Part 1

478 38 5
                                    

Naruto milik Masashi Kishimoto

Typo bertebaran dimana2
****


.......
Setahun Kemudian

Semilir angin menerbangkan rambut seorang wanita bersurai indigo yang tengah duduk di halaman belakang rumahnya sambil bersenandung dan mengelus sang buah hati yang masih bergelung nyaman dalam perutnya. Ya, dia Hinata, saat ini dia sedang mengandung sang buah hati. Usia kandungannya telah mencapai 7 bulan.

Ting tong...

Suara bel membuatnya langsung bangkit untuk membukakan pintu.

"Okaerinasai, Naruto-kun", sapa Hinata menyambut suaminya, Naruto.
"Kenapa lama sekali membukakan pintunya", bentak Naruto pada Hinata.
"Maaf Naruto-kun. Aku habis dari halaman belakang dan sedikit sulit berjalan karena perutku", kata Hinata.
"Haaaa sudahlah", kata Naruto sambil berlalu melewati Hinata menuju kamarnya lalu membanting pintu kamar tersebut.

Ya, begitulah nuansa kehidupan yang dijalani Hinata bersama suaminya, Naruto. Naruto mungkin memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami dalam hal biologi, namun tidak dengan batin. Dia selalu menyakiti hati Hinata dengan kata-katanya yang kasar. Dia selalu membentak Hinata, bahkan disaat Hinata tengah mengandung anaknya. Apalagi yang lebih menyakitkan saat Naruto berkata bahwa dia menyukai wanita lain dan sedang menjalin hubungan. Haruno Sakura nama wanita itu.

Haruno Sakura adalah sahabat dan cinta pertama Naruto saat di sekolah, namun saat itu Sakura lebih menyukai Sasuke, dan mereka berpacaran. Naruto sangat sedih saat itu, melihat Sakura dan Sasuke selalu bersama, tetapi dia tidak melihat bahwa ada seseorang yang selalu memperhatikannya.

Sakura dan Sasuke pergi entah kemana, mereka pergi selama beberapa tahun dan tidak ada yang mengetahui mereka pergi kemana.
Dan ketika pernikahan Naruto dan Hinata telah berjalan 1 bulan, Naruto bertemu Sakura.

Flashback

8 bulan lalu

"Terimakasih atas kerjasamanya Uzumaki-san, semoga kerja sama ini dapat mempererat hubungan kita", kata seorang laki-laki sambil mengulurkan tangannya.
"Sama-sama Utakata-san", ucap Naruto dengan membalas uluran tangan laki-laki itu.

Saat itu Naruto baru saja menyelesaikan rapatnya di sebuah restoran. Dan saat ingin meninggalkan restoran itu, tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.

"Aku merindukanmu, Naruto", katanya.
"Kau... sa Sakura", ucap Naruto sedikit terkejut.

Mereka berdua saat ini duduk di sebuah taman. Mereka belum ada yang membuka perbincangan karena terasa canggung. Sampai akhirnya Sakura membuka suara,

"Lama tidak bertemu ya, Naruto?". "Mm", balas Naruto singkat.
"Apa kabarmu?", tanya Sakura.
"Baik. Kau?", tanya Naruto kembali. "Entahlah. Aku tidak tahu".
"Apa maksudmu tidak tahu?". Sakura tersenyum tipis mendengar pertanyaan Naruto.
"Nee Naruto, apa kau tahu aku dan Sasuke pergi kemana selama ini?", bukannya membalas pertanyaan Naruto, Sakura malah balik bertanya, dan hanya dibalas gelengan oleh Naruto.
"Aku dan Sasuke pergi ke Jerman, dan kami menikah disana".

Naruto yang mendengar itupun terkejut, entah dia harus senang atau sedih, Naruto sendiri tidak tahu. Di satu sisi dia senang karena sahabatnya telah menikah, di sisi lain dia sedih karena cinta pertamanya menikah dengan orang lain. Sakura dan Sasuke pergi selama bertahun-tahun, dan Naruto meyakinkan dirinya bahwa dia sudah tidak lagi menyukai Sakura, namun entah mengapa dia merasa sedih mendengarnya.

"Lalu kemana Sasuke?", tanya Naruto. "Kami telah berpisah. Dia menceraikanku tapi aku tidak tahu mengapa alasannya?", jawab Sakura dan perlahan air matanya mengalir. Naruto merasa senang karena menurutnya dia punya kesempatan untuk mendapatkan Sakura lagi. Dia pun merangkul Sakura mendekatkan diri padanya dan memeluknya, Sakura menangis dalam pelukan Naruto.

"Jangan menangis, ada aku disini", ucap Naruto menenangkan Sakura.
"Kau tahu Sakura, dulu aku pernah menyatakan perasaanku padamu, tapi kau lebih memiliki Sasuke. Dan kupikir dengan perginya kalian berdua aku bisa melupakanmu. Tapi aku salah, sampai sekarang aku masih menyukaimu". Sakura mendongakkan kepalanya untuk melihat Naruto, mereka pun saling bertatapan. Perlahan wajah keduanya semakin mendekat dan...

Cup

Naruto mencium Sakura, dan Sakura pun membalasnya. Naruto terlalu senang sampai lupa bahwa ada seseorang yang menunggunya di rumah.

Flashback End

....
"Naruto-kun", panggil Hinata dari balik pintu kamar, lalu ia membuka pintunya. Hinata melihat suaminya tengah tidur, ia menghampiri suaminya dan membangunkannya. "Naruto-kun, Naruto-kun, bangun". "Ada apa sih mengganggu saja", bentak Naruto yang kesal karena menggangu tidurnya.
"Itu... makan malamnya sudah siap". "Iya iya, aku akan turun. Sana pergi", perintah Naruto. Hinata yang sudah biasa dibentak itupun mengikuti apa yang diperintahkan Naruto, walaupun ada rasa sedih dan sakit yang datang bersamaan.

......
Di meja makan tidak ada yang berbicara, hanya ada suara dentingan sendok dan piring.

"Na Naruto-kun", panggil Hinata. "Hm?", balas Naruto singkat.
"Bahan makan sudah hampir habis, bisakah Naruto-kun mengantarkanku belanja besok?".
"Tidak", jawab Naruto cepat.
"Aku harus pergi mengantar Sakura besok".

Nyuuuut....

Sakit, itulah yang dirasakan Hinata saat ini. Suaminya dengan santai menyebut nama wanita lain dihadapannya dan lebih memilih mengantarkan Sakura daripada Hinata yang berstatus sebagai istrinya. Namun, Hinata tetap diam dan tidak marah.
"Tapi, besok aku sekalian ingin check up, bayi kita sudah 7 bulan, perutku sedikit berat jika berjalan sendiri". "PERGI SAJA SENDIRI, KAN SUDAH KUBILANG AKU HARUS MENGANTAR SAKURA BESOK. JIKA KAU MERASA TERBEBANI DENGAN PERUTMU ITU, LALU KENAPA KAU HAMIL, GUGURKAN SAJA", ucap Naruto tanpa berpikir dan hal tersebut tentu saja membuat Hinata terkejut. Naruto menyuruhnya untuk menggugurkan anaknya sendiri.
"Apa yang kau katakan Naruto-kun? Ini anakmu, bagaimana mungkin kau menyuruhku menggugurkannya", jawab Hinata dengan perasaan sakit. "Benarkah itu anakku? Siapa yang tahu kalau kau bermain dengan laki-laki diluar sana", ucap Naruto dengan tatapan datarnya dan serasa menusuk.
"Hiks...hiks tidak Naruto-kun, ini murni anakmu. Aku tidak pernah berselingkuh, aku tidak ada dekat dengan laki-laki lain", kata Hinata sambil terisak.
"Terserah apa katamu. Aku mau tidur. Jangan ganggu aku", kata Naruto sembari menuju kamarnya meninggalkan Hinata yang terisak.

Hinata memegang dadanya yang terasa sakit, dia memang sudah terbiasa dengan bentakan dan kata-kata kasar dari Naruto. Walaupun begitu dia selalu bersabar, dan tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, menahan serta mencoba mempertahankan rumah tangganya walaupun suaminya itu selalu menyebut nama wanita lain. Tapi, hari ini laki-laki itu mengatakan sesuatu yang membuatnya sangat tersakiti dan ragu, apakah pernikahannya ini pantas dipertahankan atau tidak?

Di sisi lain Naruto yang tidak sadar akan ucapan tadi, hanya acuh dan tidak memikirkan konsekuensinya. Dia berpikir tidak mungkin Hinata akan menceraikannya, walaupun ia sangat ingin bercerai dengan Hinata, tetapi ia memikirkan orang tuanya yang menyuruhnya untuk menikah, ia tidak mau mengecewakan mereka. Namun, Naruto tidak sadar bahwa seseorang bisa saja kehilangan kesabarannya, dan membuat orang yang tidak ingin dikecewakannya malah membuatnya semakin kecewa.

Maaf ya kalo ceritanya jelek dan gk jelas, ini fanfic pertama aku, mohon dimaklumi 🙏. Klo kalian suka, jngn lupa yang komen dan kasih bintang, aku gk perlu follow, yang penting kalian suka sama cerita yang aku buat. Klo kalian suka klik bintang ya🙏.

Disini
   👇

Give Me a Chance (NARUHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang