Tunggu!!" teriakku dan dia mulai berhenti tanpa berbalik.

"Kau siapa?" ucapku.

"Tsukasa, kadoya tsukasa." ucapnya lalu melirikku tanpa membalikkan badan.

"Hanya seseorang yang numpang lewat. Ingat itu." ucapnya lalu pergi.

Aku hanya termenung dan menatap punggungnya yang mulai menjauh.

*Flashback off*







Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Lost SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang