Cp. 6

217 26 2
                                    

Haerin's POV

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan aku masih berada di kantor. Mejaku terlihat lebih baik dibandingkan sebelumnya dengan tumpukkan berkas yang menggunung. Sekertaris Ahn sedang menghabiskan makan malamnya--dinner set dari restoran cepat saji langgann kami, sambil merapikan berkas yang baru saja kami review tadi. Pekerjaan sudah selesai dan kami memutuskan untuk makan malam di kantor saja sembari merapikan berkas-berkas yang berserakan untuk menghemat waktu. 

Saat semuanya sudah di tumpuk di tempat yang seharusnya dan dipilah untuk presentasi besok, aku bersantai pada sofa sambil memejamkan mata. Lelah sekali rasanya bekerja disaat sakit seperti ini. Biasanya aku akan mengambil cuti, namun mengingat aku masih mempunyai tugas yang belum ku selesaikan, akan lebih baik kalau masuk kerja saja. Lagi pula aku masih sanggup untuk berdiri, mengetik, mereview. Pada dasarnya masih sanggup untuk bekerja. 

"Mau saya panggilkan untuk supir pengganti, bu?" Tanya sekertaris Ahn dan saat ku lihat makanannya sudah habis. 

"Tidak usah. Lagi pula aku tidak membawa mobil hari ini." Kataku dan bangkit dari dudukku dan berjalan ke arah meja kerja untuk mengambil tas, laptop dan ponselku. Karena Jungkook ke apartemenku waktu itu akhirnya ku putuskan saja ia yang membawa mobil selama aku sakit. Lagi pula aku tidak akan sanggup kalau masih harus menyetir saat sakit seperti ini, jadi ku berikan saja padanya untuk dipakai sementara. Walaupun sudah hampir seminggu sejak kejadian di apartemenku itu, aku masih belum sembuh total. Mungkin karena aku juga kerja tidak tahu waktu makanya proses recovery ku cukup lama.

"Kalau sudah selesai kau boleh pulang. Aku duluan ya." Ucapku sebelum keluar dari ruangan.

"Baik bu. Hati-hati di jalan." Jawab sekertaris Ahn.

Aku harus benar-benar mengapresiasi sekertarisku yang satu ini. Benar-benar dedikasinya sangat tinggi sekali. Ia pulang setelah aku pulang dan datang sebelum aku datang. Bisa dibilang ia adalah juru kunci. Ia akan membuka dan mengunci ruanganku karena memang berkas-berkas penting serta rahasia ada di dalamnya. 

Lift membawaku turun ke lobby. Sambil berjalan keluar aku mengeluarkan ponsel dengan niatan untuk memesan taxi. Tanganku sudah memencet salah satu taxi yang jasanya sering ku gunakan saat sedang mabuk atau sakit.

"Waaah, kebetulan apa ini." 

Aku terperanjat. Terlebih mendengar suara licik yang sangat terdengar familier. Mataku menuju ke asal suara dan terlihat Kim Namjoon berjalan ke arahku. Ia baru saja turun dari lift bersama dengan seseorang yang ku rasa adalah sekertarisnya.

"Ap-apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku.

Jantungku seperti sedang dipacu begitu kencang hingga rasanya ingin lepas. Tanganku gemetar dan bisa ku rasakan kalau keringat dingin juga bercucuran. Apa yang sedang dilakukan bedebah ini disini?! Diluar ada security yang pasti bisa melindungiku tapi serius aku tidak mau ini menjadi ramai. Apa yang harus ku lakukan? Perutku melilit dan makan malamku rasanya memaksa untuk keluar.

"Jung Haerin, kau percaya akan takdir?" Namjoon mengisyaratkan sekertarisnya itu untuk pergi dan pria canggung itu berlari keluar tanpa mengindahkan tatapan memelasku.

Kakiku melangkah mundur saat ia melangkah mendekat. Rasanya posisiku sekarang sangatlah terancam. Aku takut kalau-kalau terhasut oleh omongannya yang sangat manipulatif. Ia puntar memutarbalikkan fakta yang ada.

"Ja-jangan mendekat! Kalau tidak aku akan-"

"Akan apa?" Kini ia benar-benar berada di hadapanku. Kami berdua hanya terpisahkan oleh tanganku yang memeluk laptop di depan tubuhku seperti benda itu hanya satu-satunya hal yang bisa menyelamatkanku saat ini. Padahal nyatanya juga tidak! "Mana mungkin seorang Jung Haerin mau mengorbankan pamornya yang angkuh itu untuk sebuah drama?"

Seesaw GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang