"Cepatlah hyung." Teriak Junghwan dari dapur.
"Orang itu benar-benar pemalas." Gerutunya lagi.
Pagi yang cukup menyenangkan. Hari ini Doyoung tidak sendirian. Junghwan ada bersamanya dan sedang memasak untuk mereka berdua. Buru-buru Doyoung mengeluarkan ponselnya untuk memotret Junghwan.
"Jarang-jarang aku melihatmu seperti ini." Ujar Doyoung sambil tertawa lalu menyimpan ponselnya dan duduk untuk sarapan.
"Diam dan makanlah," Sahut Junghwan.
Mereka makan dalam diam. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar. Doyoung suka mencuri pandang saat Junghwan makan dengan porsi suapan dua kali lebih besar darinya dan itu membuatnya tersenyum. Ternyata ada sisi imut yang tersembunyi dalam diri Junghwan saat makan.
Semalam tidak ada penolakan ataupun pertanyaan dari Doyoung mengenai alasan Junghwan ingin menginap di tempatnya. Doyoung hanya mengiyakan lalu mereka pulang. Lagipula Junghwan sepertinya belum ada niat untuk menceritakan apapun tentang dirinya.
"Ada rencana hari ini?" Tanya Junghwan.
Doyoung menelan kunyahannya lalu minum segelas air putih yang dituang oleh Junghwan.
"Aku mau mengunjungi Hyunsuk hyung, kau mau ikut atau disini saja?"
Junghwan mengambil piring Doyoung dan beranjak mencucinya.
"Sudah lama aku tidak mengunjunginya," Ujar Junghwan membuat Doyoung kaget.
"Kau mengenalnya?"
Junghwan mengangguk sambil mengelap piring dan meletakkannya di tempat sebelumnya. Lalu melihat Doyoung yang masih keheranan.
"Jangan heran begitu. Kakakku berteman dengan Hyunsuk hyung dan kakakmu juga," Terangnya semakin membuat Doyoung semakin tidak mengerti.
"Apa kita berteman?" Tanya Doyoung membuat Junghwan mengerutkan dahinya. "Barangkali dulu kita berteman dan aku lupa," Lanjutnya.
Junghwan hanya tertawa lalu meninggalkan Doyoung.
"Kita baru mengobrol kemarin malam. Temanmu itu justru Park Jeongwoo dan bukan aku,"
Doyoung tersenyum memperhatikan punggung Junghwan sambil mengetukkan jarinya di meja.
***
"Ayah, kapan kau bangun?" Lirih Jeongwoo pada ayahnya, Park Seojoon yang masih menutup matanya.
Jeongwoo menunduk lesu. Dia ingin sekali berteriak pada ayahnya jika mereka tidak sedang di ruangan terkutuk ini. Apalagi dengan CCTV di ujung ruangan yang membuatnya semakin tidak bisa berbuat apapun kecuali bertanya kapan ayahnya akan bangun dan menjelaskan semua ini.
"Aku pergi. Ayah cepatlah bangun. Aku tidak suka hidup dalam teka-teki yang kau buat."
Begitu keluar, Jeongwoo berhadapan dengan polisi yang berjaga di sekitar ruangan. Dia lagi-lagi membuang nafas kasar. Dia benci keadaan yang membuatnya terlihat seperti penjahat. Dia benci diperhatikan orang-orang. Semua orang berbisik setiap kali berpapasan dengannya. Semua orang memberikan cap di kening Jeongwoo 'anak pembunuh'.
Untuk meredam semua itu, Jeongwoo memilih mendengarkan musik kuat-kuat daripada harus menahan sakit hati akibat umpatan-umpatan orang-orang terhadapnya. Menyebalkan. Ayahnya yang berbuat, tapi dirinya yang menanggung getahnya. Apa orang itu bisa disebut orang tua?
"Park Jeongwoo."
Kabel earphone itu langsung terlepas karena ada yang menariknya. Jeongwoo melihat Doyoung yang melakukannya. Dia hendak pergi tak menanggapi Doyoung seperti biasanya. Namun Doyoung malah mencengkeram bahunya. Tidak membiarkannya seperti kemarin-kemarin.
"Lepas." Ucap Jeongwoo sambil melirik tajam.
Doyoung menggeleng. Kening Jeongwoo mengerut kala melihat Junghwan yang ada di samping Doyoung.
Sejak kapan mereka akrab?
"Kita harus bicara. Junghwan bilang kita ini teman. Jadi ayo ikut aku,"
Jeongwoo menggeram dalam hatinya. Dia merasa Doyoung jadi tiba-tiba menyebalkan. Dia akan berteriak jika ini bukan rumah sakit. Jeongwoo ingin pergi, tapi entah mengapa dia tidak melakukan itu.
"Baiklah."
***
Tbc
Maafin aku ya sayang..
Aku lama ngga up, soalnya kukira ngga ada yang berminat jadi..
Maaf banget..
Kukira ini cerita ngebosenin..
Kukira ngga ada yang nungguin..
Tapi ternyata..
Ada yang nungguin kelanjutannya..
Huhu aku seneng banget pengen nangis rasanya pagi-pagi😭😭
Masih penasaran ngga kelanjutannya? Apa yang sebenernya terjadi sama junkyu? Atau siapa yang punya rahasia disini?
Kuy tebak-tebakan! 😇😇

KAMU SEDANG MEMBACA
Allow
FanficTerkadang, merelakan sesuatu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan saat kehilangan.