Vania POV
"Vania?"
Suara bass tersebut sudah sangat ku kenal,siapa lagi kalau bukan Kevin? Tapi ada apa dia memanggilku? Ah ini pasti hanya mimpi. Hanya mimpi vania!!
"VANIA!!"
Itu bukan mimpi!suara tersebut semakin terdengar dan aku masih terdiam diposisiku ini. Aku benar benar bingung harus apa,itu kevin?aku senang sekali!
Aku pun memberanikan diri menghadap kearah lelaki itu yang sedang berjalan kearahku dengan kecepatan penuh sambil melambaikan tangan. Oh tidak,apa yang sedang kulakukan? Benar benar memalukan.
"Hey kau bodoh!" Lelaki itu berteriak kearahku dan beberapa saat kemudian aku merasa tubuhku terjatuh dari tempat dudukku dan tertimpa oleh sesuatu yang berat tetapi hangat dan harum. Tunggu, ini bukan sesuatu. Aku pun membuka mataku yang sedari tadi terpejam dan mendapatkan sesosok pria yang aku suka sesang berada diatasku dengan wajah kesakitan. INI KEVIN!!!
Aku hanya bisa diam sambil memandangi wajahnya, apa barusan dia menolongku? Mimpi apa aku kemarin bisa ditolong olehnya Tuhan..
Ia pun langsung bangkit dan duduk disebelahku sambil menatapku tajam. Bahkan disaat seperti ini saja dia tetap tampan.
"Kau bodoh atau apa? Coba kalau tadi aku tidak datang menolongmu, kau bisa saja terkena bola basket itu vania!" Katanya sambil menunjuk bola basket didekat kami
"Ma..maaf aku tidak tahu,apa kau tidak apa apa?" Tanyaku mulai khawatir padanya
"Aku baik-baik saja." Katanya singkat dan langsung bangkit meninggalkanku dikoridor.
"Tunggu! Kenapa kau bisa mengetahui namaku? Dan untuk apa kau menolongku?" Tanyaku. Dia berbalik menghadapku dan berjalan mendekat kearahku. Kini jarak antara wajahku dan wajahnya sangat dekat,bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya dipermukaan kulitku. Aku mendengar suara jeritan siswi lain saat melihat kejadian antara aku dan kevin sekarang.
"Mana mungkin ada yang tidak mengenal Stevania Caroline? Lagipula memang seharusnya sesama manusia saling membantu kan." Jawabnya sambil menatapku tajam
"Ta..tapi itu.." aku merasakan degup jantungku sangat cepat saat ini, semoga tidak ada yang mendengarnya. Kevin mundur selangkah dari hadapanku dan membuatku lebih bisa menetralkan degup jantungku sekarang
"Sudahlah tidak usah dibahas. Salam kenal vania" ucapnya sambil tersenyum kecil padaku. Lalu ia berbalik dan berjalan menuju kelasnya dengan tangan yang sedang dimasukkan kedalam kantungnya.
Vania.. kau sangat beruntung!! Ini adalah hari terbaikku!!
Author POV
Setelah kejadian tadi pagi yang sangat membuat vania tidak bisa fokus kepelajaran dan mendapatkan banyak pertanyaan dari teman temannya yang melihat kejadian itu yang membuatnya lelah, Kini vania hanya bisa memainkan pulpennya diatas meja sambil menopang dagunya dengan tangan kirinya diatas meja.
Bel istirahat sudah berbunyi tetapi Vania tidak mood untuk pergi kekantin walaupun sebenarnya ia sangat lapar sekarang. Vania takut jika ia pergi ke kantin dia akan mendapatkan lebih banyak lagi pertanyaan tentangnya dan kevin. Menjawab pertanyaan dari teman sekelasnya saja sudah sukses membuat lelah bagaimana menjawab pertanyaan yang sama dari anak satu sekolah? Benar-benar melelahkan.
Tiba-tiba kelas hening,tidak ada suara sama sekali padahal masih banyak murid disitu. Vania yang heran pun mengangkat wajahnya dan melihat kearah pintu kelas.
Rasanya jantungnya mau copot saat melihat sosok lelaki yang tadi pagi menolongnya itu sedang berdiri didepan kelasnya sambil melihat vania yang sedang membuka mulutnya dan membulatkan matanya karena kaget.
Kevin POV
Bel istirahat sudah berbunyi, aku biasanya malas untuk ke kantin tapi kali ini aku sangat ingin kesana. Semenjak kejadian tadi pagi aku semakin tertarik dengan gadis itu, dia cantik,polos,dan menggemaskan. Baru dia yang bisa menarik perhatianku selama 1 tahun aku belajar disekolah ini.
Aku pun keluar kelas dan berjalan menuju kantin dan melewati kelasnya Vania.
XI IPA 1
Ya, itu kelas khusus orang orang pintar disekolah ini. Sedangkan aku berada di kelas XI IPA 3 yang merupakan kelas bagi para atlet yang sudah mengikuti beberapa kejuaraan dan berhasil menang.
Saat aku melewati kelasnya dapat kulihat keadaan kelas masih ramai oleh murid yang sedang bercanda disana, lalu dibarisan depan pojok nampak seorang gadis yang menarik perhatianku. Vania.
Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi saat aku melihatnya aku hanya bisa terdiam dan membeku ditempatku berdiri sampai gadis yang sedang aku perhatikan pun menoleh kearahku juga.
Matanya membulat,mulutnya menganga. Sungguh itu sangat menggemaskan!rasanya aku ingin mencubit pipinya sekarang juga. Tetapi aku harus mengurungkan niatku sekarang,apa yang akan orang pikirkan tentangku jika aku menyukai orang yang baru tadi pagi aku temui?
Aku membulatkan tekadku untuk berjalan kearahnya, wajahnya terlihat makin kaget saa melihatku mendekatinya. Aku hanya bisa menahan tawaku saat melihatnya saat ini.
Aku langsung menghentikan langkahku saat sudah sampai didepan mejanya. Seluruh murid yang tadinya sangat berisik berubah menjadi hening dan menatapku. Ada apa sebenarnya?apakah ada yang aneh padaku?
Aku pun langsung duduk disebelahnya sambil menatap wajahnya yang memerah mungkin karena merasa diperhatikan olehku.
Vania POV
Sekarang dia duduk disebelahku sambil memperhatikan wajahku. Sebenarnya apa yang sedang dia lakukan? Apa dia tidak tahu jika perlakuannya ini bisa membuatku terkena serangan jantung?
Aku bisa merasakan wajahku sudah memerah sekarang. Lalu dia tersenyum kecil kearahku. Aahh benar benar menggoda iman!! *eh
"Kenapa wajahmu memerah?"tanyanya dengan polos.
Ya itu karenamu bodoh! Rasanya aku ingin menjawab itu tetapi aku tidak bisa.
"Itu..aku..hanya kepanasan disini. Udaranya sangat panas" aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.
"Benarkah? Diluar hujan, ac disini juga menyala" dia mengerutkan dahinya dan menatapku bingung. Ah aku harus bagaimana ini?
Tiba tiba tangannya menggenggam tanganku dan aku bisa merasakan kehangatan tangannya dikulitku.
"Kau kepanasan tapi tanganmu dingin begini." Dia melihat tanganku dan mengelusnya. Aku hanya bisa diam dan cengengesan sambil melihat tangannya ditanganku. Lalu bel tanda istirahat sudah selesai pun berbunyi, ah benar benar perusak suasana!
"Sudah bel, aku harus kembali kekelasku. Ini" dia membuka jaketnya dan memakaikannya ditubuhku. Aroma tubuhnya langsung menyeruak dihidungku.
"Sampai jumpa vania" dia melambaikan tangannya pelan dan pergi menuju kelasnya.
Aku hanya bisa menatap punggungnya yang perlahan menjauh dari kelasku. Aku menghela nafas dan mengelus jaket yang kini berada ditubuhku.
Sebenarnya ada apa dengannya, kenapa tiba tiba baik padaku? Padahal dia tidak pernah seperti itu bahkan pada sahabatnya sendiri.
Tanpa sadar aku menciumi jaket kevin dengan senang. Lalu teman teman sekelasku menatapku aneh dan jijik.
"VANIAA!! LO HARUS JELASIN KENAPA BISA BEGITUU!" Kata mereka serempak dan membuatku melihat kearahnya san tertawa kecil.
Sepertinya aku harus pulang telat hari ini dan menyiapkan jawaban untuk mereka semua.
Maaf kalau cerita ini pendek pendek ya, aku share lewat hp soalnya. Keliatanya banyak tapi ternyata sedikit.
Walaupun kevinnya mulai tertarik sama vania tapi gak bakal segampang itu kok mereka jadiannya,bakal banyak lagi yang harus mereka lewatin sebelum bersatu/? *ea
Kalo gitu sampai ketemu dipart selanjutnya~

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Ice cream
Novela JuvenilDisaat seorang gadis penggemar ice cream bertemu dengan pria yang sedingin tapi terkadang semanis ice cream yang menjadi makannnya sehari hari, apakah gadis itu tetap menyukai pria itu karena sama seperti makanan favoritnya?