Author's POVAda beberapa hal yang akan selalu di hindari oleh Jung Haerin. Pertama, terlambat dalam setiap pertemuan, baik itu pertemuan penting maupun tidak karena menurutnya saat kau membuat janji harus kau tepati. Kedua, ketidak rapihan. Menjadi seorang General Manager divisi Human Resources membuatnya menjadi sangat disiplin. Terlebih saat dalam pertemuan penting. Dan yang terakhir adalah perjamuan keluarga. Ia sangat membenci itu.
Mengapa, kau tanya? Karena dalam perjamuan itu hanya akan menyombongkan kehidupan mereka. Keluarga besar Haerin, terlebih dari ayahnya, gemar sekali menyombongkan kekayaan dan kehidupan mereka. Tentu saja Haerin lebih memilih untuk pergi shopping saja ketimbang harus mengikuti acara semacam itu. Alasan-alasan kalau ia sibuk bekerja selalu ia lontarkan supaya bisa mangkir.
Teleponnya berbunyi dan ia langsung mengangkatnya dengan jawaban singkat, "Ya?"
"Ibu anda menelepon, bu." Sekertaris Ahn menjawab.
Dalam batinnya bersuara untuk tidak menjawabnya, namun sepertinya jahat sekali untuk melakukan hal itu. Jadi akhirnya ia memilih untuk menerima panggilan itu.
"Oke," tak lama terdengar Heeyeon menutup telepon miliknya dan teralihkan dengan sambungan telepon ibunya.
"Jung Haerin..." terdengar suara ibunya yang lembut di ujung sana. "Bagaimana kabarmu nak?"
"Ah, aku baik bu. Ibu sehat?" Haerin menghentikan segala aktifitasnya dan fokus dengan suara ibunya yang sebenarnya ia rindukan juga. Sudah lama sejak terakhir Haerin mengunjungi orang tuanya. Itupun saat natal tahun lalu.
"Ibu sehat kok. Susah sekali menelepon anak ibu ini, mengirim pesanpun tidak dibalas."
Seketika itu Haerin mencari ponselnya. Harusnya ada di atas meja kerjanya juga, namun ternyata tertumpuk berkas-berkas yang harus ia review sebelum ia tanda tangani. Telunjuknya mengetuk layar benda persegi itu dan muncul lah semua pemberitahuan pesan dan telepon yang masuk. Baru ia sadari kalau sedari semalam ponselnya dalam mode sibuk. Jadi semua bentuk perpesanan dan telepon tidak muncul. Pantas saja ia merasa malamnya tentram tanpa gangguan.
"Hmmm, maafkan aku, bu. Kemarin ponselku mati." Katanya singkat.
"Omong-omong, ibu hanya ingin memberitahu mu. Sabtu ini jangan lupa untuk datang ke acara ulang tahun Ayah ya. Ibu tidak mau kau mangkir lagi seperti tahun lalu."
Matanya langsung melirik ke arah kalender yang berada di ujung meja kerja miliknya. Hari sabtu memang hari liburnya dan bertepatan pula dengan ulang tahun ayahnya. Ia tidak bisa membuat alasan karena, yah, itu hari Sabtu.
"Hmmm...hari Sabtu ya," Katanya mencoba mencari alasan logis untuknya pergi. "Sepertinya aku--"
"Sudah ya, jangan banyak alasan. Ibu sudah meminta Sekertaris Ahn untuk mengosongkan jadwalmu di hari itu. Ibu tidak mau di hari ulang tahun kali ini anak ibu satu-satunya tidak ada."
Ibunya mulai berceramah tentang betapa malu ayah dan ibunya saat itu ketika Haerin sama sekali tidak muncul dengan alasan ia harus melakukan audit di luar kota. Walaupun saat itu harusnya ia bisa pulang ke Seoul, tapi tentu saja ia akan memberikan alasan apapun supaya bisa mangkir. Namun nampaknya kali ini takdir berkata lain.
"Baiklah, aku akan datang." ucapnya akhirnya sambil memijat pelipisnya yang mulai berdenyut.
"Oke, jangan terlambat ya. Ibu menyayangimu."
"Aku juga..."
Sambungan telepon sudah berakhir dan Haerin hanya punya waktu dua hari untuk bisa mencari alasan dadakan. Memang tidak seharusnya ia melakukan hal itu, tapi perjamuan keluarga selalu membuatnya muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seesaw Game
FanfictionMencari pacar diusia 30an bukanlah hal yang mudah untuk Jung Haerin. Tapi karena orang tuanya menuntutnya untuk membawa pasangan di acara pernikahan sepupunya, Jung Dawon, ia pun akhirnya menghalalkan segala cara. Lewat aplikasi sewa pacar Moi Namch...