5

725 103 5
                                    

"Pagi!" sapa Azam pada Firza yang sedang bermuram durja di sudut ruangan guru tempat kerja milik dia berada.

Firza yang dalam mode mager hanya menganggukkan kepala untuk membalas sapaan sang sahabat kemudian merubah posisi menjadi menumpang dagu melihat ke arah jendela yang menunjukkan anak-anak kelas lain sedang berolahraga di lapang.

Firza sedang dalam mood yang tidak baik. Semalaman dia bergadang demi nonton anime yang dia tunggu, tapi endingnya sungguh di luar dugaan. Di awal ceritanya kocak, namun Di ending yang bikin anime minta disleding. Masa iya karakter utamanya dibunuh. Gak sebel gimana coba?

Azam sudah paham akan suasana hati Firza memilih untuk menghindar dengan memberikan Firza sendirian.

Azam ke luar dari ruangan guru pergi ke kelas tempat dia mengajar karena tak ingin mencari masalah dengan menganggu pagi suram Firza. Secara, jika berani ganggu, siap-siap bakalan dihadiahi morning kiss dari tonjokkannya.

Merasa bosan ditinggal Azam ditambah ngantuk karena kurang tidur, Firza bangkit dari kursi berjalan ke kantin sekolah untuk mengisi perut dilanjutkan masuk perpustakaan melanjutkan tidurnya.

***

Bel pertanda akhir istirahat telah berbunyi. Secara otomatis Firza langsung bangun dari tidur. Suara bel SMA daun jatuh sangat kencang sehingga jika orang yang tidak bisa mendengar itu suara bel meskipun dalam keadaan tidur harus pergi ke THT untuk memeriksa kondisi telinga.

Setelah merapikan penampilan yang agak mengerikan lewat kamera depan ponsel, Firza langsung ke luar dari perpustakaan berjalan menuju kelas XII D untuk mengajar.

Firza sampai di kelas 12 D, namun ketika dia melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan seketika ingin mulutnya mengeluarkan segudang makian untuk para penghuni kelas.

Di depan kelas ada poster yang dicetak dengan ukuran besar, font ekstra jumbo caps lock plus di-bold yang dipertegas tiga tanda seru sebagai bukti kalimat itu perintah. di sana ditulis jangan buang sampah sembarangan. Kenapa para penghuni kelas tak membacanya? Apa tiba-tiba mereka terkena rabun dadakan? Entahlah. Firza tak mengerti jalan pikir mereka.

Firza duduk di meja guru. Seperti biasa, ia harus memukulkan buku absen tiga kali ke meja baru para siswa akan diam.

Mata Firza menelisik satu persatu seakan menguliti para siswa. Para siswa yang tak mengerti mengapa Firza bertindak seperti ini menanggapinya dengan tatapan keheranan takut jika Firza ketempelan setan kuntilanak penunggu pohon beringin depan sekolah.

Kegiatan tersebut berakhir dengan saling tatap-tatapan.

"Jam pulang, diam di sini! Jika ada yang berani pulang, lihat nanti!" Suara Firza terdengar pelan namun menusuk.

Para siswa mengangguk. Pelajaran dimulai dalam suasana hening.

***

Bel pulang sudah berbunyi. Sebagai besar anak kelas 12 D masih ada di kelas menunggu Firza sambil saling bertanya apa alasan guru itu melarang mereka untuk pulang.

15 menit berlalu, akhirnya orang yang ditunggu datang ke kelas ditemani oleh bodyguard-nya.

Sesuai janjinya, Firza kembali ke kelas 12 D setelah bel pulang berbunyi. Ia tak sendirian. Azam mengekorinya karena tak ada kerjaan yang harus dia lakukan setelah kelas berakhir. Oleh karena itu, ia akan menemani Firza.

Begitu masuk Azam langsung menggelengkan kepala. Sekarang ia tahu alasan Firza tak akan melepaskan para siswanya sekarang.

Kelas XII D tak layak lagi disebut kelas. Sangat jauh dari kesan bersih. Bahkan sekarang Azam tak bisa membedakan mana kelas dan mana tempat pengumpulan sampah.

Kertas berserakan. Tanah dari sepatu tak disapu. Belum jejak sepatu yang kena lumpur menghiasi lantai yang sama sekali tak ada unsur estetikanya. Azam menggelengkan kepala.

Azam berjalan ke belakang, sedangkan Firza jalan ke meja guru.
Di belakang, ia mengamati Firza sambil senyum-senyum tak jelas menertawakan Firza dalam mode jubi.

Firza mulai menghitung jumlah anak-anak yang ada di kelas. Kurang 4 biji. Anak-anak itu sudah pulang duluan tak mengindahkan peringatan Firza.

"Saya sudah katakan jangan ada yang pulang. Terus, kenapa ada beberapa yang pulang?" tanya Firza.

Kelas tak menjawab.

"Ketua kelas, buat list yang tidak hadir. Lalu serahkan pada saya!"

Akira mengangguk.

"Baik, alasan saya menyuruh kalian untuk tak pulang agar membersihkan kelas ini. Coba lihat sekitar, apa ini kelas yang nyaman untuk belajar?"

"Kok saya nyaman aja?" celetuk Abas. Sontak semua orang langsung menoleh ke arah dia.

Abas langung menutup mulutnya setelah mendapat tatapan cinta dari Firza.

"Bersihkan sekarang. Gak peduli mau pulang malam, harus bersih sekarang!"

Kelas menurut. Mereka mulai berpencar membagi tugas agar pekerjaan cepat selesai.

Arion, Oktav, Mark dan Ale yang menjadi juru panggul. Mereka mengangkat kursi-kursi yang ada di kelas ke atas meja agar nanti mudah untuk disapu dan dipel. Karena diatara yang pria lain, tubuh mereka jauh lebih terbentuk. Oleh karena itu, tak lebih dari 5 menit semua bangku telah naik ke atas meja.

Maklum cepat, karena titisan Hulk semua.

Giliran tukang sapu yang bekerja. Arisa dan Faza langsung menyapu lantai. Serta mengeluarkan sampah dari kolong meja. Diikuti oleh tim pel. Zoya dan Lila. Mereka dengan semangat mengepel ruangan hingga jejak sepatu yang tadi terkena lumpur langsung menghilang.

Akira dan Abas membersihkan jendela dibantu Isyana. Ketiga orang itu dengan semangat menggosokkan kanebo ke jendela hingga kaca yang semula kusam glow up menjadi kinclong. Keempatnya saling melempar senyum. Merasa puas dengan hasil kerja mereka.

Meskipun secara tak sadar, mereka yang telah minta diperbudak karena telah berani mengotori kelas.

Jam 4 sore lebih 13 menit semua pekerjaan telah diselesaikan. Anak-anak itu berkumpul di depan kelas merebahkan diri ke lantai karena merasa capek sudah membersihkan kelas.

"Capek astaga. Siapa coba yang pake sepatu kotor ke kelas, gak ada kerjaan banget?" ucap Arisa dengan tangan yang sibuk mengipas-ngipas wajah menggunakan buku absen.

"Itu kan lo neng? Udah gue bilang sepatunya diganti karena nginjak kubangan di jalan ini malah gas aja masuk ke kelas. Haduh!" Faza menepuk dahinya frustasi.

Sang pelaku utama cengengesan tak jelas.

"Gimana kalau kita bikin jadwal piket aja? Soalnya jadwal piket yang lama udah gak guna," saran Akira. Nampaknya Akira sudah berdamai dengan keadaan hingga beradaptasi dengan tugasnya sebagai ketua kelas.

"Boleh. Nanti gue bagi aja jadwalnya di grup kelas."

"Eh, kita belum ada grup kelas Ya!"

Zoya lupa jika kelasnya belum bikin grup kelas.

"Yaudah. Besok aja dibaginya pas pagi-pagi, biar gak ribet!"

Percakapan tentang jadwal piket terhenti ketika Firza masuk sambil memamerkan beberapa kantong kresek.

"Ayo makan," ucap Firza dengan riang.

Mood guru itu sudah kembali ke tempatnya ternyata.

Senin 1 November 2021
18.42
Have a nice day
See you :)

Kelas Siluman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang