Terkadang tindakan yang benar sekalipun masih memiliki keragu-raguan, untuk melakukannya. Seperti yang telah terjadi padaku ini. Sudah hampir setiap hari ketika aku pergi berangkat kerja, aku selalu melihat seorang wanita tua yang setiap pagi dan sore berjualan membawa barang dagangannya ke pasar. Jarak dari pasar ke rumahnya cukup jauh ditempuh untuk seorang wanita tua sepertinya.
Awalnya aku masih heran dan sedikit marah kepada lingkungannya, kepada keluarganya, dan kepada diri sendiri! Kenapa membiarkan wanita setua itu harus terus berjalan membawa barang dagangan yang amat berat untuk wanita seusianya.
Dan kenapa pula diri ini terus diselimuti rasa ragu dan rasa enggan untuk membantunya, padahal aku ini adalah seorang yang terpelajar. Namun, entah mengapa kelakuanku yang satu ini tidak mencerminkan sikap terpelajar itu sendiri.
Aku sempat mengutuki lingkungan wanita tua itu tinggal dalam hati : "Keparat! Kenapa pula wanita setua itu masih harus menanggung beban, untuk menghidupi dirinya sendiri. Dimana keluarganya?"
Sebenarnya aku tak pantas berbicara tersebut, walaupun hanya dalam hati. Soalnya aku sendiripun mulai mengikuti dan mulai bergabung kedalam lingkungan wanita tua itu tinggal. Aku mulai acuh, dan mulai mengabaikan nilai kemanusiaan tersebut. Hanya karena diperbudak oleh keraguan yang tak beralasan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oasis Di Tengah Tandusnya Cara Berpikir [Selesai]
Historia CortaAntologi cerpen, yang sarat akan kehidupan sosial. - - - - - ⚠️Setiap tokoh dan kejadian dalam cerpen ini adalah fiktif belaka.