Part 5

530 35 3
                                    

"Aku datang Hinata. Maafkan aku yang selama ini selalu menyakitimu. Kali ini, aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji", ucap Naruto pada dirinya sendiri.

Naruto memasuki pekarangan rumahnya, dan langsung berlari menuju kedalam. Dia mencari keberadaan sang istri dengan senyum yang terus mengembang. Namun, istrinya tidak ada di manapun. Sampai terdengar suara pintu terbuka dan nampaklah sang wanita yang dicarinya.  Naruto menghampiri Hinata dengan senyumnya yang mengembang.

"Hinata", panggil Naruto.
"Selamat datang", ucapan Naruto tersebut membuat Hinata terheran, tidak biasanya Naruto menyambut kepulangannya, apalagi tersenyum kepadanya. Namun saat ini, Naruto yang tersenyum dan mengucapkan selamat datang kepadanya. Hinata hanya diam tidak membalas sapaan Naruto.

"Hinata, ada yang ingin kukatakan kepadamu".
"Ada apa?", jawab Hinata ketus. Naruto tidak terkejut dengan sikap Hinata padanya, karena memang dari awal adalah salahnya.

"Hinata, ini tentang kita, aku ingin...",
"Tenang saja, aku sudah mengurus surat perceraiannya. Saat sudah siap, aku akan memberikannya kepadamu", kata Hinata yang memotong perkataan Naruto, lalu hendak pergi berlalu, namun Naruto menarik lengannya.

Hinata terkejut dengan tindakan Naruto yang tiba-tiba menarik lengannya, begitu pula dengan Naruto yang mendengar perkataan Hinata, dia belum menyelesaikan perkataannya tetapi Hinata malah memotongnya dengan mengatakan perceraian. Bukan itu yang ingin ia katakan, bukan, Hinata harus mendengarkannya.

"Bukan itu Hinata, bukan itu yang ingin kukatakan. Bukan", kata Naruto dengan suara lantang.
"Aku bukan ingin mengatakan tentang perceraian kita Hinata. Karena itu dengarkan aku", Hinata akhirnya mencoba mendengarkan perkataan Naruto, walaupun saat ini ia tidak ingin berbicara dengan Naruto.

"Hinata, maafkan aku yang selama ini selalu mengacuhkanmu. Maafkan aku yang selama ini terus menyakitimu dengan perkataan dan tingkah lakuku. Maafkan aku yang selama ini tidak menyadari kebaikanmu selama ini. Aku terus menyakitimu dengan mengatakan bahwa aku mencintai Sakura. Aku tahu itu sangat menyakitimu. Tapi, kau selama ini terus bertahan untukku, selalu ada untukku, namun bodohnya aku tidak melihat itu semua. Aku menyadarinya sekarang, bahwa kau adalah wanita terbaik yang pernah aku temui. Akhirnya aku menyadari bahwa aku membutuhkanmu Hinata. Aku ingin kau selalu ada di sisiku menemaniku selamanya. Akhirnya aku sadar, bahwa aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Hinata. Karena itu, jangan mengatakan apapun tentang perceraian kita. Aku akan memperbaiki segalanya, Hinata. Karena itu, menetaplah disini, jangan pergi kemana pun. Jangan buat surat apapun. Aku mohon padamu, Hinata. Aku mencintaimu".

Hinata terkejut mendengar apa yang dikatakan Naruto. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Naruto mencintainya.

"Hinata, aku tahu, aku sudah sangat bersalah padamu, tapi kumohon, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku. ayo kita kembali..."

"Kembali seperti apa? Kembali seperti apa maksudmu Naruto. Dari awal pernikahan, kau tidak pernah ada untukku. Yang ada dipikiranmu hanya Sakura saja. Jadi kembali seperti apa? Aku tahu, pernikahan kita memang hanya perjodohan. Tapi, aku sangat senang karena itu adalah kau. Walaupun aku tahu kau menyukai orang lain dan selalu menyebut namanya, aku tetap mempertahankannya. Walaupun kau selalu  marah padaku, mengatakan hal-hal buruk dihadapanku, aku tetap bertahan Naruto, itu karena aku ingin selalu bersamamu, ingin selalu di sisimu. Tapi, saat kau mengatakan hal buruk tentang bayiku, aku tidak bisa mentoleransinya lagi, Naruto. Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa bayi ini bukan anakmu, dan dengan mudahnya kau mengatakan padaku untuk menggugurkannya. Tidak Naruto, tidak. Jika kau tidak menginginkan anak ini, maka aku yang akan membawanya. Keputusanku sudah bulat. Kita akan bercerai".

"Hinata, aku mohon, dengarkan aku, aku tahu aku salah. Tapi sekarang aku sadar sekarang, aku mencintaimu Hinata" 

"Sudah cukup Naruto. Hentikan omong kosongmu. Percuma saja kau mengatakan itu, kau pikir aku akan percaya. Aku tahu kau mengatakan itu agar kita tidak bercerai, tapi itu bukan untukku atapun untukmu, itu untuk ibumu, kau hanya tidak mau membuat ibumu kecewa. Mustahil kau mengatakan itu untukku, karena kau tidak akan pernah mencintaiku, di hatimu selalu ada Sakura sampai-sampai kau rela ingin menggugurkan anakmu sendiri, aku benarkan?",
"Hinata, aku...".
"Aku bilang cukupkan. Aku tidak ingin mendengarkan perkataanmu lagi Naruto. Sudah cukup"
"Apa yang bisa aku lakukan agar membuatmu percaya, Hinata?", tanya Naruto disaat Hinata berbalik hendak meninggalkannya.
"Tidak ada Naruto. Tidak ada. Kau sepenuhnya sudah kehilangan kepercayaanku", kata Hinata tanpa berbalik menatap Naruto, lalu meninggalkan Naruto yang hanya berdiri terdiam.

