Part 6

579 36 7
                                    

Naruto milik Masashi Kishimoto

****

"Apa kau benar-benar sudah tidak peduli padaku...?"

••••
"Aku tahu kau masih peduli padaku Hinata, kau masih mengkhawatirkanku", lanjut Naruto.

Mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan Naruto membuat Hinata bungkam. Dia memang masih peduli pada Naruto, hanya saja Hinata tidak mau Naruto melihat dirinya berharap lagi. Sudah Cukup, ia tidak mau tersakiti lagi.

"Kau terlalu percaya diri tuan Uzumaki, sudah kubilangkan aku hanya tidak bisa meninggalkan seseorang yang sedang sakit", ucap Hinata dengan mencoba tenang.

"Kau berbohong Hinata, aku tahu kau masih mencintaiku. Beri aku kesempatan Hinata, aku janji aku akan selalu mencintaimu, menjagamu dan melindungimu seumur hidupku. Jangan ceraikan aku Hinata, aku mohon", kata Naruto dengan penuh harap.

"Naruto, apa kau tahu? Disaat seorang suami telah mengatakan cerai kepada istrinya, maka disaat itu pula mereka benar-benar telah bercerai. Kau pernah mengatakan itu padaku kan, Naruto? Kata cerai. Saat kau baru bertemu Sakura kembali. Seharusnya di saat kau mengatakan cerai kepadaku hari itu, aku sudah tidak bisa mempertahankanmu lagi. Maaf saat itu aku egois dengan mencoba tetap mempertahankan pernikahan yang sudah putus. Jadi Naruto, dengan melanjutkan perceraian kita di pengadilan adalah jalan yang terbaik"

"Hinata saat itu aku..."

Kring...kring....
Suara dering ponsel Hinata memotong perkataan Naruto.

"Halo...
Maaf ada sesuatu yang terjadi.
Baik, saya akan segera kesana.
Hai', sekali lagi maaf membuat anda menunggu, Toneri-san", kata Hinata di telpon.

Naruto mengernyitkan dahinya
'Siapa Toneri?', tanya Naruto dalam hati.

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Aku sudah menyiapkan obatmu, jangan lupa diminum. Aku pergi", ucap Hinata seraya mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Naruto.

Naruto masih menatap ke pintu tempat Hinata berlalu. Rasanya ia ingin sekali mengikuti kemana Hinata pergi dan mengetahui siapa Toneri itu. Namun, badannya masih lemas dan sulit untuk digerakkan. Ia hanya bisa menunggu kepulangan Hinata.

.....
Hinata sampai di sebuah cafe tempat dia dan Toneri berjanji akan bertemu.

"Hinata disini", Hinata menoleh melihat Toneri yang memanggilnya.

"Maaf membuat anda menunggu Toneri-san. Ada sesuatu yang terjadi", ucap Hinata seraya menundukkan kepala.

"Tidak apa Hinata, kau tidak perlu seformal itu. Aku mengerti", balas Toneri.

Mereka duduk berdua lalu memesan 2 cangkir kopi.

"Bagaimana Toneri-san? Apa surat perceraiannya masih belum dapat dibuat?", tanya Hinata.

"Masih butuh waktu, banyak yang harus dilakukan. Apa kau membawa surat nikahmu?".
"Ya, saya membawanya beserta kartu keluarganya", Hinata menyodorkan surat pernikahan beserta kartu keluarganya kepada Toneri.

"Baiklah. Aku baru saja mengurus beberapa hal tentang perceraianmu ini, butuh waktu setidaknya 2 Minggu untuk mendapatkan suratnya untuk kau dan suamimu tanda tangani. Lalu baru persidangan dapat di mulai".

"Baiklah".

"Tapi ada 1 hal yang harus kau tahu. Jika kau ingin memudahkan persidangan, jangan sampai suamimu datang ke persidangan, kau hanya membutuhkan tanda tangannya saat suratnya sampai".

"Kenapa?", tanya Hinata lagi.
"Itu hanya akan memperpanjang persidangan. Jika suamimu melawan di persidangan, entah apa yang terjadi, bisa saja kau kalah dalam persidangan dan perceraian akan gagal", jelas Toneri.

Hinata menunduk mendengar perkataan Toneri. Ia takut Naruto akan melawannya di persidangan. Keputusannya sudah bulat untuk bercerai, ia tidak ingin gagal.

"Baiklah, saya mengerti. Terimakasih Toneri-san".
"Sama-sama", balas Toneri.

"Kalau begitu saya pulang dulu", Hinata berdiri dan pamit pulang.
"Sekarang? Aku pikir kau bisa lebih lama disini"
"Maaf, saya tidak bisa"
"Ada yang menjemputmu?", tanya Toneri.
"Tidak, saya akan naik taksi"
"Kalau begitu saya antarkan".
"Tidak perlu Toneri-san, saya bisa pulang sendiri", Hinata mencoba menolak tawaran Toneri. Namun Toneri tetap memaksa, akhirnya ia terpaksa membiarkan Toneri mengantarkannya pulang.

.....
Baru sampai di rumah, Hinata diberi kejutan dengan kedatangan Sakura ke rumahnya, apalagi saat ini ia sedang memeluk Naruto.

'Pemandangan yang indah sekali', batin Hinata.

Naruto menyadari kehadiran Hinata langsung mendorong Sakura. Ia takut Hinata akan salah paham padanya.

"Hinata ini tidak seperti yang kau lihat, dengarkan aku", ucap Naruto mencoba meraih tangan Hinata, tapi Hinata menepisnya.

"Tidak perlu memperdulikan pendapatku, lagipula itu bukan urusanku. Kalian bisa lanjutkan lagi. Maaf mengganggu", kata Hinata dengan tegas, kemudian dia pergi menuju kamarnya.

"HINATA... HINATA", teriak Naruto memanggil Hinata, namun Hinata tetap mengacuhkannya.

"Aaaaarrrgghhh", teriak Naruto frustasi.

"Lihatlah Naruto-kun, Hinata bahkan tidak memperdulikanmu lagi. Kenapa kau tidak melepaskannya dan malah meninggalkanku?", Sakura mencoba membujuk Naruto dengan memanas-manasinya agar ia bercerai dengan Hinata. Tapi malah bentakan yang ia terima dari Naruto.
"Susah cukup Sakura. Aku sudah bilang padamu bahwa aku mencintai Hinata dan aku tidak akan kembali padamu. Sekarang kau membuat Hinata salah paham".

"Hinata bahkan tidak sudah peduli padamu, bagaimana dia salah paham? Bahkan bisa saja dia sudah tidak mencintaimu lagi, kenapa kau masih mempertahankannya?".

Naruto terdiam sambil menatap tajam Sakura, lalu berkata, "Tidak peduli Hinata masih mencintaiku atau tidak, yang pasti aku mencintainya dan tidak akan melepaskannya. Sekarang kau pergilah, jangan pernah temui aku lagi?", kata Naruto dengan penuh penekanan.
"Naruto-kun, kau tidak bisa melakukan ini padaku".
"Aku bilang pergi Sakura, sebelum aku kehilangan kesabaranku dan berbuat kasar padamu, tidak peduli kau seorang wanita", ancam Naruto.

Sakura yang mendengar itu pun merasa takut dan akhirnya pergi dari rumah Naruto, meskipun ada perasaan kesal di dadanya.
'Lihat saja, aku akan membalasmu Hinata', batin Sakura penuh amarah.

Naruto merasa frustasi, niat ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan Hinata, malah justru sebaliknya.

Tadinya ia ingin menunggu dan menyambut kepulangan Hinata, malah ia mendapati Sakura datang kerumahnya. Padahal ia sudah menjauhi Sakura dengan tidak mengangkat telpon dari wanita itu, namun siapa sangka Sakura malah mendatangi rumahnya, memintanya untuk kembali bersama dan malah dengan berani memeluknya. Sialnya Hinata pulang dan melihat hal itu.

Sekarang ia yakin Hinata tidak ingin mendengarkannya apalagi melihatnya. Terpaksa ia harus menunggu lagi dan mengajak Hinata bicara besok.

****
Akhirnya setelah sekian lama balik lagi. Sebelumnya makasih bngt yang udah ngasih suara dan komen di cerita aku. Maaf bngt lama updatenya. Kadang gk nemu waktu yang tepat. Tapi terimakasih bngt yg udh nungguin cerita aku. Maaf nih lama2 jadi gk nyambung ja, aku susah buat kata2nya🙏😄

Selamat membaca...

Suara dan komentarnya masih di perlukan 🙏😁

Give Me a Chance (NARUHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang