Enam bulan sudah berlalu tanpa terasa. Itu artinya Firza sudah menjadi wali kelas di kelas 12 D selama 6 bulan.
Para pelajar SMA Daun jatuh sudah selesai melakukan ujian tengah semester minggu kemarin.
Minggu ini para siswa diwajibkan datang ke sekolah dengan tujuan memperbaiki nilai jika masih ada nilai yang di bawah KKM yang sudah ditetapkan, atau melengkapi tugas-tugas yang belum dikumpulkan karena nilai tugas akan sangat mempengaruhi nilai akhir.
Seperti biasanya, anak-anak kelas 12 D dikumpulkan oleh pawang mereka di ruang kelas kebanggaan mereka semua.
"Oke! Semua orang duduk ya! Duduk yang manis sama dengerin apa yang akan saya katakan." Firza memulai pembicaraannya ketika semua anak didiknya telah berkumpul. Meski telah lewat selama 30 menit dari yang dijadwalkan, tapi tidak apa-apa yang penting antek-anteknya bisa kumpul semua dengan pulsa yang dijadikan tumbal untuk merayu para anak didiknya agar pada datang.
"Untuk yang ada remedial di beberapa pelajaran tolong diikuti supaya nilainya pas di KKM, sama tugasnya tolong dilengkapi buat ngebantu nilai kalian biar gak suram-suram banget. Nilai rapot dibawa sampai tua, jika merah semua nanti bisa-bisanya di-roasting sama anak sendiri "
Para penghuni kelas mengangguk mengiyakan Firza.
"Khusus buat Alif, Satya, dan juga Rin kalian diam dulu di kelas dan untuk Zara kamu tunggu saya di ruang guru, ada hal yang ingin saya bicarakan. Yo! Yang lainnya boleh keluar, tapi jangan dulu pulang yang pulang saya sumpahin nanti dikejar orang gila."
"Gak bakalan dikejar Pak soalnya orang gilanya lagi ngajar di depan." Abas ngomong tanpa beban.
Firza loading sejenak. "Sialan," umpatnya ketika sudah ngeh dengan omongan Abas.
Setelah puas tertawa anak-anak keluar dari kelas menyisakan Firza dan ketiga serangkai versi gesrek di kelas.
Firza berjalan mendekat ke bangku ke tiga anak itu mencoba menjelaskan dan merayu mereka bertiga untuk mengikuti remedial dan juga melengkapi tugas-tugas mereka agar nilainya mencapai KKM karena di semua mata pelajaran nilai mereka di bawah KKM dan belum ada satupun tugas yang masuk. Firza merasa heran sekaligus kasihan ke orang tua mereka yang sudah susah payah mengumpulkan uang buat bayar SPP tapi anak mereka malah cosplay jadi berandalan.
Ketiga orang itu mengacuhkan ocehan Firza hingga membuat guru muda itu kepusingan sendiri hingga akhirnya menyuruh mereka untuk pulang agar tensi darahnya tetap terjaga.
Nampaknya 6 bulan terakhir Firza yang asalnya darah rendah seketika berubah menjadi darah tinggi karena harus berhadapan dengan anak-anak yang sifatnya pada abstrak.
Firza melihat kalau papan tulis belum dihapus. Banyak coretan dan gambar-gambar anak-anak tulis di sana. Firza mengambil penghapus papan, dan menghapus coretan-coretan itu hingga bersih tak tersisa.
Kalau bebas begini seketika anak-anak pada lupa jadwal piket.
Selesai dengan urusan kelas Firza keluar dari kelas karena Zara sudah menunggunya di ruangan guru.
Setibanya di ruang guru Zara sudah duduk di depan mejanya. Ruangan guru lebih tenang dari biasanya karena banyak guru yang tengah ada di luar untuk meremedial para siswa.
Firza sudah duduk di depan Zara. Gadis itu nampak tegang karena biasanya dia tak pernah masuk dan dipanggil ke ruangan guru.
"Pak. Maaf, ada apa ya? Kok saya dipanggil ke sini?" tanya Zara mencoba mencari tahu alasan dia dipanggil dengan bahasa yang dibuat sesopan mungkin. Meskipun suaranya terdengar jelas, Firza tahu jika gadis itu tengah grogi.
"Gak papa sih. Kamu kenal dengan Riana anak kelas XII A?"
Deg. Jantung Zara berdetak beberapa kali lebih cepat dari biasanya ketika mendengar nama itu disebut.
"E ... enggak kok Pak. Saya gak kenal dia." Ucapan Zara mulai terdengar gagap.
"Yakin? Bukannya pas ulangan kalian ada di ruangan yang sama dan juga duduk bersebelahan?"
"I ... itu kebetulan Pak. Maaf saya lupa." Tatapan mata Firza sekarang fokus pada gerakan tangan Zara yang memainkan ujung rambutnya.
Dia tak pandai berbohong. Firza yakin jika Zara dan Riana ada hubungan.
"Yaudah. Kamu boleh keluar. Terimakasih ya!"
Setelah disuruh keluar oleh Firza, Zara buru-buru pergi dari ruangan guru. Rasanya dia akan mati saat ini juga karena Firza membuatnya tak nyaman dengan percakapan tadi.
Di kursi panjang di depan ruang guru Ada Faza, Zoya dan Arisa yang menunggu Zara keluar dari ruangan guru.
Ketika melihat ketiga temannya sedang duduk di sana, langsung dia menjatuhkan bokongnya ke kursi duduk di samping Arisa. Zara menyenderkan kepalanya ke bahu Arisa hingga membuat gadis itu kebingungan dengan tingkah aneh Zara.
"Ra? Lo kesambet apaan dah?" tanya Arisa.
Zara hanya menjawab dengan helaan nafas yang panjang yang menandakan jika masalah yang sedang dihadapinya merupakan masalah besar. Masalah itu sukses membuat peningnya terasa berdenyut-denyut.
"Pusing gue. Kayanya nanti bakalan kena masalah dah." Zara menjawab dengan malas. Ia menatap ke arah sepatunya yang sudah kotor karena sudah dua minggu tak dicuci karena males.
"Kenapa? Diremed? Nilai lo bermasalah?" Zoya ikut penasaran dengan tingkah Zara.
"Nilai gue aman sih. Tapi entah kenapa gue punya firasat yang sangat buruk."
"Firasat apaan?" Arisa menimpali dengan candaan hingga membuat Zara merasa kesal sendiri. Ia mendorong pelan tubuh Arisa ke samping.
"Au ah, males ngomong sama kalian-kalian." Zara mengatakan itu sebelum bangkit lalu pergi entah kemana.
"Beneran kerasukan kayanya!" ucap Arisa sambil menatap punggung Zara yang makin menjauh. Ucapannya itu diangguki oleh Zoya.
***
Di meja Firza seorang siswi tengah duduk manis sambil tumpang kaki gak ada dosa mana wajahnya datar pula. Di dada kirinya terpampang jelas nama Risma Gustin.
"Kamu kenal Zara dari kelas 12 D?" Pertanyaan yang tadi dilontarkan untuk Zara kembali ditanyakan untuk siswi di hadapannya.
Risma diam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.
"Yakin?"
"Yaudah kalau bapak enggak percaya. Bye, aku keluar dulu masih banyak urusan di luar!" Risma meninggalkan ruangan guru sebelum disuruh.
Di tempatnya Firza tak dapat berkata apa-apa. Terlalu kaget dengan tingkah siswi yang tak punya sopan santun sama sekali. Untung sabar, kalau enggak bakalan dijadiin tumbal proyek.
Kelas terbaik belum menentukan siswanya memiliki sifat yang baik juga, buktinya sifat Zoya masih ada di atas sifat Risma.
Firza keluar dari ruangan guru untuk jalan-jalan akibat kepalanya sudah panas akibat berhadapan dengan nilai siswa dan juga kejanggalan dalam kertas lembar jawaban Risma dan Zara. Bagaimana enggak janggal, jawaban mereka di lembar jawaban sama percis, baik itu pilihan ganda ataupun jawaban essai yang kalimatnya gak diganti. Kan aneh. Gak mungkin jika itu cuma hanya kebetulan.
***
Sabtu 25 Desember 2021
22:30
Have a nice day
See you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Siluman
Teen FictionTentang keseharian kelas XII-D dengan segala tingkah mereka. Cover : Canva Status : End Rilis : 18 Oktober 2021 Selesai : 16 Juni 2022