7 - Luka yang Berbeda

209 29 36
                                    

"Orang yang paling tepat untuk dicintai bukanlah mereka yang kehadirannya memabukkan, tetapi, mereka yang seperti udara. Kehadirannya menghidupkan, kehilangannya menyesakkan."

Jeongseon, di hari pernikahan Suzy dan Seung Gi

Untuk apa hidup berlama-lama jika setiap usahaku tak pernah dihargai?

Mereka berkata bahwa mereka menyayangiku, mereka berkata bahwa segala yang mereka ucapkan demi kebaikanku. Lalu, aku terus memikirkannya, dan akhirnya bermuara pada satu pertanyaan: kebaikan yang mana? Benarkah kebaikanku? Atau sebatas kemauan mereka saja?

Untuk apa aku hidup lebih lama lagi?

Sejak dulu aku tahu, kehadiranku sama sekali tak pernah diharapkan. Eomma dan Appa menikah karena aku ada. Mungkin, itu juga yang membuat Eomma tak pernah tersenyum barang segaris untukku. Eomma selalu berkata bahwa hadirku yang membuat mereka harus hidup bahkan kelak membusuk di kaki jurang Jeongseon. Aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya, dan kurasa aku tak ingin mengetahuinya. Sama sekali. Jika ditawari kembali, aku akan memilih untuk tak pernah dilahirkan daripada hidup seperti sekarang. Aku tetap hidup sampai detik ini pun karena keputusan mereka sendiri. Mereka bisa saja membuangku sejak lama jika memang aku tak pernah diinginkan.

Eomma selalu berkata, kalau aku tak ada, Eomma tak akan menikah dengan Appa dan tak akan hidup susah. Kalau memang mereka tak saling mencintai, mengapa aku bisa ada? Kalau mereka memang tak saling mencintai, mengapa mereka memiliki adikku? Kenapa Eomma bersikap baik kepada adikku? Eomma bahkan terus membuatku harus bekerja sampai nyaris mati hanya demi adikku. Aku benar-benar tak mengerti apa kesalahanku hingga Eomma begitu membenciku.

Aku mengerti, aku sudah dewasa dan seharusnya tak merasa sakit atas perlakuan Eomma kepadaku. Aku hanya perlu melakukan semua permintaannya, sekalipun ucapan terima kasih pun tak pernah diucapkannya. Harusnya, aku bersukur kan karena Eomma dan Appa masih selalu ada untukku sekalipun aku tak diinginkan. Tapi, jika terus-menerus seperti ini, siapa yang tak lelah? Saat rumahmu menjelma menjadi neraka, ke manakah kau akan berpulang?

Mungkin ini yang terbaik. Aku tak tahu ke mana nantinya aku akan bermuara, tapi, meninggalkan semua beban ini kurasa akan jauh menenangkan. Lagi pula, Eomma dan Appa masih memiliki adikku. Sebentar lagi dia akan menjadi gadis dewasa. Aku percaya adikku adalah perempuan yang tangguh. Sekalipun aku tak ada lagi di hidupnya, dia pasti bisa bertahan dengan baik. Seperti yang selalu Eomma katakan padaku. Adikku cerdas dan memiliki banyak kemampuan, tak perlu banyak tenaga baginya agar bisa mendapatkan uang. Tidak seperti aku yang selalu dianggap bodoh sekalipun aku sudah mempersembahkan gelar lulusan terbaik. Aku hanya terus dianggap sebagai pembawa sial olehnya.

Jadi, bagaimana kalau pembawa sial ini pergi untuk selamanya?

Kuharap, Eomma membaca surat permintaan maaf yang kutinggalkan di rumah dan merasa bebannya telah terangkat sepenuhnya. Kuharap, Appa tak akan merasa bersalah atas semua ini dan tetap menjadi ayah yang baik untuk adikku. Kuharap, adikku akan tetap diperlakukan baik seperti yang selalu dirasakannya. Biar aku melebur bersama arus air yang mungkin hanya akan menyeretku atau bisa jadi menelanku utuh-utuh tanpa sisa barang seutas benang sekalipun.

Selamat tinggal semuanya.

***

Langit malam bertabur ribuan bintang dengan lengkungan bulan sabit bercahaya lembut sama sekali tak terlihat cantik bagi Seung Gi. Dunianya benar-benar runtuh, yang ada hanya gelap pekat serta sesak tak berkesudahan. Ia merasa seperti seonggok daging yang diberi nyawa, tanpa tulang-belulang yang bisa membantunya sekadar duduk tegak.

Lesung pipi yang selalu menghiasi wajahnya memilih untuk tak menampakkan diri. Entah sampai kapan, yang jelas, dalam waktu yang sangat lama. Tergurat lebam-lebam di lengan bawahnya, hasil dari dirinya yang mencubitinya sendiri, berusaha menyadarkan dirinya dari mimpi buruknya.

SIMULAKRA (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang