Kevin POV
Sekarang aku sedang ada dirumah Vino bersama kedua sahabatku yang lain, Revan dan Leo.
"Gimana kev lo udah berhasil deketin si cewek belagu itu?" Tanya Leo pada Kevin
"Vania?" Tanya Kevin sambil menatap datar Leo
"Yaiyalah siapa lagi,kemaren gue liat lo jalan sama dia kan?" Sambar Revan
Kevin terdiam. Awalnya memang niat aku mendekati Vania hanyalah sebuah permainan semata. Sebelumnya aku sedang bermain truth or dare dengan teman temannku,lalu aku memilih dare yang mengharuskan mendekati Vania sampai Vania mulai suka kepadaku lalu meninggalkannya begitu saja. Dan jika aku gagal ataupun menyerah,akan dikenakan hukuman yaitu aku harus keluar dari eskul basket.
Tetapi sekarang berbeda,rasanya gadis itu sudah benar benar menarik hatiku. Aku tidak pernah seperti ini pada siapapun,memperhatikannya dari kejauhan,melihat akun media sosialnya secara diam diam,bahkan jika sempat memfotonya secara diam diam.
Jadi sekarang udah gak mungkin lagi kalau aku meninggalkan dia begitu saja,lebih baik aku meninggalkan eskul basket yang sudah menjadi hobiku selama ini. Basket bisa ditemukan dimana saja. sedangkan Vania tidak bisa ditemukan dimana mana,hanya ada satu dan aku tidak boleh meninggalkanya.
"Woi!lu ngapain ngelamun?" Revan menepuk pundakku.
"Lu lupa sama perjanjian kita Kev?" Tanya Leo
Ketiga sahabatku itu kini menatapku dengan penasaran. Aku ikut menatap mereka secara bergantian
"Gue bakal keluar dari basket."kataku mantap
Seketika mereka langsung menatapku dengan tatapan tak percaya. Ya aku sudah tau pasti mereka akan begini,tapi mau gimana lagi. Ini semua karena lo,Vania.
"Lo becanda kan?" Kini Vino mulai bersuara.
"Sangat yakin. Besok gue bakal ngomong ke Pak Dwi" jawabku.
"Gue gak nyangka pengaruh Vania sebesar itu ke lo Kev,padahal baru beberapa hari kalian kenal." Ucap Revan sambil memutar mutar bantal ditangannya.
"Lo gak percaya kan?gue juga astaga" kata Leo sambil menutup mulutnya lebay.
"Yakin sama keputusan lo? Jangan ambil keputusan mendadak Kev kalo gak mau nyesel. Lo kan ketua basket disekolah masa lo ngorbanin jabatan demi cewek doang?" Papar Vino. Vino terkadang sudah seperti ayah dari kuta bertiga,bahasanya itu loh. Tua.
"Gue gak pernah peduli sama jabatan, dulu gue juga pengennya jadi member biasa aja tapi Pak Dwi maksa. Dan sekarang gue yakin banget sama keputusan ini dan tolong jangan macem macem. Gue duluan" Kataku seraya mengambil kunci motor yang ada diatas meja dan pergi ke luar rumah Vino lalu mengendarai motorku pulang kerumah.
*
*
*
*
*
*
*
Hari ini aku sudah siap untuk bertemu Pak Dwi di ruangannya untuk berbicara mengenai niatku untuk keluar dari eskul basket.
Aku berjalan menuruni anak tangga dengan santai sambil memasukkan tanganku kedalam kantung celana. Aku bisa merasakan saat aku lewat semua cewek disana menatapku dengan tatapan genit dan ada juga yang betingkah aneh.
Aku sebenarnya sudah terbiasa dengan ini semua tetapi semakin lama aku makin bosan dengan keadaan yang begini saja.
Haruskah aku menyatakan cinta kepada orang yang aku suka ditengah lapangan saat keadaan sekolah sedang ramai agar mereka berhenti mendekatiku dan bertingkah lebay? Haha membayangkan wajah mereka yang shock saja aku bisa tersenyum geli.
"Kak Kevin senyum!"
"Aahh.. manisnya!"
"Apa tadi dia melihatku jadi dia tersenyum gitu?oh..kevin kuuu"
"Ampun deh tuh cowok manis banget gue embat nih lama lama" kata satu suara ngebass disampingku.
Tunggu! Itu seperti suara cowok ya?aku menghentikan langkahku dan menoleh kearah suara tersebut dengan wajah datar. Dan benar saja dia cowok!
"Hai Kevin. Nanti sore hang out yuk sama gue?" Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Sinting nih orang! Aku menatapnya horror sambil mengedikan bahu lalu menlanjutkan perjalananku yang tadi sempat tertunda. Lebih baik aku dikejar kejar banyak wanita deh daripada sama cowok. Menjijikan.
Tak terasa aku sudah sampai didepan ruang Pak Dwi. Aku mengintip sedikit kedalam dan melihat dia sedang fokus menatap layar laptopnya sambil mengerutkan dahinya.
Aku kembali menutup pintunya lalu membereskan penampilan ku terlebih dahulu. Aku melihat pantulan tubuhku di kaca yang ada dipintunya, rambut sudah,baju sudah,celana sudah,yap semuanya sudah rapi. Baru satu langkah aku bersiap untuk masuk keruangan itu tetapi kembali tertunda karena ada tiga suara cowok memanggil namaku secara bersamaan.
"Kevin!" Teriak Revan,Leo dan Vino sambil berlari dengan kecepatan penuh kearahku.
"Kev lo belom ngomong kan?" Tanya Revan sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
"Belom"jawabku singkat.
"Lo gak usah ngelakuin itu Kev, sahabat gak seharusnya ngancurin impian sahabatnya sendiri kan?" Kata Leo sambil menepuk punggungku pelan. Vino dan Revan tersenyum sambil melihat kearahku,aku pun ikut tersenyum.
"Thanks bro" Kataku sambil menoyor kepala mereka satu persatu sambil tertawa.
"Awalnya doang manis makasih ujungnya ditoyor juga!" Teriak Revan
"Tau nyet banget lu" Sambung Vino
"Kabur aja yok ah" Ucap Leo
Aku hanya terkekeh melihat mereka. Lalu tiba tiba aku melihat Vania berlari didepan ku sambil menunduk,bahkan sepertinya dia tidak menyadari kebaradaanku.
"Kenapa tuh bro?"tanya Vino
"Gak tau" Kata ku.
Lalu pintu dibelakang kami terbuka dan menunjukkan sosok pria tinggi berbadan kekar yang merupakan guru olahraga sekaligus Pembina eskul basket,Pak Dwi.
"Kalian ngapain disini?"tanya nya
"Anu pak, itu.." jawab Leo tidak jelas
"Kita kebetulan lewat pak,mau ke koperasi tapi tadi pas lewat disini ada suara orang teriak dari ruangan bapak. Bapak gapapa kan?" Tanya Vino. Vino memang orang yang paling jago mencari alasan dan mengalihkan pembicaraan dari kita semua.
"Masa?nggak bapak gapapa kok. Kalian salah denger kali" jawab Pak Dwi sambil menatap kami aneh.
"Iya kali ya pak salah denger. Yaudah kami ke koperasi dulu ya pak." Kata Vino lalu kami berempat salim ke Pak Dwi lalu berjalan kearah koperasi.
Ngomong ngomong Vania kenapa ya? Apa dia ada masalah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Ice cream
Ficção AdolescenteDisaat seorang gadis penggemar ice cream bertemu dengan pria yang sedingin tapi terkadang semanis ice cream yang menjadi makannnya sehari hari, apakah gadis itu tetap menyukai pria itu karena sama seperti makanan favoritnya?