Perjalanan menuju ke apartemen dimana Changgu tinggal terasa begitu menegangkan. Detak jantung Yanan berdetak begitu cepat, bahkan dia merasa lebih cemas dibanding saat dia harus naik roller coaster. Di sebelahnya Changgu hanya menatap lurus ke depan, sama sekali tidak melirik sedikitpun ke arah Yanan yang merasa panas dingin.
Lift yang membawa mereka ke lantai tempat tinggal Changgu berdenting sebelum kemudian terbuka dan menampilkan lorong panjang dengan pintu berjajar.
"Masuklah" ucap Changgu setelah menekan nomor sandi pengaman rumahnya dan membuka pintu lebar-lebar.
Yanan menuruti perkataan pria Yeo itu, membuka sepatunya perlahan. Changgu meletakkan tasnya asal di dekat pintu dan menyodorkan selop putih pada Yanan.
"Kamu mau minum apa?"
"Apa saja"
Changgu mengangguk dan pergi menghilang dari ruang tengah.
Yanan menggigit bibir bawahnya dan duduk di sofa panjang depan televisi. Matanya menatap ke seluruh penjuru.
Apartemen itu masih sama. Letak furniture, dekorasi dinding bahkan warna tirai yang menghiasi ruangan itu masih persis seperti sebelum dia pergi. Yang berbeda hanyalah tidak ada satupun barang Yanan disana. Seakan pemuda itu memang tidak pernah tinggal disitu sebelumnya.
"Kopi" Changgu meletakkan dua cangkir minuman di meja. Dia memilih untuk duduk di ujung sofa yang lain.
"Aku menyingkirkan semua barangmu" ujar Changgu dengan nada datar.
"Aku mengerti" Yanan mengucap pelan. Lidahnya kelu.
Sampai beberapa saat kemudian, hening masih menyelimuti ruangan karena keduanya tidak juga mengeluarkan suara. Mereka sibuk menyesap kopi dari cangkir, menyembunyikan segala perasaan yang bergejolak.
"Maaf"
Yanan bisa mendengar tarikan nafas lelah dari Changgu saat ia melontarkan kata itu ke udara.
"Kamu sudah minta maaf" Changgu menatap lekat pria di hadapannya.
"Changgu..." Yanan memelas. Suaranya turun beberapa oktaf dari yang biasa ia gunakan.
"Aku hanya ingin tahu alasanmu, Yanan" potong Changgu sambil meremas ujung pakaiannya. Tubuhnya bergetar karena jantungnya berdebar kencang. Dia tidak tahu apakah dia siap untuk ini.
Yanan mengangguk. Mengatur nafas sebelum membuka suara. Dia sama gugupnya.
"Aku terpaksa pergi. Situasi keluargaku sedang tidak baik." Yanan terdengar begitu sendu dan frustasi. "Ayahku jatuh sakit"
Changgu terkesiap.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku?" cerca Changgu, "Aku bisa ikut menjenguk beliau"
Yanan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bisa melakukan itu"
"Kenapa?"
"Situasinya tidak memungkinkan, Changgu" Yanan mendesah sebelum menatap lekat ke wajah Changgu yang menampilkan berbagai ekspresi.
"Maksudnya?" Alis Changgu terangkat, bingung. Situasi macam apa yang membuat Yanan pergi tanpa kabar? Bukankah tidak masalah untuk Changgu ikut menjenguk ayah dari kekasihnya? Hubungan mereka juga bukan hubungan yang mereka tutupi dari keluarga masing-masing.
Changgu sering berkomunikasi dengan keluarga Yanan, bahkan beberapa kali saat mereka berkunjung ke Korea, pasti Changgu juga akan menemani. Jadi alasan apa yang membuat Yanan memilih untuk bungkam mengenai hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
See Me through [Yanan x Yeoone]
RomanceYeo Changgu adalah seorang aktor yang kini mulai menjajaki karir lain sebagai photographer. Suatu hari dia mendapatkan tawaran untuk melakukan pemotretan untuk produk pakaian dan seharusnya semua akan berjalan lancar jika saja modelnya bukan Yanan...