Lagi-lagi Naruto dan Hinata tidak berada di ruang yang sama. Hinata yang berada di kamar sambil menangis sesenggukan, sedangkan Naruto duduk di ruang tengah sambil menyesali perbuatannya.

....

Menjelang pagi, Naruto mulai bangun, ia merasa seluruh badannya pegal, ia sadar bahwa ia tertidur di kursi, di tambah lagi ia kurang tidur semalam, karena itu ia merasa tidak enak badan. Saat mencoba berdiri, tiba-tiba penglihatan Naruto meremang, kepalanya pusing, dan akhirnya ia terjatuh tak sadarkan diri.

"Naruto?", Hinata yang baru saja turun dari kamarnya hendak pergi, melihat Naruto tergeletak langsung panik dan mencoba membangunkannya.
"Naruto, Naruto, bangun. Apa yang terjadi padamu?", Hinata terus membangunkannya namun Naruto tak kunjung sadar, Hinata lalu memegang dahi Naruto dan merasakan suhu badan Naruto yang begitu panas.
"Astaga dia demam", Hinata memikirkan cara untuk memindahkan Naruto ke kamar, tidak menemukan apapun, akhirnya Hinata sendiri yang membawa Naruto dengan susah payah menuju kamar tamu, karena tidak mungkin membawa Naruto ke kamar mereka yang berada di lantai dua.

Setelah sampai kamar, Hinata langsung membaringkan tubuh di ranjang dan menyelimutinya. Lalu dengan terburu-buru, Hinata menuju dapur dan kembali dengan membawa air dingin untuk mengompres Naruto. Hinata mengompres Naruto dan dengan telaten mengelap tubuh Naruto yang berkeringat. Walaupun Hinata marah dengan Naruto, tapi Hinata tetap merawat Naruto, biar bagaimanapun Naruto masihlah suaminya, ia harus merawat suaminya yang sakit.

"Hinata, Hinata, maafkan aku Hinata, maafkan aku. Kumohon", Naruto mengigau. Hinata yang mendengarnya, hanya diam tak bereaksi walaupun ia tidak menyangka Naruto akan memanggil namanya dalam tidur.

"Kau sudah melukaiku terlalu jauh, Naruto, sampai-sampai aku tidak bisa bertahan lagi. Aku tidak kuat lagi, Naruto", kata Hinata mencoba menguatkan dirinya sendiri.

....

Kelopak mata kecoklatan itu mulai bergerak, dan membuka. Naruto akhirnya terbangun. Ia merasa tubuhnya mulai membaik. Naruto memperhatikan sekitar dan berhenti tepat di sebelah kanan ranjangnya. Ia melihat Hinata yang tertidur dengan posisi duduk. Naruto tersenyum, ia tahu Hinata merawatnya sepanjang hari. Naruto senang Hinata masih perhatian padanya.

Naruto mencoba mengubah posisinya menjadi duduk, lalu dengan seksama memperhatikan Hinata sambil tersenyum.

Tidak lama kemudian, Hinata terbangun. Ia melihat Naruto yang sudah sadar dan sedang melihat ke arahnya sambil tersenyum, namun ia mencoba tetap acuh.
"Kenapa tertidur seperti itu? Pasti tidak nyaman", ucap Naruto.
"Kau sudah sadar. Aku akan memanaskan supmu", kata Hinata yang langsung menuju dapur. Naruto mencoba tetap tersenyum, ia tahu Hinata sedang acuh padanya.

Hinata kembali dari dapur dengan membawa semangkuk sup panas dan beberapa buah-buahan.
"Ini makanlah untuk menghangatkan tubuhmu", Hinata memberikan Naruto supnya.
"Apa kau tidak mau menyupiku?", pinta Naruto.
"Kau hanya demam, bukan patah tangan, cepat makan", ucap Hinata dingin. Naruto pun akhirnya memakan sendiri walaupun ada rasa sedih Hinata bersikap dingin padanya.

Keheningan terjadi beberapa saat diantara keduanya, sampai Naruto membuka suara.
"Maaf merepotkanmu. Kau pasti kesulitan memindahkanku".
"Ya, karena itu makan dan beristirahatlah. Jangan membuat kesulitanku memindahkanmu menjadi sia-sia karena kau tidak juga sembuh".
"Kau mengkhawatirkanku?".
"Aku hanya tidak bisa meninggalkan seseorang yang sedang sakit, kau berpikir berlebihan", ucap Hinata sambil meletakkan apel yang baru saja ia kupas. Ada sedikit rasa kecewa mendengar ucapan Hinata barusan

"Oh iya, ponselmu dari tadi berbunyi. Sakura menelponmu berkali-kali, tapi tidak ku angkat, aku tidak mau mengganggu privasimu".
"Hinata, itu...",
"Kau tidak perlu menjelaskannya, aku tidak peduli, itu bukan urusanku", ucap Hinata yang lalu hendak beranjak dari tempat duduknya.
"Apa kau benar-benar sudah tidak peduli padaku...?".
***

Akhirnya update setelah sekian lama, karena aku maba jadi susah buat nyari waktu bebas😂. Makasih ya yg udh ngasih vote, komen, dan mw nunggu updetan. Maap mungkin ceritanya nambah gk karuan🙏🙏😁



Give Me a Chance (NARUHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang