Cp. 13

158 19 3
                                    

Author's POV

Hidup bergelimang harta mungkin dipandang 'wah' untuk sebagian orang. Stigma bahwa kehidupan terjamin membuat beberapa orang beranggapan bahwa orang kaya tidak perlu lagi bekerja. Hanya menghabiskan hari mereka dengan menikmati segala fasilitas dan kelebihan yang dimiliki. Padahal saat seseorang sudah memiliki segalanya, mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk mempertahankan apa yang mereka punya saat ini.

Sama halnya seperti Kim Namjoon yang harus mempertahankan kerajaan bisnis orang tuanya. Setelah ayahnya meninggal, ia di pasrahi bisnis ini oleh ibunya itu dan tentunya Namjoon sama sekali tidak keberatan. Sedari kecil ia memang sudah berambisi untuk mengambil bisnis yang sudah turun temurun itu. Ditambah ia merupakan anak tunggal jadi 'rival' antar saudara mungkin tidak akan terjadi dalam prosesnya. Antar saudara memang tidak ada sih, namun ia harus berhadapan dengan kakak ayahnya yang juga cukup ambisius untuk mengambil alih. Tapi dengan adanya Namjoon, pamannya itu bahkan tidak berani lagi untuk macam-macam karena ia lebih nekat dibandingkan ayahnya.

"Selamat siang tuan Kim, ibu Jung sudah menunggu di ruang VIP." Sapa seorang guest relation officer yang menyapanya di pintu masuk. Ia hanya menanggapi dengan anggukan. "Mari, saya antar."

Namjoon sudah sampai di The Grand Hotels and Villas di tengah kota Seoul. Hotel bintang lima itu memiliki pelayanan yang tidak main-main. Proses seleksi untuk diterima sebagai staff saja juga cukup terkenal ketat. Hampir setara dengan sistem penerimaan pramugari untuk maskapai raksasa di Timur Tengah. Makanya tak jarang, staff yang memutuskan untuk pindah dari TGHV akan lebih mudah menerima pekerjaan. Dengan kata lain mereka bisa langsung 'memilih' perusahaan mana yang dituju. Itupun jika memiliki track record yang baik. Jika tidak mereka akan mendapatkan 'kartu merah'.

"Silahkan," Ucap staff tersebut dengan senyuman ramah yang sudah terlatih.

Pintu dibuka perlahan, memperlihatkan beberapa orang sedang duduk berbincang. Didalam ruangan VIP itu terdapat setidaknya tujuh orang yang menghadiri pertemuan singkat ini. Meja bundar itu menyisakan satu tempat kosong di antara seorang pria muda dan pria paruh baya. Iapun memutuskan untuk segera duduk dan bergabung bersama orang-orang yang sudah menunggunya itu.

"Maaf menunggu lama, saya harus menghadiri salah satu acara di hotel lain." Katanya sembari melepaskan satu kancing jasnya sebelum duduk.

Salah seorang pelayan menghampirinya dan menuangkan segelas air mineral. Setelah itu beberapa pelayan yang sedari tadi berdiri di dalam ruangan pergi, meninggalkan orang-orang penting itu untuk berdiskusi.

"Ah tidak apa-apa. Kami juga baru datang kok." Ucap salah seorang dari mereka, seorang wanita paruh baya yang dikenal oleh Namjoon sebagai istri dari presdir TGHV, Jung Mirae. "Sebelumnya, Anda pasti masih ingat dengan putriku tertuaku, Dawon, kan? Dan di sebelahnya itu adalah anak bungsuku, Hoseok."

Kedua orang yang di perkenalkan itu memaksakan senyum. Mereka sama sekali tidak begitu suka dengan ide pertemuan ini karena menurut Dawon berada di dalam satu ruangan bersama Kim Namjoon sama dengan berada di neraka. Jika diingat kembali, lelaki itu sempat memiliki histori yang sangat buruk dengan sepupunya terdekatnya, siapa lagi kalau bukan Haerin. Dan kalau ada seseorang yang mampu untuk membenci lebih besar dibandingkan dengan si empunya histori, mungkin Dawon dan Hoseok adalah jagonya.

"Senang bertemu kalian kembali." Katanya dengan senyum diplomatis namun sama sekali tidak dijawab oleh keduanya.

"Dan tentunya Anda pasti masih ingat dengan orang tua Jung Haerin kan."

Kini giliran yang disebut memberikan senyum ramah. Keduanya sama sekali tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan lelaki itu kepada putri semata wayangnya. Hati mereka terlalu dibutakan oleh harta dan bagaimana caranya mereka tetap mendapat andil dalam korporasi ini.

Seesaw GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang